Top 3

3.1K 354 59
                                    

"Hai, Oliver," panggil Kalea saat kucing berbulu abu-abu datang menghampirinya.

Gadis tengah Alhahsy ini tengah berada di kafe kucing bersama tunggalnya Anggaraksa. Ia mendapat izin keluar rumah dari oma setelah dapat bantuan dari Rainer yang datang sembari menyanjung wanita itu. Memang pada dasarnya beliau sangat menyukai Rainer. Paras yang menawan serta tutur kata yang lembut lengkap dengan perilaku sopan santun pemuda itu selalu jadi idaman untuk oma.

Kalea membawa Oliver ke dalam pangkuannya. Mengelus lembut bulu Oliver yang sangat tebal. Gadis itu gemas sendiri, jadi ingin adopsi kucing lagi rasanya.

"Rain, gue mau adopsi kucing lagi, ah" celetuk Kalea pada Rainer yang tengah bermain bersama Molly.

"Anak lo udah dua di rumah, Kal. Buat apa kucing banyak-banyak?" balas pemuda itu tanpa menoleh.

"Koleksi, " jawabnya dengan kekehan kecil.

"Koleksi, gundulmu! Dikira miniatur!" balas Rainer agak sewot.

"Suka-suka gue dong. Gue masih sanggup kok ngurus satu anabul lagi."

"Terserah lo aja deh, Kal," pasrah Rainer. Kalea kalau diladenin terus nggak akan bertemu titik sudah sampai apa yang ia bilang disetujui.

"Pulang dari sini langsung ke pet shop, ya?"

"Nggak!" tolaknya langsung.

"Dih? Temenin dong!" bujuk Kalea sembari menggoyang-goyangkan lengan sahabatnya.

"Nggak mau, takut dimarahi Pak Kaamil. Lo kan nggak boleh nambah kucing lagi."

"Boleh, kok, boleh. Cuma nambah satu lagi, kalau nambah lima itu beda cerita."

"Nggak mau. Tanya dulu sama Ayah, kalau boleh gue anterin," final Rainer.

Gadis Alhahsy itu hanya mampu  memanyunkan bibir karena tak diperbolehkan mengadopsi kucing lagi. Padahal kucingnya hanya dua, dan keduanya sangat tidak bisa diajak bermain. Kegiatan Odie dan Theo hanya tidur sembari berpelukan. Mereka sulit diajak bermain jadi Kalea sedikit kesepian tidak ada yang bisa diusili.

"Kal," panggil Rainer melihat Kalea yang kembali bermain dengan kucing-kucing yang ada di sini.

"Hm?" balas gadis itu tanpa menoleh.

"Lo sesuka itu ya sama kucing?" tanya Rainer menatap Kalea lama.

"Perlu gue jawab?" balasnya balik bertanya.

"Seberapa suka?"

"Sesuka gue sama kopi."

"Kalau dibandingin, kucing diurutan berapa?"

"Dua. Nomor satunya tetap kopi," jawab gadis itu dengan senyum serta alis yang bergerak naik turun.

"Kalau doi, nomor berapa?" Rainer kini penasaran.

Gadis itu mengetuk-ngetuk dagunya seolah berpikir.

"Nomor empat," jawabnya kemudian.

"Nomor tiga nya?" heran Rainer karena ia pikir mas doi akan menempati posisi ke tiga. Namun, justru lelaki yang berhasil menjatuhkan hati gadis Alhahsy itu yang berada di kedudukan nomor empat.

"Mmmmmm...." Kalea menggantung sedikit agar sahabatnya penasaran. Tak lupa wajah menyebalkan ia berikan membuat Rainer jadi gereget sendiri.

"Mauza Rainer Anggaraksa," jawab Kalea dengan senyum manis yang membuat kedua matanya hilang.

Pemuda yang disebut namanya itu terdiam. Apa Kalea barusan menyebut namanya? Dia diposisi ketiga dari beberapa hal yang disukai Kalea? Bahkan rasanya Rainer tak percaya gadis itu menyebutkan namanya. Apa ini pertanda? Boleh Rainer bahagia sebentar? Bahkan rasanya lelaki itu ingin mendengarnya sekali lagi.

Nabastala ke TujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang