Second Home

2.8K 358 27
                                    

"Kita jemput Bila di rumah Eyang dulu, ya?" ujar Zacky pada Lingga yang ada di sebelahnya.

"Oke," jawab gadis itu.

Mobil Zacky pun melaju menuju tempat yang dimaksudnya tadi. Sekolah Nabila itu dekat dengan rumah Eyang. Jadi kalau pulang sekolah, Bila selalu pulang ke sana lalu akan dijemput Zacky atau Denara. Karena Mama dari dua anak itu bekerja, jadi terkadang tak sempat untuk menjemput putrinya. Dan disaat wanita itu tak bisa menjemput anaknya, ia akan mengirimi pesan kepada Zacky untuk menjemput adiknya. Tentu pesan itu hanya dibaca oleh Zacky. Meski tak merespon apapun, pemuda itu tetap melakukan apa yang diminta mama tirinya. Ia diam, juga bukan berarti tak peduli pada wanita itu. Ia hanya masih belum bisa ikhlas dengan pernikahan orang tuanya. Ia masih belum bisa menerima siapa pun untuk menggantikankan poisisi Bunda dalam hidupnya. Itu sebabnya ia bersikap dingin pada Denara.

Tak lama, mobil Zacky memasuki pekarangan rumah Eyang. Nabila yang saat itu memang sedang di luar karena bermain dengan temannya, menoleh pada mobil yang baru saja masuk.

"Kamu mau turun?" tanya Zacky pada kekasihnya.

"Lama nggak?" tanya Lingga.

"Nggak, paling cuma nyapa orang rumah, habis itu pulang," jawab laki-laki itu membuka seatbelt-nya.

"Ya, udah, aku tunggu di mobil aja."

Zacky mengangguk sebagai jawaban, kemudian laki-laki itu keluar dari mobil yang langsung disambut oleh Bila. Lingga juga menyaksikan Zacky menyapa lembut Eyangnya yang ikut keluar saat melihat mobil cucunya datang.

"Kamu sendiri, Na?" tanya Eyang.

"Nggak, sama pacar Nana," jawan Jaemin tanpa ragu.

"Mana? Tak disuruh turunkah?" Eyang melirik ke mobil cucunya.

"Malu katanya. Nanti aja kalau lamaran Nana liatin ke Eyang," jawab Nana lagi membuat satu tepukan lembut mendarat di bahunya.

"Ih, anak ini!" sahut Neneknya.

Zacky tertawa lebar, kemudian ia dan Bila pun pamit. Dapat Lingga lihat Zacky mulai mendekat setelah mencium tangan Eyang.

"Loh? Ada Kak Lingga?" kaget Bila ketika membuka pintu depan.

"Hai, Bila!" sapa Lia sembari melambai kecil ke arah gadis puber itu.

"Ya, udah deh, Bila duduk di belakang aja," balas Bila.

Setelah dua manusia sedarah itu nyaman di posisi masing-masing, Zacky bergerak meninggalkan rumah Eyang.

"Na, tadi Eyang ada nanya," ujar Bila setelah beberapa saat diam.

"Tanya apa?" tanya Zacky penasaran.

"Kata Eyang, Nana masih nggak mau ngomong sama Mama?" sambung Bila meneruskan ceritanya.

"Terus?"

"Terus Bila jawab, masih. Terus Nenek geleng-gelang aja" Zacky diam saja, tak tau harus menjawab apa.

"Nana kenapa sih nggak mau ngomong sama Mama? Bila sedih liat Nana cuekin Mama terus," sambung Bila membuat petir menyambar hatinya. Zacky tidak bisa membalas Bila, atau mungkin ia tak punya jawaban yang tepat untuk ucapan adiknya.

Menyadari perubahan suasana, Lingga menggenggam sebelah tangan Zacky.

"Bila, Bila capek, 'kan? Bila tidur aja. Rumah Kak Lingga masih jauh. Nanti kalau udah sampai rumah, dibangunin sama Nana. Okey?" ujar Lingga pada Bila yang duduk di belakang.

Bila mengangguk, ia memang sedikit mengantuk. Tapi sejak tadi pikirannya diganggu oleh kenapa kakaknya tidak mau bicara pada mama. Itu membuatnya sedih.

Nabastala ke TujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang