Jarrel mengikuti langkah papa sampai ke ruang kerja. Karena perjodohan ini pun terasa tiba-tiba untuknya, maka Jarrel hendak mengutarakan protes. Beruntung Ema langsung pulang ke rumah, jika beliau memutuskan untuk menginap di sini, maka Jarrel tidak akan bisa protes pada papanya.
"Arrel nggak ngerti," katanya setelah menutup pintu ruangan.
"Apa yang buat kamu bingung?" balas pria itu membuka jas, melongarkan dasi, dan membuka kancing manset.
"Papa yang bilang supaya Arrel jangan pacaran. Tapi tadi apa? Arrel dijodohkan tapi Papa nggak protes sama sekali?!" serunya memasang wajah garang pada Abimana yang duduk di kursinya.
"Buat apa Papa protes? Calon istri kamu itu cucu perempuan satu-satunya dari keluarga Alhahsy, Rel. Siapa yang nggak mau punya menantu seperti Kalea?" balas Abimana membela diri.
"Tapi Arrel masih sekolah, Pa! Kalea mau Arrel kasih makan apa? Batu sama kayu?!"
Abimana diam sejeda, ia menangkap emosi yang meledak-ledak dari putra bungsunya. Memang awalnya Abimana pun tidak setuju dengan ide ibunya, tapi setelah ia pikir lagi tidak ada salahnya membiarkan dua anak itu bersatu. Pria itu membuka laci meja kemudian mengambil beberapa foto yang sudah dicetak jelas. Ia suguhkan hasil jepretan itu di depan anaknya yang masih ingin menentang.
"Gemmi, 'kan? Anaknya Jenna dan Mahesa?" timpal Abimana menodong putranya.
Jarrel geming. Meraih foto-foto itu agar bisa ia lihat lebih jelas. Dalam kertas gambar itu terlihat sepasang anak remaja dengan seragam sekolah. Duduk berdua di kelas yang sepi dengan kapala pemuda bersandar di bahu sempit gadisnya. Waktu yang tepat untuk mengklaim bahwa itu memang dia dan Gemmi. Tapi keberanian yang ia punya hanya seujung kuku.
"Daripada Gemmi, Papa lebih setuju kalau kamu sama Kalea. Jelas, keluarganya terpandang, dia anak perempuan satu-satunya, dan yang terpenting keluarganya lengkap. Hidup nya nggak ada yang rumpang, Rel. Dia menantu yang sempurna buat Papa." Jarrel tak membalas perkataan Abimana. Matanya masih terpaku pada bidikan profesional itu. Kepalanya bergelut dengan kalimat papa yang sama sekali tak masuk ke dalam logikanya.
"Gini aja," bungsu Nareswara itu meletakkan kembali foto-fotonya di atas meja. Ia beralih menatap mata Papa dengan berani meski batinnya ketar-ketir. Ia belum pernah melakukan ini sebelumnya. Tapi berdasarkan situasi yang terjadi, mau tak mau harus Jarrel lakukan.
"Papa mau Arrel wujudin mimpi Papa, 'kan?" lagi-lagi ia menggantung ucapannya. Membuat Abimana jadi was-was dengan rencana yang dipikirkan Jarrel.
"Empat tahun. Kalau dalam waktu itu Arrel bisa mewujudkan mimpi Papa, batalin perjodohannya. Tapi kalau gagal, Arrel setuju menikah dengan Kalea," sambungnya menyelesaikan semua kalimatnya. Namun entah kenapa, masih terdengar belum cukup untuk Abimana. Seolah masih ada yang Jarrel tahan.
"Asal?" timpal pria itu menaikkan sebelah alis.
"Asal Papa mau dukung Arrel meraih mimpi Arrel," tuntas. Memang, ia harus punya syarat yang menguntungkan. Jika hanya bergantung pada kesepakatan, maka Jarrel tak akan bisa menang.
Abimana tersenyum sumir. Jarrel jadi terlihat sangat mirip dengannya. Menukar sesuatu agar mendapatkan sesuatu. Kesepakatan yang menguntungkan dan sama sekali tidak membuatnya rugi. Jika putranya berhasil, mimpinya jadi nyata. Jika gagal, ia akan dapat menantu sempurna seperti Kalea. See? Ia bahkan tak rugi sama sekali.
"Deal," jawab pria itu mengangsurkan tangan berniat menjabat tangan putranya. Atau sekarang, sudah menjadi partner bisnisnya.
Meski Jarrel bingung menentukan yang mana harus ia selamatkan, tapi ia tahu pilihannya tak akan pernah salah. Jika mewujudkan mimpi Papa bisa membuatnya bersama Gemmi, akan ia pertimbangkan. Namun jika menikahi Kalea bisa membuat mimpinya di validasi, maka mau tak mau akan ia lakukan.
✧
"Kalea cuma mau ngomong sama, Bunda," ujar Rainer setelah keluar dan menutup kembali pintu kamarnya. Ia menatap satu per satu orang yang ada di sana. Ayah dan bunda Kalea, oma, Tara, dan ibu. Sedang Denis ada di ruang tamu bersama ayah Rainer.
Bunda mengangguk kemudian masuk ke dalam kamar Rainer. Setelah mengetahui lokasi anak tengahnya, acara makan malam usai begitu saja. Keluarga Alhahsy dan Nareswara sepakat untuk menyudahinya karena mulai berjalan tak sesuai rencana. Maka dengan terburu-buru, ayah mengendarai mobil menuju kediaman Anggaraksa.
Bunda menutup kembali pintu kamar bercat hitam itu. Ia menatap putrinya yang duduk di ranjang Rainer dengan rambut dan riasan yang sudah tak serapi tadi. Dress-nya yang terbuka di bagian bahu kini tertutup oleh jaket rajut Rainer.
Wanita itu menempatkan diri di sebelah putri tengahnya. Mengambil atensi dengan cara memanggil dan menyentuh lengan Kalea. Gadis itu menoleh. Matanya berair dengan pipi yang basah. Ia tidak menyangka Kalea akan jadi sesedih ini karena perjodohan yang direncanakan secara mendadak.
"Maafin Bunda, Kak," ucapnya kemudian membawa tubuh Kalea dalam rengkuhannya.
Tangis gadis itu pecah lagi. Ia bingung, kecewa, dan marah dalam satu waktu. Ia belum bisa menerima apa yang baru saja terjadi. Kepalanya berisik dan membuat perasaannya jadi berantakan. 17 tahun yang ia kira akan jadi perjalanan menyenangkan, justru berubah jadi penuh kekhawatiran.
"Kalea nggak mau dijodohin, Bunda..." katanya dengan suara lirih dan parau.
"Iyaa, Bunda ngerti," ucap wanita itu masih terus mengusap surai pendek anak gadisnya.
Rasa bersalah merebak di hati Sonia. Harusnya ia bisa lebih tegas dalam membela putrinya, tapi justru menyedihkan karena ia tidak bisa memihak Kalea ketika oma mengatakan rencananya. Ia justru beranggapan kalau Kalea tidak akan masalah karena selama ini si tengah adalah anak yang penurut. Untuk pertama kalinya bagi Sonia, Kalea membantah tuntutan oma.
"Bunda bakal bilang ke oma untuk batalin perjodohannya. Tapi Bunda nggak janji bakal berhasil. Apapun yang terjadi, kamu harus ingat kalau Bunda akan selalu dipihak kamu. Oke?"
Minggu kemarin aku ga up. Dari hari ini upnya double 😌
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabastala ke Tujuh
FanfictionTerinsipirasi dari "Private school check!" Ini kisah dua belas remaja dalam perjalanan asmara masa muda, yang entah bisa selamanya atau hanya sementara saja. Jangan lupa tinggalkan jejak teman :) ©sshyena, 2020