Pelajaran olahraga telah selesai. Kini Jarrel, Hannan, Rainer dan Zacky tengah berada di ruang ganti bersama beberapa teman sekelasnya. Jarrel membuka baju olahraganya, menyisakan kaus hitam yang menutupi tubuh atasnya. Pemuda itu meneguk kembali air minumnya yang tersisa setengah. Juga ia sedikit mengipas-ngipaskan tangannya di depan wajah. Hari yang sangat panas untuk olahraga. Bahkan tubuhnya sudah banjir keringat.
"Panas banget!!!" seru Hannan yang sudah telanjang dada. Baju olahraga bahkan kaus oblongnya sudah basah kuyub seperti kehujanan. Jarrel hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Hannan. Sudah seperti mandi sangking basahnya.
"Nan, lo masih ada minum nggak?" tanya Rainer menghampiri Hannan yang masih sibuk mengeringkan keringat.
"Habis," jawabnya mengangkat botol minum.
"Kantin ayo, haus banget gue," ajak Rainer sembari memakai seragamnya.
"Yuk," Hannan ikut memakai kemejanya seperti Rainer.
Dua pemuda yang masih memakai celana training itu jalan beriringan keluar ruangan ganti diikuti beberapa siswa yang juga telah selesai berganti pakaian. Jarrel dan Zacky hanya menatap dua temannya yang pergi tanpa berpamitan. Tak terlalu menghiraukan, Jarrel serta Zacky meneruskan kegiatan mereka berganti pakaian. Ruang ganti sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian siswa. Tinggal beberapa orang saja yang bahkan jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Zacky memasukkan seragam olahraganya ke dalam loker kemudian berjalan hendak pergi meninggalkan ruang ganti. Tapi suara berat itu menghentikan langkah Zacky yang sudah dekat dengan pintu.
"Itu punya Lingga," ujar Jarrel menangkap satu benda tak asing di penglihatannya.
Zacky menatap benda yang dimaksud sahabatnya kemudian berbalik menatap Jarrel. "Emang," jawabnya menunjukkan handuk kecil yang terdapat bordiran nama Lingga.
"Lo ada hubungan apa sama Lingga?" tanya Jarrel meminta penjelasan.
Zacky tertawa renyah. Maju selangkah dengan tatapan tajam menusuk mata Jarrel. "Pacaran."
Pemuda bermata sipit itu terdiam. Lingga sudah bertemu penggantinya. Orang itu Zacky, sahabatnya sendiri. Ia tidak bisa melarang apalagi menentang. Siapa dia? Lagi pula hubungannya dengan Lingga sudah selesai sejak satu tahun lalu. Wajar jika Lingga menemukan lelaki baru yang mungkin lebih baik darinya. Jarrel saja yang masih belum bisa terima kalau hubungan ini selesai secepat mengedipkan mata.
Zacky maju lagi bahkan hampir menubruk tubuh Jarrel. "Gue tau lo masih belum bisa move on. Tapi Jar, Lingga udah sama gue. Jadi jangan buat gue cemburu."
Setelahnya ia pergi. Meninggalkan Jarrel yang masih mencerna semua pengakuan Zacky yang tiba-tiba. Kalau saja melupakan itu semudah menjentikkan jari, mungkin perasaan ini sudah tak lagi membuatnya terbebani dan Jarrel tidak perlu merasa benci dengan sahabatnya sendiri.
✧
"Duh gue nggak suka ercis lagi," keluh Lingga saat melihat pramusaji memasukkan sayur dengan kacang ercis ke dalam nampan stainless-nya.
"Ya udah ntar gue yang makan," balas Gemmi yang berbaris di depannya.
Lingga dan Gemmi. Yang satu pilih-pilih makanan, yang satu apa aja yang penting makan. Tak jarang makan siang yang disajikan sekolah tak habis dimakan Lingga karena porsi makan gadis itu memang sedikit. Sementara Gemmi selalu menerima sayuran yang tidak disukai Lingga. Seperti kacang ercis, brokoli dan tauge.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabastala ke Tujuh
FanfictionTerinsipirasi dari "Private school check!" Ini kisah dua belas remaja dalam perjalanan asmara masa muda, yang entah bisa selamanya atau hanya sementara saja. Jangan lupa tinggalkan jejak teman :) ©sshyena, 2020