Jatuh Cinta Emang Aneh

3.9K 429 62
                                    

Hentakan kaki terdengar begitu lantang. Langkah demi langkah semakin jelas sampai akhirnya pintu rooftop terbuka dengan tak santai. Disusul teriakan nyaring dari seorang perempuan yang ada di batas sabarnya.

"Dipha brengsek!!!!!" seruan tak beradab itu menggangu tidur nyenyak seorang pemuda di tiga kursi bekas yang ia susun memanjang.

"Summer? Lo kenapa?" tanya nya menyadari bahwa gadis itu adalah pujaan hatinya.

Summer menoleh dan mendekati Hannan. Dengan membawa seluruh dendam dalam telapak tangannya, jemari itu kemudian menjambak rambut si pemuda dengan sangat kencang.

"ADAAWWW!!! GUE SALAH APA?? SAKIT SUMMER!!!" teriaknya kesakitan.

Setelah lega, rambut Hannan ia lepaskan. Gadis itu kemudian mengambil tempat di sebelah si pemuda yang masih meringis kesakitan sembari memegangi kepalanya.

"B-bunda..." ringisnya menatap tangannya yang banyak rambut rontok.

"Gue udah lega, thanks, Nan," katanya kemudian menghembuskan napas.

Hannan menatap Summer tak percaya. Bagaimana bisa ia melampiaskan marahnya pada Hannan? Meski mereka banyak tidak nyambungnya, tapi Hannan belum pernah bayangkan rambutnya rontok karena di jambak Summer.

"Tanggung jawab!" marah Hannan menunjukkan rambut di telapak tangannya.

Summer melotot panik, "Astaga, Nan, sorry sorry, gue kelepasan," katanya merasa bersalah kemudian merapikan rambut si pemuda yang berantakan.

"Tanggung jawab!" ulang Hannan.

"Gimana caranya gue tanggung jawab? Gue lem gitu rambut lo di kepala?"

"Obatin. Perih tau nggak?"

"Caranya??"

"Kecup."

Satu kecupan nyaring membuat Hannan berteriak lagi. Bukan kecupan lima jari yang Hannan maksud. Belum sembuh perih di kepalanya, sekarang pipi pun ikut merasakan perih yang sama oleh tangan yang sama pula.

"Summer!!!!" serunya menangis kencang. Kenapa gadis ini begitu tega menyakiti laki-laki imut dan lucu sepertinya? Apa cinta Hannan tidak cukup untuk mendapatkan satu kecupan sembuh di kepalanya yang pedih.

"Makanya jangan minta yang macem-macem!" marah gadis itu.

"Kan bercanda!! Lo mah! Belum nikah aja udah KDRT, gimana kalau nanti kita udah berumah tangga?!"

"Gue mutilasi lo!"

"Ya Allah..."

"Mana coba liat sini," katanya menangkup pipi Hannan agar menatap penuh dirinya. Gadis itu kemudian mengusap bekas tamparannya yang memang sedikit merah. Dalam hati juga merasa bersalah kenapa ia sangat mudah melayangkan tangan padahal ia tau itu tak baik. Tapi kalau dikulik lagi, sebenarnya tadi hanya senjata untuk menutupi rasa gugupnya. Memang terlalu kurang ajar, tapi itu semua spontan. Ia bahkan tidak berniat.

"Masih perih nggak?" tanya Summer lagi. Tangan kanannya mengusap pipi sementara tangan kirinya mengusap rambut Hannan.

"Hannan! Udah belum?!" ulangnya karena pemuda itu tak kunjung menjawab.

"Anak SMA boleh ciuman nggak sih?" bukannya menjawab, Hannan malah melempar pertanyaan yang lagi-lagi hendak Summer tangkis dengan tangannya.

"Lo mau gue gampar lagi?"

Hannan terkekeh kemudian melepas tangan Summer yang masih mengusap pipinya. "Udah sembuh. Ajaib juga tangan lo. Selain bisa nyakitin, juga bisa ngobatin."

Nabastala ke TujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang