What If

1.8K 261 75
                                    

Kalea dan Celin berdiri di barisan untuk mengambil makan siang. Masing-masing tangan mereka memegang nampan yang nanti akan diisi makanan dari kantin. Sepasang sahabat itu asyik bercerita tentang drama Korea yang baru selesai Celin tonton. Jika menanyakan Summer, gadis itu sedang ada di ruang OSIS membahas beberapa hal tentang organisasinya. Jadi hanya Kalea dan Celin saja yang ke kantin. Kalau Gemmi dan Lingga, mereka ada di kelas. Mempersiapkan diri untuk ulangan setelah istirahat nanti.

Posisi dua gadis itu sudah dekat dengan meja prasmanan. Hanya tersisa dua orang lagi di depan mereka. Kalau saja antrian mereka tak dipotong oleh Viera. Gadis yang masih satu angkatan dengan mereka namun berbeda kelas. Dia IPA 1, tempatnya anak-anak dengan peringkat tinggi dipersatukan. Mungkin Viera memang pintar dalam akademis, tapi sikap dan kelakuannya nol besar. Mungkin semasa hidupnya tidak diajari budaya mengantri.

"Dih! Enak banget lo nyalip antrian!!" Seru Celin tak terima begitu saja.

Namun orang yang ditegurnya tidak menggubris sama sekali. Dengan geram, Celin menarik rambut Viera yang tergerai hingga mau tak mau ia jadi keluar dari antrian.

"Arkk! Sakit!!" Serunya berusaha melepas tangan Celin dari rambutnya.

"Makanya, hidup tuh tahu aturan. Jangan nyerobot antrian! Dikira kita di sini nggak laper?" Sambung Kalea ikut menegur Viera.

Dengan sedikit hentakan, Celin melepas jambakannya. Hingga gadis yang jadi musuh sejawat itu agak terhempas. Celin puas telah melakukan hal itu. Orang tidak tahu aturan seperti Viera harus diberi paham kalau dunia tidak bergerak sesuai keinginannya saja.

"Berani lo, Celina!" Serunya kemudian bergerak mendekat dan hendak menjambak rambut lawannya. Namun belum sampai tangannya pada rambut bergelombang gadis itu, sebuah tangan melingkar di pergelangan tangannya hingga pergerakan itu terhenti.

Lengan putih bersih dengan jam Rolex bernilai puluhan juta itu jadi pemandangan pertama bagi Viera maupun Celin. Namun tanpa menoleh pun, mereka sudah tahu siapa pemilik jam tangan mahal itu.

"Cedric?" Gugu Viera dan Celin kompak.

"Ke belakang." Tak hanya Viera tapi hampir seluruh orang yang ada di sana jadi merinding.

Suaranya yang bernada rendah dan tatapan dingin tertuju pada Viera membuat nyali gadis itu ciut. Ia mengepal tangan satunya kemudian menarik diri dari cengkraman Cedric. Setelahnya, gadis yang selalu meniru gaya Jennie Blackpink itu pergi meninggalkan kantin. Ia tidak jadi makan karena telanjur malu. Semua pasang mata menatap ke arahnya. Antrian pun terhenti karena perseteruan yang tiba-tiba. Namun Cedric lega karena ia berhasil mencegah Viera menarik rambut Celin.

Cedric beralih pada gadis yang hampir terkena masalah itu. Ia lihat raut wajah Celin masih bingung bercampur kaget. "Lo nggak apa-apa?" Katanya sembari menyentuh bahu Celin.

Gadis itu menatap Cedeic bingung, namun perlahan-lahan jadi kesal. Ia menyingkirkan sentuhan Cedric pada bahunya kemudian pergi meninggalkan kantin. Kalea yang sudah hendak menyusul jadi terhenti saat melihat Cedric lebih dulu mengikuti Celin. Terjadi perubahan atmosfer di kantin yang tak semua orang paham. Masing-masing kepala mereka bertanya, apa yang terjadi sebenarnya?

Celin terus berjalan cepat tanpa tujuan. Ia mendengar Cedric terus memanggilnya dari belakang. Namun sebentar pun Celin enggan menoleh apalagi berhenti. Ini terlalu membingungkan. Ia tidak bisa menerima perubahan sikap Cedric yang tiba-tiba. Sejak kemarin laki-laki itu terus saja bersikap aneh dan nyeleneh. Ia tidak mengganggu Celin. Ia juga sangat perhatian dengan memberikan air mineral saat air minum dalam botolnya habis. Ia juga membela saat Celin diganggu oleh Rangga. Ini tidak masuk akal. Ke mana perginya Cedric yang dulu menyebalkan?

Nabastala ke TujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang