Bryan dan Kesepakatan

2.1K 296 38
                                    

Sepuluh menit berlalu, namun mobil ini masih hening tanpa bunyi. Sepasang manusia yang tadi katanya ingin bicara, mendadak tak ada yang berani buka suara. Kalea Alhahsy, gadis Aries itu melirik lelaki disebelahnya dengan hati-hati. Sejak pertemuan tadi malam, ia jadi takut bertemu Jarrel. Beberapa kali saat tak sengaja bertemu di sekolah, Kalea pasti menghindar. Bukan apa-apa, tapi ia mendadak takut untuk bertemu pemuda itu.

"Kak."

"Kal."

Panggilan kompak itu kembali menciptakan jeda. Keduanya kembali mengurung niat untuk berbicara. Entah apa yang salah, tapi waktu seakan sedang mengunci bibir mereka berdua agar tak dapat bicara.

Jarrel menghela napas. Tidak bisa dibiarkan. Jika begini terus, besok pun tak akan selesai. Maka ia pun menoleh pada Kalea yang menunduk takut sembari memainkan ujung almamater nya.

"Kamu mau ngomong apa?" Kalea lantas mendongak. Mempertemukan dua netra mereka pada sepersekian detik sebelum akhirnya ia putus secara paksa.

"Kakak duluan aja," katanya kembali menunduk.

Putra Nareswara itu masih memperhatikan gadis di sebelahnya. Gelagat yang membuatnya sedikit tak nyaman. Kalea jelas menunjukkan ketakutannya pada Jarrel. Padahal ia tak berniat berbuat jahat sama sekali. Apa mungkin Kalea tidak menyetujui perjodohan ini?

"Aku mau minta tolong," Jarrel menggantung ucapannya. Masih menatap si jelita yang belum juga menunjukkan pergerakannya.

"Minta tolong apa, Kak?" gadis itu menoleh, namun hanya sebentar. Ia langsung buru-buru mengalihkan pandangannya karena merasa terintimidasi dengan tatapan Jarrel.

"Tapi sebelum itu, bisa kamu santai dulu? Aku nggak bahaya, Kalea. Nggak gigit juga. Kamu nggak perlu takut," katanya dengan nada lunak. Benar, ia tau Jarrel tak bermaksud jahat padanya. Lagi pula, tak'kan berani juga ia menganiaya Kalea saat mereka saja masih di parkiran sekolah. Namun tetap saja, orang mana yang tidak ketakutan saat diberi tatapan selidik dari seorang Jarrel Aribi Nareswara. Pemuda yang terkenal dengan mata elangnya.

Si Aries membuang napasnya yang sejak tadi tertahan. Meski masih merasa takut namun Kalea berusaha untuk menghargai kakak kelasnya.

"Kakak mau minta tolong apa?" Matanya kini berani membalas iris cokelat pekat itu. Sepasang mata yang kecil namun telik itu seketika menghipnotisnya agar terbuai oleh pesona yang ia punya.

Giliran Jarrel yang membuang napas. Ia beralih menghadap depan tepat pada stir dan parkiran yang mulai kosong.

"Tadi malam, aku buat perjanjian dengan Papa. Kalau dalam waktu empat tahun aku bisa mewujudkan kemauannya, perjodohan kita akan dibatalkan. Tapi kalau aku gagal, kita harus menikah apapun resikonya," Si Taurus mulai mengeluarkan isi hatinya. Hal ini lah yang sejak tadi ingin dibahas dia. Tentang obrolannya dengan Papa, dan kelanjutan hubungannya bersama Kalea.

"Tapi sebagai gantinya, Papa akan mendukung semua rencana aku," sambung Jarrel karena Kalea tak kunjung memberi respon.

Ia kembali menatap si tengah Alhahsy yang diam mematung. Seakan sedang berpikir apa yang harus ia lakukan dalam situasi sekarang. Perlahan, Jarrel menaikkan sudut bibirnya. Keturunan Alhahsy memang berbeda. Kalea memiliki mata yang lebih besar dari miliknya. Irisnya lebih gelap dan pekat dengan bulu mata yang panjang. Hidungnya mancung. Bibirnya tipis dan rona kemerahan alami pada kedua pipinya. Jika yang ia cari hanyalah rupa, Kalea sempurna. Namun nyatanya, bukan Kalea yang ia puja. Cintanya memang belum jelas, tetapi tujuannya pasti konstan.

Nabastala ke TujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang