Siaran Selasa Siang

2.1K 322 53
                                    

"Selamat siang pendengar, kembali lagi dengan Rhesya Dipha Neptunus yang pastinya kalau nggak julid rasanya kurang asik!" sudah jadi tradisi, satu sekolah tutup telinga. Entah karena suaranya yang tidak enak didengar, atau kata-kata yang keluar membuat hati panas ingin membakar yang lagi siaran.

"Hari ini, gue nggak mau julid-in orang deh. Bosen! " sambung Dipha membuat beberapa siswa mengerut keheranan.

"Tumben?" celetuk Kalea yang sedang makan di kantin bersama Celin.

"Jadi hari ini, gue mau bacain beberapa tweet rakyat Ghazanvar yang hari ini mampir ke DM. Rame banget nih yang belum di read sama adminnya. Ya, dari pada lama-lama, mending kita langsung bacain DM yang pertama, cekidot!" Base menfess sekolah adalah salah satu tahta tertinggi di hati rakyat Ghazanvar. Karena di sana mereka bisa curhat, menyindir, confess dengan indentitas anonim. Hanya admin base lah yang tau siapa pengirimnya. Meski sebagian besar berisi dosa, namun tetap saja banyak yang menyukai konsep sosial media seperti ini.

"Dari ubinmasjid00_, kepada dj radio Neptunus yang laknatnya MasyaAllah... MUSNAH KEK LO!" ujar Dipha membaca tweet yang pertama. Membaca itu Dipha lantas mengelus dadanya sabar.

"Orang baik tuh memang begitu ya, ada aja yang dzolim. Tobat lah tobat, wahai sahabat," sambung Dipha untuk orang yang mengiriminya tweet.

"Next ya sodara! Dari- bentar ada telpon masuk." Dipha langsung menggeser tombol hijau pada layar ponselnya. "Halo?dengan Neptunus di sini?" Mic itu sengaja tak ia matikan hingga seluruh sekolah dapat mendengar suaranya. "JANGAN SEBUT USERNAME CUG!!" Sambungan yang di loudspeaker itu sampai pada mic hingga satu sekolah dapat mendengar seruan itu.

"Oh gitu? Oke-oke, terima kasih kritik dan sarannya. Kita next." Setelah mematikan sambungan, Dipha kembali membaca DM yang masuk. "Teruntuk Summer Nauda Parviz dari 11 IPA 4. Kalau aku bercanda jangan dimasukin ke hati, ya, masukin ke paru-paru aja. Siapa tau aku separuh nafasmu." Bukan hanya Dipha, yang mendengar pun mual karenanya. Gombalan yang terlalu aneh dan jablay. Tapi satu gadis yang dimaksud malah memerah pipinya. Padahal keempat sahabatnya sudah terdesak ingin muntah.

"Ew!!! Gila gombalan jaman kapan ini? Jelek banget. Eh ada lagi ada lagi. Summer, kamu itu kayak nilai seratus. Harus diliatin sama Bunda," sambung pemuda itu makin bergidik ngeri dengan DM yang ia baca. "Bziirr! Kayak pernah dapat nilai seratus aja lu, eceng gondok! Ini ada pantunnya gaes, Nikita Willy Nikita Mirzani. Nikita deket doang nggak jadian nih?"

"BANG UDAH BANG!!" seru Celin tak kuat sendiri mendengar gombalan tidak bermutu yang dibacakan Dipha.

"Satu lagi gaes. Ya Allah kalau Summer jodoh ku tolong deketin, tapi kalau bukan ya juga gapapa deketin aja, emang kenapa?" Kali ini ia elus dada. Bagaimana bisa ada manusia spesies langka seperti ini. Bahkan rasanya, Dipha masih kalah menyebalkannya dari si pengirim menfess. "Lu udah minta tolong, ngelunjak lagi. Yang begini tolong di blacklist aja dari daftar penghuni surga. Ini gue nggak perlu sebut username orang-orang juga pasti tau siapa pelakunya. Next dah!"

"Hannan norak!" Teriak Rainer pada si pemuda Sunda yang sedang anteng di kursinya.

"Wiets suka-suka gue dong?! Cara mencintai tiap orang itu beda-beda. Contohnya lo, jatuh cinta di pendam pendam. Itu hati apa buah mangga?!" balas Hannan menyindir Rainer dengan sarkas. Padahal mereka sama saja. Sama-sama alay kalau jatuh cinta.

"Konsonan langit yang akan menjadi sebuah takdir cinta kita, menjadikan hamparan bahwa saksi ini, detik ini secara sinaran ultra feng yang mulai dinaungi oleh greenday. Akan menjadikan cranberries cinta kita menjadi nyata. Aku sudah mempersiapkan terjun dari helikopter untuk kamu, Mas Akio!!!" Kalimat panjang lebar dikalikan tinggi itu membuat Dipha sesak napas. Lebih mengherankannya lagi, bisa-bisa nya ia menjiplak template Vicky Prasetyo untuk menyatakan perasaannya secara ugal-ugalan.

Nabastala ke TujuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang