Extra Bab : Lika-Liku Cinta

1K 91 37
                                    

Jalan hidup rupa-rupa
Bahagia dan kecewa.
Baik buruknya sudah pasti ada hikmahnya. - Camelia Malik, Lika-Liku.

•●•

Decakan bibir terdengar memekak. Mencuri-curi oksigen tatkala kedua saliva tertukar dalam sepinya detak waktu. Tubuh tertekan, mendesak setiap kali ujung jemari yang dingin itu menyapukan jagad sentuhannya. Menggeliat. Terusik tetapi menarik lebih dalam.

Setiap kecupan basah yang turun, menari di atas lehernya yang terdongak, sesekali memejamkan mata, namun kali ini matanya terbuka. Memandang di atas sana, hiasan lampunya padam. Di bawah sana, kecupan basah menarik sudut hatinya.

Jari-jari kurus itu menarik sepasang rahang naik ke atas, mencumbunya sekali lagi. Kembali bertukar napas dan desah pelan saat satu tangan meremas lembut. Si wanita bergerak gelisah.

"Ah, pelan-pelan."

Tak bodoh keduanya. Kegagalan waktu itu membuatnya tak pantang menyerah, hari ini mereka harus bisa menyatukan tumpuan mereka kembali. Menyesap aroma surga dari tubuh yang kian mendesak.

Tatapan terulur menggelap, tatkala si lelaki menurunkan jemarinya dan menyentuh satu titik lemah si wanita. Kepalanya kembali terdongak, bibirnya terbuka tanpa suara. Pelan, yakin, sentuhannya menggila. Dan tak ada yang bisa si wanita lakukan selain menikmati, menyesap lebih dalam detik kala bibir suaminya memintanya kembali mencium. Menggigit mukosa merah muda itu membuat selagu tawa berderai.

Keduanya bertatapan, hari ini harus berhasil. Ya, harus.

"Mommy! Mommy!"

Kegiatan mereka terhenti, kepala si wanita mendongak agak ke bawah. Tepat pada pintu cokelat yang terkunci, terdengar gedoran hebat dari luar.

"Mommy! Buka pintunya!"

Helaan panjang teralun membuat kasihan.

"Minggir dulu, aku mau pakai baju," si wanita bergerak gelisah menyingkirkan tubuh suaminya yang setengah telanjang.

Terduduk menatap nanar istrinya yang sudah membenahi pakaianya seperti semula, sebelum jarinya ini melepaskan. Gagal lagi. Kali ini, sudah yang ke berapa ya?

"Ada apa, Siho? Astaga!"

Bocah empat tahun yang cerdasnya bak seorang penemu molekul atom tersebut nampak tak berdosa telah mengacaukan kegiatan yang sangat krusial tadi. Dengan mudah meminta sang ibu memeluk dan menggendongnya ke dalam kamar.

"Kenapa? Kau mimpi buruk lagi?" tanya Yoona, wajahnya masih agak memerah, dan butuh waktu untuk menyembuhkannya.

Siho menggeleng. Matanya setengah terpejam kala dia jejakan kaki ke kamar orang tuanya. Hanya berjarak beberapa pintu saja, namun dia merasa mendengar gemerusuk berisik dari sana. Terlebih sekarang pukul 6 pagi.

"Ada apa, hm? Kenapa putra Daddy bangun sepagi ini?"

Yoona membawa anaknya ke atas ranjang yang hampir saja jadi saksi persetubuhannya dengan sang suami. Siwon mencoba merelakan, waktunya yang gagal lagi itu. Memeluk erat buah hatinya.

"Daddy pergi kerja hari ini?"

"Tentu saja. Daddy harus kerja supaya bisa membelikan Siho mainan," jawab Siwon memberikan ciuman pada bibi gemuk Siho.

Love Scenario - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang