Extra Bab : Aku Mencintaimu

1.1K 92 40
                                    

Kasih, yakinlah,
Hanya aku yang paling memahami besar arti kejujuran diri.
Indah sanubarimu, Kasih
Percayalah. - Raisa feat Andi Riyanto, Bahasa Kalbu.

•●•

Tiffany menghela setelah berhasil memasuki rumah barunya. Melihat ke sekeliling, menyadari jika suaminya belum sampai rumah. Dengan gontai dia berjalan menuju dapurnya, menyalakan lampu ruang tengah seraya melempar tasnya ke atas sofa. Sungguh, hari ini sungguh melelahkan.

Mengambil air dingin di kulkas, menegaknya hingga setengah. Ekor matanya menangkap satu benda di pojok sana yang semestinya dia beli pagi ini. Tiffany menghela.

Air.

Hanya karena perkara air minum, hubungannya dengan sang suami menjadi buruk. Air minum itu masih teronggok manis di pojok sana, seakan enggan minta diganti. Sebenarnya penjual air mineral itu masih buka seingat Tiffany barusan, namun dia sudah tak kuasa untuk sekadar menerima tamu lagi.

Dan lagi, cucian piringnya menumpuk. Tiffany mendengus.

"Aku lupa membereskannya pagi tadi. Ah, badanku rasanya remuk semua."

Kembali, ekor matanya berkeliling dinding dan menemukan jam menunjukan pukul 7 malam. Usai bertamu di rumah Taeyeon yang memberikannya sebuah oleh-oleh dari Gwangju, dan berpamitan dengan Yoona, dia baru kembali. Punggungnya sudah meronta meminta dia rebahan sejenak, namun cucian piring, hingga beberapa pakaian kering belum sempat dia lipat.

Tugas rumah tangga. Sebuah kewajiban yang mesti dia lakoni mulai sejak pemberkatan. Tiffany menepuk pipinya pelan, menggeleng kuat di sana.

"Kau tidak boleh mengeluh! Ini tugasmu, Fan! Ayo semangat!"

Alhasil dengan sedikit sisa tenaga dan bujukan sudut hatinya, wanita itu mengikat rambutnya asal, dan mendekati cucian piring. Mengenakan sarung tangan karet merah muda berusaha semangat. Menghela panjang menyadari jika malam ini mungkin akan jadi tidur terlelahnya. Dia tak makan malam, tak perlu, toh dia tak begitu lapar. Nick sendiri bilang sudah makan malam dengan timnya di restoran.

Jadi untuk apa masak makan malam. Dia sendirian. Tiffany berusaha cepat, mengejar waktu yang bergerak ke pukul setengah delapan malam. Sebelum kian gelap dan kantuk menyerang, dia harus membenahi desain baju barunya. Ada pesanan gaun pengantin yang akan menikah di sekitar bulan April, dia harus menyelesaikan desainnya segera. Maka pekerjaan rumah ini harus cepat selesai.

Napasnya perlahan lega, ketika menyadari semua piring dan perkakas sudah kembali bersih. Meletakkannya di rak khusus dekat wastafel sebelum melepaskan sarung tangan karet. Tiffany mengusap-usap pinggiran dekat kompornya, ada sisa-sisa sayur yang jatuh saat dia masak pagi tadi. Membersihkannya telaten mengingat selama ini dia hidup sendiri. Apalagi kalau Ayahnya ingat pulang, pria itu gemar melihat kebersihan.

Usai selesai dengan urusan dapur, Tiffany mendekati balkon, mengambil cucian bajunya yang dia cuci kemarin siang. Mumpung libur. Dan untung saja hari ini tak hujan, padahal dia lupa memindahkan jemurannya ke dalam. Menaruhnya di atas sofa, Tiffany duduk di sana. Menyalakan televisi dan nampak di sana acara musik tengah berlangsung.

Padahal dia belum sempat membersihkan diri, Tiffany lebih senang beberes rumah sebelum mandi. Karena setelahnya dia bisa menyegarkan tubuh. Duduk bersandar, seraya melipat pakaian dalam sang suami juga miliknya. Mata cantik itu terpesona pada penampilan beberapa anggota boyband yang usianya sekitar 20 tahunan.

Love Scenario - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang