LIYH~44 Arin? Siapa?

127 73 334
                                    

Ingat untuk selalu follow, vote, and comment cerita ini, sangat berarti buat Author🙂

Typo bertebaran!!

Happy enjoy this chapter❤

***

Hp yang dipegangnya terjatuh begitu saja, seakan ada bencana yang mendadak datang tanpa diduga. Arin syok dan menangis. Arin menoleh dan memandang linglung, banyak orang di dalam bandara berlalu-lalang karena mereka punya tujuan masing-masing. Namun lain dengan dirinya sendiri seakan waktu tiba-tiba berhenti.

Arin mengatupkan mulutnya dan air mata terus jatuh mulus bak air sungai yang mengalir tiada henti. Arin mengedipkan kedua matanya serasa hatinya mengalami sakit lebih parah daripada tadi.

Arin, aku tau kamu kecewa padanya. Tapi ini lebih penting dari semua. Arion mengalami kecelakaan, Rin. Aku harap kamu bisa datang kesini.

Pliss
Brian

Pesan, yang terkirim padanya membuat Arin syok hebat. Dia langsung terguncang membaca pesan tersebut

"Akh! Ha ang... hikss ... hiks," Histeris Arin hebat.

Hendric yang berada sedikit jauh dari Arin langsung tersentak mendengar suara Arin yang terisak. Buru-buru Hendric menghampiri Arin dan memeluknya memberi kekuatan.

"Kau kenapa? Rin jawab!? Kau kenapa ha, kau gak rela pulang, kau berubah pikiran. Jangan nangis Rin." Khawatir Hendric sambil membelai punggung lembut Arin.

Arin langsung mendongak dan menatap sepupunya. Wajahnya sudah dihiasi air mata dan dia sangat sedih. Hendric melepas pelukannya dan memegang pundak Arin.

"Ngapa Rin jangan membuatku bimbang, 2 jam lagi kita akan berangkat, kau sudah rela kan?" Tanya lagi Hendric, Arin langsung menggelengkan kepalanya.

"Ha? Ngga?!"

Arin kembali mengangguk.

"Kenapa?!"

"Ka-kak A-hiks...A-Arion kecelakaan Hend hiks...hiks..." sendu Arin.

"Ke-kecelakaan!?" Guratan kerut di dahi Hendric tidak percaya.

"Aku harus ke--sana Hend." Seru Arin cemas.

"Ta-tapi bagaimana dengan tiketnya?"

"Aku memilih untuk tetap disini d-dan ini lebih penting Hend hikss..." ucap Arin. Hendric memandang mata Arin dalam dan mencari sebuah jawaban, benar yang bisa dia rasakan adalah Arin tidak bisa melepaskan cintanya, senior itu.

Hendric tanpa membantah langsung menarik tangan Arin dan Arin hanya bisa pasrah dibawa. Hendric akhirnya menghentikkan langkahnya tat kala mobil sekretarisnya berhenti di depannya.

"Masuk dan pergilah padanya." Ucap Hendric. Arin memandang sepupunya yang tampak tidak rela.

"Hend."

"Cepatlah sebelum aku berubah pikiran." Lanjutnya yang berbalik dan tidak ingin memandang Arin.

"Aku tidak marah hanya merajuk, cepat masuk dan pergilah pada senior belagu itu." Gumam Hendric.

Arin terkekeh pelan dan dia menepuk pundak Hendric.

"Aku akan jaga diri baik-baik Hend hiks..., aku tidak akan menyimpan masalahku sendiri. Aku janji padamu, beri salam rinduku pada Bibi dan-"

Hendric kembali berbalik memandang wajah Arin yang kelihatan tidak seceria dulu.

Arin langsung menyalam telapak tangan Hendric sebagai perpisahan untuk kedua kalinya.

Light In Your Heart [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang