Ingat untuk selalu follow, vote, and comment cerita ini, sangat berarti untuk Author 🙂
Typo bertebaran!!!
Happy enjoy this chapter❤
***
Satu hal yang tidak aku sukai adalah perpisahan. Rasanya menyedihkan bukan? Namun aku harus melakukannya perlahan. Walau itu sangat sulit untuk di terima.
__________________________________
~ArinMenyesal? Jujur aku sedikit ragu.
__________________________________
Arion~***
"Apa ini untuk Arin?" tanya Aurora hati-hati. Stefani menatap wajah Aurora dan dia tersenyum sedih. "Tante sangat sedih ketika Arion tidak bisa mengingat Arin, Ra."
"A-apa?"
"Iya Ra. Arion mengalami amnesia."
"Kenapa bisa? Apa Arion sakit, Tan?" Aurora mencerna ucapan yang terlontar dari Ibu Arion tersebut.
"Tidak Ra. Waktu itu dia mengalami kecelakaan dan kepalanya terbentur di jalan."
Aurora mengatupkan mulutnya shock karena Arion mengalami kecelakaan yang dia sendiri tidak tahu. "Ja-jadi?"
"Saat dia siuman, awal-awalnya Arion tidak mengenal Tante, Ra," ucap Stefani. Stefani pun menceritakan kembali kisah di mana Arion di rawat di rumah sakit.
flashback on
"Engh..." lenguh Arion.
"Ar," panggil Stefani yang masih setia memegang tangan anaknya.
Kedua kelopak matanya bergerak menandakkan dia ingin segera membuka matanya. Arin di dalam diamnya hanya bisa mengucapkan maap sebanyak-banyaknya pada seniornya itu.
Arion merasakan denyut di area kepalanya dan berusaha membuka matanya perlahan, akhirnya dia berhasil juga, kemudian dia harus berusaha menyesuaikan penglihatannya yang masih terlihat berkunang-kunang dan akhirnya pun dia bisa kembali melihat apa yang sebenarnya dilihatnya, hanya cahaya lampu ruangan itu.
"Arion." Seseorang memanggil nama nya.
Arion pun menoleh walau hal itu sangat susah dilakukan, tapi akhirnya dia tetap dapat menatap orang yang memanggil namanya. Arion sekilas terlihat binggung dengan orang yang menyerukan namanya. Dan beberapa menit kemudian baru dia ingat siapa dia.
"Ma-ma." ucapnya pelan.
"Ah iya Ar ini mama." Sedih Stefani.
Arion yang merasa dirinya gak nyaman pun mulai menggerakan badannya.
"Tunggu, Mama bantu kamu." Stefani membantu Arion untuk bisa duduk di kasur. Tangan kanan berbalut perban dan kepalanya yang juga diperban hanya bisa sesekali meringis karena berusaha ingin duduk.
"Sudah, kamu masih merasakan sakit atau yang lain? Apa Mama harus panggil dokter?" tanya Stefani.
Arion hanya menggelengkan kepalanya. Brian yang tak ingin berdiam diri pun juga memanggil Arion.
"Ar."
Arion mendongak dan tersenyum sekilas.
"Brian? Benar kan?"
"Baguslah lo gak lupa dengan gue." Senang Brian.
Dan kemudian pandangan Arion beralih pada seseorang yang terlihat menunduk di samping Brian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In Your Heart [TAMAT]
Teen Fiction[ BELUM DIREVISI ] Akhirnya yang aku impikan bisa kuliah di Jawa terwujud juga walaupun harus meninggalkan keluarga, dan teman-temanku yang kusayangi. Aku pun juga seharusnya harus menjadi orang yang mandiri dan membanggakan keluargaku terutama ayah...