Ingat untuk selalu follow, vote, and comment cerita ini, sangat berarti buat Author🙂
Typo bertebaran!!
Happy enjoy this chapter❤
***
Arin dan Arion saat ini berdiri di tengah aula. Tangan Arion tetap mengandeng tangan Arin. Jujur Arion rasakan tangan Arin yang sedikit gemetar, mungkin dia gugup. Arion mengenggam erat.
Arin menelan ludah kasar, kala wajah orang disekitarnya yang tampak tidak senang. Arin tetap menunduk. Arion mengerti hal itu, dia menoleh dan menunjuk Michel untuk menyalakan musiknya.
Alunan musik kembali mengalun indah di dalam aula. Ada Brian yang menatap Arion sahabatnya dari jauh dengan perasaan yang tidak bisa diungkap.
Arion melepas pegangannya dan merubah posisi menjadi berhadapan dengan Arin. Arion terlihat dingin, namun itu hanya diluar, dia sebenarnya berhati lembut dan penyayang, hanya saja dia menutupinya dengan ego sejak dia beranjak remaja, dia menjadi laki-laki yang tidak tersentuh.
Arin gugup tidak tahu harus apa, karena ini baru pertama kalinya dia berdansa. Arion memajukan tubuhnya mendekati Arin. Arin merasa was-was, dia pun mundur. Mata Arion terlihat tajam dan Arin menghindari tatapan itu.
Arin memasukkan helaian rambutnya kebelakang telinga. Ini juga kebiasaanya sejak kecil, jika dia merasa deg-degan. Arion memegang pinggang Arin dan menarik Arin supaya dekat dengannya, tangan Arion juga mengandeng sebelah tangan Arin. Satu tangan Arin memegang pundak Arion.
Dag...dig........dug.....dag...dig....dug
Jantung Arin berdetak lebih cepat. Arion bergerak ke kanan diikuti Arin yang juga mengikuti arah Arion.
"Gue ingin lo selalu berada didekat gue." ucap Arion pada Arin yang menatapnya terkejut.
"Gue gak mau lo terlalu dekat dengan Brian." ujarnya lagi.
Arion bergerak mengikuti irama musik. Arin menunduk, Arion kembali berucap.
"Gue gak buang hadiah lo itu. Gue masih simpan ditempat yang sama dengan barang yang lo beli," Jelas Arion, Arin menatap wajah Arion dari dekat. Tampak di mata Arin bahwa Arion terlihat sungguh-sungguh.
Arion membuang muka, musik yang mengalun indah itu, ternyata sudah berhenti. Arion menetralkan wajahnya, dan beralih menatap Arin yang diam tidak berkutik. Arion memandang Arin, meminta jawaban, namun Arin tetap diam, Arion kembali berucap pada dirinya sendiri.
'Apa dia paham yang gue maksud'"Maksud kakak, aku ehmm.." Arin masih binggung.
Arion mengerjapkan matanya tak percaya, jadi Arin tidak paham apa yang dia bilang barusan. Arion mengusap wajahnya kesal.
"Ga ada, lupakan apa yang gue bilang barusan," Arion mundur dan berbalik meninggalkan Arin sendiri.
"Ta-tapi.." Arin ingin membalas, 'kenapa Kak Arion suruh aku untuk selalu dekat dengannya?" Batin Arin.
Disekitar Arin sudah nampak orang yang sudah berbisik-bisik aneh mengenainya.
Arin bergegas pergi dan melewati Brian, yang menatapnya dengan tatapan sendu. Arin pergi dan mencari Kak Arion, Arin melihat Kak Arion yang ternyata sudah menaiki motornya, Arin berusaha mengejar, tapi tidak bisa, motor Kak Arion telah jauh darinya.
Arin akhirnya berhenti mengejar, sambil mengatur napasnya perlahan. 'Kenapa dengan Kak Arion,' batin Arin.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In Your Heart [TAMAT]
Novela Juvenil[ BELUM DIREVISI ] Akhirnya yang aku impikan bisa kuliah di Jawa terwujud juga walaupun harus meninggalkan keluarga, dan teman-temanku yang kusayangi. Aku pun juga seharusnya harus menjadi orang yang mandiri dan membanggakan keluargaku terutama ayah...