Ingat untuk selalu follow, vote, and comment cerita ini, sangat berarti untuk Author 🙂
Typo bertebaran!!!
Happy enjoy this chapter❤
***
Di mata kakak, aku sudah mengerti maksud sebenarnya. Kakak ingin aku menghilang dari hidup kakak, bukan? Baiklah maka itu akan aku lakukan supaya kakak senang.
__________________________________
~ArinAku sangat ragu, Rin. Tolong jangan persulit ini, pahamilah aku. Aku membutuhkanmu dalam hidupku.
__________________________________
Arion~***
Arion masih menatap Arin, namun Arin kini berpaling, dia tidak ingin melihat wajah Kak Arion lagi. Rasa sakit dan kecewa di hati nya sudah melewati batas dan sekarang sudah digantikan dengan rasa benci. Hingga akhirnya suara dering handphone membuyarkan semua.
Drt....drt....drtt....
Handphone Arin kembali berdering. Arion melihat Handphone Arin yang tergeletak di lantai. Dan dia menajamkan matanya melihat nama yang menelpon. Di sana tertera nama Hendric. Rupanya sepupu dari Arin menelponnya dari tadi. Namun berbeda hal nya dengan Arion dia malah tersenyum sinis.
"Hendric? Wah rupanya selain sahabat gue sendiri yang diincarnya ternyata dia masih ada simpanan lelaki la-"
Plak!
Arin menampar pipi Arion. Aurora mengatupkan mulutnya syok. Semua orang menyaksikan kejadian ini sangat terkejut dengan sikap dari seorang Arin. Saat ini Arin sangat marah karena Arion telah menghina dirinya di depan semua orang.
"Aku membencimu Kak, sangat membencimu." Mata Arin memerah menahan gejolak amarah dan emosi di dadanya.
Arion menyentuh pipinya yang terkena tamparan. Dia membesarkan matanya dan menoleh melihat wajah Arin yang terlihat sangat membencinya.
"Apa kakak sudah puas ha?! Aku sudah mengatakan yang ingin kakak dengar sendiri. Apa kakak senang sekarang?" Arin menahan tangisnya dan melihat Arion dengan sorot pandang kecewa.
Arion terdiam, dia mengepal kuat tangannya dan kembali mengucapkan kalimat yang membuat hati Arin lebih sakit, "Ya gue sangat senang mendengarnya, dan lebih menyenangkan lagi jika lo tidak pernah muncul di hidup gue. Gue sangat menyesal pernah menyukai lo yang nyatanya lo hanya-"
Arin menjawab, "Aku bersedia untuk tidak pernah lagi mendatangi hidup kakak hikss... jadi kakak senang bukan?"
Arion menatap Arin sesaat, dia tidak membalas ucapan Arin, namun dia beralih dengan mengenggam tangan Aurora dan lekas meninggalkan Arin yang menangis terisak.
Arin berbalik dan memandang kepergian mereka. 'Kak, apa yang aku katakan tadi adalah keinginanku. Kakak sudah mengiyakan hal itu dan itu akan terwujud kak, terimakasih untuk semuanya.' Batin Arin.
***
Selama pelajaran berlangsung, Arion tidak tampak fokus. Dirinya memikirkan hal lain. Dia juga tidak melihat Arin sejak kejadian tadi.
"Aku bersedia untuk tidak pernah lagi mendatangi hidup kakak hikss... jadi kakak senang bukan?
Arion terus memikirkan ucapan Arin yang terakhir. Entah kenapa dirinya tidak menerima itu. Seolah apa yang dikatakannya akan benar-benar diwujudkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In Your Heart [TAMAT]
Teen Fiction[ BELUM DIREVISI ] Akhirnya yang aku impikan bisa kuliah di Jawa terwujud juga walaupun harus meninggalkan keluarga, dan teman-temanku yang kusayangi. Aku pun juga seharusnya harus menjadi orang yang mandiri dan membanggakan keluargaku terutama ayah...