LIYH~45 Deja vu

133 68 400
                                    

Ingat untuk selalu follow, vote, and comment cerita ini, sangat berarti buat Author🙂

Typo bertebaran!!

Happy enjoy this chapter❤

***

"Arin? Siapa?" Tanyanya dengan wajah kebingungan.

Deg!

Arin terkejut di tempat, hatinya terasa berdenyut. Brian pun merasakan hal yang sama. 'Dia tidak ingat Arin?' Batin Brian. Stefani hanya bisa sedih dan hanya menatap Arin dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Pacar lo Brian? Wah sejak kapan lo mulai dekat dengannya ha." Tampang biasa Arion menatap Brian dengan sedikit senyuman.

Brian hanya bisa murung, dan tidak tau harus berbuat apa.

"Kok pada diam semua sih, Ma kenapa? Apa aku salah ucap?" Tanya Arion pada Stefani. Stefani hanya menampilkan senyumnya dan mengelus lembut tangan anaknya.

"A-aku ijin permisi dulu Tan, Kak Brian dan Kak Arion." Senyum terpaksa Arin tunjukkan pada Kak Arion yang menatapnya heran. Entah kenapa dalam diri Arion melihat senyuman cewe yang bernama Arin itu berbeda dan hatinya berdetak tak menentu.

Krett...

Pintu ruangan itu terbuka dan Arin pun keluar.

"Gue salah ucap Bri?" Tanya lagi Arion membuat Brian binggung.

"Ng-ngga Ar, dia itu hanya junior Kampus kita dan ah dia teman sepupu lo Jesica." Tuntas Brian membenarkan perihal Arin pada Arion.

"O."

"Hm."

Krett...

Kembali pintu ruangannya dibuka dan masuklah Edward beserta dokter ke dalam. Arion hanya bisa menatap dingin ayahnya dan Edward sendiri hanya bisa tersenyum lega karena anaknya sudah bangun dan terlihat baik-baik saja.

"Baiklah saya minta untuk bapak dan ibu menunggu di luar, karena saya ingin memeriksa keadaan pasien."

"Oh iya dok silahkan."

Mereka pun keluar dari ruangan Arion, tampak wajah Stefani masih tetap sedih. Sedih, karena anaknya melupakan satu orang yang sangat berarti bagi dirinya. Edward membimbing istrinya untuk duduk di bangku tunggu, sedangkan Brian meminta ijin untuk pergi keluar sebentar.

Brian tahu saat ini Arin pasti merasa sedih. Brian pun mencarinya di sekeliling rumah sakit dan dia menghentikan langkahnya di taman. Brian tersenyum sekilas dan kembali meluntur, karena di sana Arin ada, namun terlihat sedih. Bahkan dia sampai terisak dan membuat orang yang berjalan di sekitarnya merasa aneh.

"Hiksss....ang....hikss...hift..hiks.." sedih Arin.

Brian yang sudah di samping Arin pun langsung saja mengelus rambut Arin lembut. Arin tersontak dan mendongak ke atas, Kak Brian melihatnya menangis dia buru-buru menepis tangisannya dan berdiri berhadapan dengan Kak Brian.

"Jangan sedih Rin, suatu saat dia pasti mengingatmu, dia hanya butuh penyesuain diri." Ucap Brian sungguh.

"Benar Kak, dan alangkah lebih baik lagi bagiku jika dia tidak pernah sama sekali mengingat diriku karena aku hanya bisa memberi kesusahan padanya, akhirnya sekarang Kak Arion bisa menjalani hidupnya dengan tenang." Elak Arin memberikan senyum tulus pada Kak Brian. Brian hanya bisa diam dan menatap prihatin pada Arin.

Kemudian Brian maju dan tiba-tiba menarik Arin dalam pelukkannya. Arin terkejut dengan perlakuan Kak Brian padanya. Dan kemudian Brian melepas Arin dari dekapannya.

Light In Your Heart [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang