37. Pikiran atau Perasaan?

36 4 0
                                    

Daehyun tidak menjawabnya. Ia ragu. Tatapannya penuh akan keraguan. Mulutnya ingin mengeluarkan semuanya, tapi di sisi lain dalam dirinya menolaknya. Kenapa hati dan pikirannya selalu bertolak belakang? Kenapa selalu saja begitu?

“Daehyun?” panggil Yoongi yang membuat Daehyun langsung sadar.
Kedua mata Daehyun mengerjap cepat lalu menggeleng pelan.

“Ada apa? Apa kepalamu sakit?” tanya Yoongi yang mendapatkan gelengan kecil dari Daehyun lagi.

“Aku hanya… mengantuk,” jawab Daehyun lalu berdiri dan masuk ke dalam kamarnya dengan pelan.
Sebelum menutup pintunya, ia menatap Yoongi yang masih terduduk.

“Maaf. Aku tidak dapat mengatakannya.”

“Kenapa? Apa kau sudah tidak mempercayaiku?”

Daehyun tidak langsung menjawabnya.
“Aku… merasa sangat sulit untuk melakukan itu sekarang. Menaruh kepercayaan kepada orang lain di mana aku bahkan tidak dapat mempercayai diriku sendiri.”

Daehyun mengatakan itu dengan tatapan yang sangat sedih. Itu membuat Yoongi menyadari bahwa Daehyun sedang bingung dan ragu sekarang.

“Apa karena aksi bodoh Namjoon dan Taehyung?”

Daehyun mengangguk kecil.

“Apa kau ingin sendiri?”

Daehyung mengangguk lagi.

“Kau mimpi buruk?”

Daehyun refleks mengangguk, tapi dengan cepat ia sadar dan mulai menggerakkan kepalanya ke kanan, kiri, atas, dan bawah. Senam dadakan.

“Aku mau tidur.”

“Kau tidak mau melihat keberangkatanku?”

“Ehm… tidak.”

Bohong. Sebenarnya Daehyun sangat ingin pergi melihat keberangkatan Yoongi, tapi pergi melihat Yoongi itu berarti ia harus turun ke bawah dan bertemu dengan para Hyung yang lain. Untuk saat ini, ia tidak mau melihat mereka. Jika ia mengingat kembali kejadian tadi, rasa sakit di dada dan merasa bersalah yang tidak wajar pasti muncul. Apalagi tadi ia menggingit lengan Hoseok dan Jimin dan bahkan mengatakan kalimat yang membuat Taehyung mengeluarkan raut wajah yang sangat sedih. Rasa bersalah semakin besar, tapi ia segera menggelengkan kepalanya dan juga mengingat bahwa ia melakukannya karena para Hyung pantas mendapatkannya. Jika saja ia tidak menggigit lengan Hoseok dan Jimin, kemungkinan pertarungan antara Namjoon dan Taehyung semakin buruk.

Karena kembali sibuk drngan pikirannya sendiri, sekali lagi Daehyun melupakan bahwa Yoongi masih berada di sana, memperhatikannya.
Yoongi menghela napas pendek lalu segera menyadarkan Daehyun. Ia mengulurkan kedua tangannya lalu dengan hati-hati ia menetapkannya di pipi yang mulai berisi itu. Daehyun yang mendapat perlakuan itu bingung.

“Kenapa? Ada apa?” tanya Daehyun karena Yoonhi tiba-tiba mulai terlihat menahan tawanya.

“Tidak. Hanya saja, aku tiba-tiba mengingat rupamu saat pertama kali bertemu.” Tatapan Yoongi terlihat menurun waktu mengingat kejadian itu. “Kurus. Seperti kau hanya diberi makan satu kali sehari oleh keluarga jahat itu.”

“Ya, memang.”

“Huh? Apa?”

Mendengar nada suara Yoongi yang berubah membuat Daehyun cukup merinding.

“A-Aku tetap makan tiga kali sehari, Hyung! Mereka memang hanya memberiku makan sehari sekali, tapi itu bukan berarti aku tidak memiliki akal untuk mengendap-endap keluar untuk membeli makanan.”

“Apa kau mencoba berbohong kepadaku setepah mendengar perkatakaanmu sebelumnya?”

“Eeh? Tidak! Hyung, Hyung, coba lihat mataku. Apa tatapanku berbohong?”
Daehyun membulatkan kedua matanya.
“Kalau masih tidak percaya, Hyung bisa mencari pemilik restoran kecil bernama Ibu Han. Itu tempat favoritku."

Genius Boy [BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang