Saat Seokjin membuka matanya, ia telah berada di kamar rumah sakit. Begitu juga dengan adik-adiknya yang masih tertidur lelap, tapi ia tidak melihat Daehyun. Ia mulai bangkit dari tidurnya dan hendak beranjak dari ranjangnya.
“Seokjin! Syukurlah kau sudah sadar,” seru seorang wanita tua yang tidak lain adalah Halmeoni-nya.
Ia memeluk Seokjin dengan erat begitu juga dengan Seokjin yang membalas pelukannya. Dia bersyukur kalau Halmeoni-nya yang tetap berada di rumah saat itu baik-baik saja.
“Daehyun... D-Daehyun di bawa pergi!”
“Sst. Tenang, dia berada di kamar lain."
Mata Seokjin membulat. Ia senang mendengar hal itu, namun juga bingung. Bukankah pria itu telah berhasil membawa Daehyun?
“Seokjin! Lihat Halmeoni, ya, lihat mataku.”
Seokjin tersadar saat merasakan pipinya menerima kehangatan dari tangan Halmeoni-nya.
“Daehyun ada bersama kita.”
Mendengar hal itu, matanya langsung memanas dan membiarkan air matanya keluar.
“Aku ingin melihatnya... kumohon."
“Maaf, Seokjin. Untuk saat ini… lebih baik kau istirahat dulu.”
“Tidak. Aku baik-baik saja.”
Seokjin terus menanyakan keadaan Daehyun kepada Halmeoni, tapi ditolak dengan berbagai macam alasan. Halmeoni-nya tidak ingin dia banyak bergerak dulu dan membuatnya khawatir saat melihat keadaan Daehyun.
“Aku ingin melihatnya! Halmeoni, aku mohon walau itu hanya sebentar!”
Seokjin memberontak dan itu membuat Halmeoni tidak mempunyai pilihan lain selain menuruti permintaan sang cucu tertua. Ia memanggil perawat agar membantunya menuju kamar Daehyun.
“Seokjin, ini bukan salahmu, ok?”
Seokjin tidak membalasnya. Ia malah semakin mempercepat langkahnya.
Mereka berjalan cukup jauh dari kamar sebelumnya, menelusuri koridor-koridor yang banyak dilalui hingga mencapai koridor yang sangat hening. Hanya terdapat satu ruangan di koridor tersebut.“Ini….”
Mereka telah sampai di depan sebuah ruangan yang memiliki kaca besar sebagai pembatas antara penjenguk dan pasien, kaca itu memperlihatkan semua apa yang berada di dalamnya. Seokjin tidak dapat menahan air matanya sekali lagi saat melihat Daehyun berbaring dengan berbagai alat bantu, dari alat bantu pernapasan hingga kabel-kabel yang tertempel di tubuhnya. Perban putih melingkari sebagian kepalanya.
“Dokter mengatakan, dia mengalami benturan yang cukup keras di kepalanya dan itu membuatnya koma,” jelas Halmeoni.
Ia mengutuk dirinya sendiri dalam diam, menolak kenyataan bahwa Dongsaeng terkecilnya tertidur di sana. Ia menyahutkan nama Daehyun berkali-kali, terus memukul kaca yang merupakan pembatas di antara mereka, bahkan tidak keberatan mendorong perawat dan dokter yang berusaha menghentikannya untuk masuk menemuinya, hanya untuk menggenggam tangannya. Sekuat apa pun ia melakukannya, Daehyun tidak mengeluarkan respon apapun. Semua badan Seokjin terasa lemas hingga ia berlutut di lantai, badannya sudah tidak bisa menahan berat tubuhnya.
“Ini salahku... hiks... ini semua salahku."
Halmeoni berlutut di samping Seokjin lalu memeluknya dari samping.
“Jangan salahkan dirimu, ini bukan salahmu. Kita harus terus mendoakan Daehyun agar ia bisa cepat sadar dari komanya. Kau harus kuat, kita semua harus kuat."
Seokjin mengangguk lalu menghapus air matanya.
“Apa aku tidak bisa menemuinya?”
“Untuk saat ini tidak, tapi Halmeoni akan berusaha membujuk dokter untuk mengijinkanmu. Ayo, kita kembali ke kamarmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius Boy [BTS]
Fanfiction[Slow Update dan jika ada waktu luang akan direvisi kembali] Maaf atas ketidaknyamanannya. . . "Hanya butuh waktu dan kasih sayang agar memorinya kembali. Aku tahu ini berat... tapi bertahanlah sebentar lagi"-KSJ Dengan kejeniusan dan perilakunya te...