“Bukannya anak itu….”
“Hei! Apa yang kau lakukan disini?!”
“Kau tidak memiliki tempat disini.”
“Jangan sentuh mainanku!”
“Keluar!”
“Aku tidak akan pernah menganggap kalian berdua sebagai Dongsaeng-ku.”
Daehyun hanya terdiam saat mendengar kalimat-kalimat itu dari keenam pemuda yang memiliki umur dan tinggi yang berbeda. Seperti mimpi-mimpinya yang lain, wajah mereka buram, tapi ia dapat merasakan tatapan mereka.
Air matanya mulai mengalir, ia takut dengan keenam pemuda itu. Ia ingin menjauh, tapi badannya sama sekali tidak bisa bergerak. Hal hasil, ia terus mendapatkan sorotan kebencian itu.
Saat kepalanya dapat digoyangkan, dengan cepat ia menunduk dan menutup matanya erat-erat. Tidak lama kemudian, ia merasa ada sesuatu yang menghapus air matanya. Ia membuka dan melihat ada seorang pemuda lain lagi.“Tidak apa-apa. Jangan dengarkkan mereka. Kau tidak perlu takut karena Hyung akan selalu berada di sisimu, Daehyun.” Pemuda itu tersenyum lalu memeluknya.
Saat ia berkedip, pemuda itu telah hilang dan mendapatkan dirinya berada di suatu ruangan. Pintu di depannya terbuka dan menampilkan sosok pria dewasa.
“Jangan pernah harap mendapatkan perhatian dariku, anak lemah.”
Brak!
Daehyun segera membuka kedua matanya dan mengambil posisi duduk. Napasnya masih memburu akibat mimpi yang ia terima. Teriakan dan bisikan-bisikan tidak menyenangkan dituju kepadanya, tapi sayangnya, sekali lagi ia tidak bisa mengidentifikasi wajah mereka semua. Sangat memuakkan, pikirnya.
Momen terakhir dalam mimpi yang membuat dirinya terbangun masih membekas di dalam benaknya. Seorang pria dewasa berdiri di hadapannya dengan tatapan yang tidak menyenangkan serta melontarkan kalimat yang benar-benar membuat hatinya sakit. Lalu membanting pintu dengan begitu keras dan menguncinya dari luar, seperti keberadaanya merupakan sebuah malapetaka. Di dalam mimpinya juga, mereka terlihat sangat besar dan dingin... ia hampir tidak menyukai mimpi itu, jika bukan karena sosok pemuda misterius yang menenangkannya dan memberikannya senyuman hangat.
“Apa itu?” gumamnya lalu mencoba mengatur napasnya saat rasa sakit kembali menyerang kepalanya. Tenggorokanya kering, ia ingin minum untuk menghilangkannya sekaligus membantu dirinya tenang.
Gelas yang berada di atas meja sampingnya telah berpindah tempat ke meja satunya, cukup jauh. Ia melihat kesana kemari, Taehyung dan Jungkook sedang tidur pulas di ranjang tambahan khusus bagi penjenguk yang bermalam dan jam menunjukkan pukul 2 malam.
Ia turun dari ranjangnya dengan hati-hati dan menarik tiang infusnya.
Kriet…
Ia berhenti lalu menatap roda tiang infusnya. Sangat ribut. Bahkan hampir membuat Taehyung dan Jungkook terbangun. Ia kembali menaiki ranjangnya lalu melepaskan kantong infus dari tiangnya.
Akibat penerangan yang minim dan energi yang masih belum stabil, ia tidak menyadari bahwa selang infusnya masih terlilit di salah satu pengait tiang. Hal hasil, jarum yang tertancap di tangannya sedikit berpindah ditempatnya. Walau sedikit, tapi itu benar-benar sangat sakit bagi seseorang yang sama sekali tidak menyukai sensasi tersebut.
Ia menahan teriakannya dengan cara menggigit bawah bibirnya dan memendamkan wajahnya ke selimut, dan tetap membiarkan kedua tangannya melayang karena menahan kantong infus itu.Setelah rasa sakitnya mereda, ia menengok kepada kedua Hyung. Masih tidur. Ia kembali mengangkat pandangannya lalu menaruh seluruh fokusnya agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius Boy [BTS]
Fanfic[Slow Update dan jika ada waktu luang akan direvisi kembali] Maaf atas ketidaknyamanannya. . . "Hanya butuh waktu dan kasih sayang agar memorinya kembali. Aku tahu ini berat... tapi bertahanlah sebentar lagi"-KSJ Dengan kejeniusan dan perilakunya te...