22. Rencana (Revisi)

92 15 2
                                    

Suara pintu membuat seluruh atensi menatap Namjoon. Seokjin yang menyadari tatapan yang berusaha Namjoon sembunyikan segera bangkit dari duduknya dan berjalan pelan ke arah Dongsaeng satunya itu. Ia juga tidak menduga bahwa Namjoon akan datang secepat itu.

“Apa ada yang salah?”

“Tidak ada yang salah. Semuanya baik-baik saja.”

Bukankah ia selalu mendengar gerutu Namjoon bahwa ia juga ingin memiliki waktu berdua dengan Daehyun? Apakah Namjoon tidak sadar bahwa ia tadi telah memberinya kesempatan?

“Namjoon—” kalimat yang ingin ia katakan tertahan saat melihat senyum tipis itu. Ekspresi yang dikeluarkan oleh Namjoon juga seperti mengatakan bahwa ia tidak ingin membicarakannya saat ini. Dengan deheman kecil, Seokjin mengganti pertanyaannya. "Apa dia memakan buburnya?"

Namjoon menganggukkan kepalanya.

Melihat respon itu, Seokjin kembali duduk di kursinya. Begitu juga dengan Namjoon yang mulai mengambil langkah masuk, berjalan melewati Jungkook yang sedang berdiri dipojok ruangan. Lebih tepatnya, ia mengabaikan bocah besar itu yang menatapnya dengan tajam, tidak berkedip sesaat ia hadir dalam ruangan itu. Ia tahu tatapan itu. Semua tahu tatapan memohon yang dikeluarkan oleh anggota termuda dalam group mereka. Jungkook melakukan itu jika terdapat hal yang sangat ingin ia utarakan dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Jika sang target tatapan meresponnya, ia menganggapnya bahwa orang itu akan bersedia mendengar dan membantunya.

Setelah mengetahui harapan terakhirnya untuk keluar dari sini telah melewatinya, Jungkook hanya dapat memasang wajah tidak percaya dan semakin membulatkan matanya. Tidak ada yang ingin mendengarnya! Ia memasang wajah cemberut sesaat lalu ikut duduk dengan yang lain. Ia memejamkan matanya sejenak lalu membukanya kembali, menatap satu demi satu Hyeong-nya, memberitahu mereka bahwa ia tidak akan menyerah dengan tujuannya untuk keluar dari ruangan membosankan itu. Ia lebih suka berada di ruangan Daehyun atau setidaknya Hoseok.

“Ah, aku harus mengajak Daehyun ke kamar Hoseok Hyeong! Aroma kamar Hoseok Hyeog sangat menenangkan. Oh! Mungkin saja ia akan ingat sesuatu.” Jungkook tersenyum sendiri dengan ide yang tiba-tiba masuk ke otaknya. Ia mengingat di mana ia dan Daehyun lompat di atas kasur hingga Hoseok mengusir mereka!

Para Hyeong yang lain hanya dapat menatap kosong Jungkook yang cengar-cengir sendiri. Mereka tetap diam hingga letusan yang mereka tunggu akhirnya keluar.

"Kenapa kita berada disini lagi?!" seru Jungkook kesal sambil menyilangkan tangannya. Ia akhirnya tersadar akan lamunannya itu.

Ruangan yang sedang ia dan Hyeong lainnya sekarang merupakan ruangan yang paling membosankan yang selalu ia masuki. Apa lagi jika bukan ruang diskusi mereka yang berada di lantai bawah tanah.

"Untuk ini," sahut Taehyung lalu memberikan kertas itu ke Yoongi.

Yoongi menerimanya lalu melebarkan kertas yang sudah diremas dan menaruhnya di alat scan. Proyektor telah dinyalakan dan menampilkan dengan jelas isi dari kertas itu.


‘Pesan terakhir Halmeoni : Aku masih memiliki keluarga.’

Barisan pertama itu membuat semua pasang mata membulat dan memajukan tubuh mereka. Tidak ada yang bersuara. Mereka semua sibuk membaca lanjutan dari catatan itu.

Mimpi :

- Tujuh Hyeong (Jin, Suga, Hobie, Joon, ChimChim, TaeTae, Kookie) bermain denganku. Wajah mereka tidak jelas.

- Rumah dan perkarangan yang luas, sepertinya berada di atas bukit. Catatan: Bukan rumah bahkan di daerah sini.

- Dua suara tembakan peluru terdengar sebelum mobil van hitam menabrak dari arah kanan. Delapan penumpang, termasuk aku (Siapa mereka?). Semuanya langsung gelap saat kepala terbentur sesuatu yang keras. Kenapa mobil yang kutumpangi dikejar?

Pendapat :

- Aku tidak hanya tinggal berdua dengan Halmeoni dari aku lahir(?)

- Apa bekas luka di kepala kudapatkan saat bermain?

- Semua ini bukan hanya sekedar mimpi, memori yang hilang? Amnesia? Kilasan singkat setelah mengalami sakit kepala merupakan bukti kuat, itu sangat nyata bagiku.

- Apa Halmeoni masih hidup?


Semua yang membacanya hanya tertengun, perasaan senang, sedih, dan bingung tercampur aduk. Mereka senang karena memori Daehyun semakin lama semakin membaik dan mereka bingung karena memori Daehyun seolah-olah otomatis kembali saat Daehyun bersama mereka. Lebih cepat daripada saat Daehyun hanya bersama Halmeoni mereka. Kalimat terakhir, mereka hanya menatapnya sendu karena Daehyun terlihat masih belum juga merelakan kepergiannya. Mayatnya memang belum ditemukan, tapi wanita tua mana yang bisa bertahan di samudera yang luas dan dingin itu?

"Bukannya... Dokter itu mengatakan kepada kita untuk menjauhinya karena takut sakit kepala Daehyun semakin memburuk dan itu akan mempengaruhi kinerja memori Daehyun untuk mengingat kita kembali terhambat. Tapi setelah melihat catatan Daehyun, sebagian besar diagnosa Dokter itu tidaklah benar," kata Hoseok. Dia dan Namjoon memanglah seorang Dokter, tapi mereka bukan spesialis di bagian tersebut. Mereka memang pernah memiliki pendapat lain dengan Dokter tersebut, tapi segera dihilangkan karena menurut mereka, spesialis lebih tahu. Lagi pula, Haraboji mereka juga menyarankan agar tidak terpaku ke masalah itu dan menerima apa yang Dokter itu katakan. Masih banyak masalah yang harus diselesaikan.

"Mungkin ia keliru, seorang Dokter juga tetaplah manusia," sahut Jimin yang berusaha untuk meringankan ketegangan. Mereka semua mengangguk setuju.

"Kita terakhir bertemu dengannya saat hari itu juga. Setelah itu, kita tidak pernah bertemu lagi dengannya," tambah Namjoon. "Ia juga tidak memberikan kita hasil dari diagnosanya, ia hanya membacanya. Yang aku dan Hoseok tahu, ia merupakan seorang dokter kebangsaan Cina, tapi ia menetap di Korea Selatan cukup lama."

Yoongi yang sedari tadi mengacak-acak leptopnya langsung menutupnya dengan sangat keras, hingga semua mata tertuju kepadannya.

"Aku telah mencari keberadaannya di mana-mana, tapi hasilnya nihil. Dia seperti telah ditelan bumi. Apa dia memalsukan identitasnya?" gerutu Yoongi. "Tidak ada pilihan lain selain scan wajah, tapi aku harus meminta izin ke agen Cina untuk melakukannya. Benar-benar merepotkan."

"Apa maksudmu?" tanya Seokjin.

Yoongi membuka leptopnya yang masih menyala, terdapat retakan di kedua sudut layar, lalu menghubungkannya ke proyektor kembali. Wajah Dokter tersebut tidak terpampang dalam daftar nama 'Zhang Jiashuai' di mana pun.

"Aku telah mengirim wajahnya kepada mereka. Tinggal menunggu—"

Brak!

"Selama ini kita ditipu?!" seru Jungkook. Emosinya naik kembali, lebih parah dari pada saat berdebat dengan Seokjin.

"Tenanglah, kelinci bongsor. Aku belum menyelesaikan perkataanku," sahut Yoongi dingin.

"Itu karena perkataanmu terlalu terbelit-belit. Langsung ke intinya saja," balas Jungkook.

Yoongi mendegus kesal, lalu menjelaskannya dari awal hingga ia melihat anggukan mengerti Jungkook.

"Jadi, kita hanya perlu menunggu pusat Cina merespon. Kenapa aku tidak langsung meretasnya? Itu karena aku tidak ingin mencari masalah dan juga penduduk Cina sangat banyak. Mengerti? Apa ada yang ingin ditanyakan?" tanya Yoongi sambil menatap mereka satu-satu.

Jimin angkat tangan lalu dengan segera Yoongi mempersilahkannya.

"Jadi, apa itu berarti kita bisa memberitahu Daehyun... siapa kita sebenarnya?" tanya Jimin pelan dan penuh harap.

Yoongi tidak menjawabnya, ia hanya menatap ke arah tim medis. Hoseok dan Namjoon salig menatap satu sama lain sejenak. Ragu akan kalimat yang ingin mereka ucapkan. Pikiran dan hatinya bertengkar sekarang. Namun, wajah kesakitan sang Dongsaeng terkecil membuat mereka sadar untuk tetap pada pendirian mereka sebagai dokter.

"Aku pikir, sebagian diagnosanya tentang rasa sakit itu benar. Jika kalian melakukan itu, otak Daehyun akan bekerja lebih keras menerima informasi tersebut. Daehyun akan merasakan rasa sakit dua kali bahkan lebih," jelas Namjoon. "Kalian tidak ingin melihat ekspresinya seperti 5 tahun yang lalu, kan? Atau kalian telah lupa?"

Mereka semua terdiam, mengingat kembali momen saat mendengar Daehyun sempat memberontak dan marah saat ada yang medekatinya. Mereka mendengarnya dari para perawat. Mereka mengatakan bahwa Daehyun meminta semua orang untuk keluar dari ruangan, tapi dengan cepat Dokter Zhang menolaknya. Tapi Daehyun tidak habis pikir, ia langsung mengeluarkan sebuah kesepakatan yang sangat berbahaya.

"Beri aku jarak sejauh tiga meter atau aku akan melepaskan infus ini!" Daehyun mengatakannya dengan sangat lantang dan berani, tapi reaksi tubuhnya mengatakan sebaliknya. Tubuhnya terlihat bergetar hebat dan kedua pipinya yang telah basah karena air mata. Ia takut sambil menahan rasa sakit di kepalanya.

Dokter Zhang yang mendengarnya tentu saja terkejut. Jadi, tanpa memperpanjang masalah ia menuruti keinginan Daehyun untuk jaga jarak dengannya sejauh tiga meter, hingga ia tenang sendiri dan mempersilahkan Dokter Zhang untuk memeriksanya. Bahkan saat ia terbangun, terkadang ia hanya menatap keluar jendela dengan tatapan kosong dan bingung. Ia seperti fokus akan sesuatu. Bahkan kehadiran dokter, perawat maupun Halmeoni mereka, yang saat itu telah ia ingat, tidak ia sadari. Daehyun akan menyadari kehadiran mereka jika pundaknya ditepuk sambil memanggil namanya dengan lembut. Mereka juga pernah dengar dari sang Halmeoni, bahwa Daehyun sempat memimpikan sesuatu yang sangat menyeramkan sambil bergumam meminta maaf. Halmeoni telah berusaha membangunkannya dan berhasil. Saat Daehyun telah tenang waktu itu, Halmeoni meminta penjelasan tentang mimpi itu, tetapi Daehyun hanya menggeleng kalau ia tidak ingat. 

Walau begitu, sikapnya yang tenang setelah semua pemeriksaan mendapatkan banyak pujian dari para perawat dan itu membuat warna wajahnya sedikit demi sedikit kembali. Senyumnya kembali walau mereka tidak berada di sampingnya. Perasaan mereka campur aduk jika mengingat hal itu.

"Tentu saja kami tidak ingin melihatnya lagi," sahut Taehyung sedih. “Lalu, apa yang harus kita lakukan?”

Tujuan mereka adalah untuk membuat Daehyun mengingat mereka. Membuat semuanya kembali semula sebelum kejadian mengerikan itu terjadi. Tetapi, mereka juga tidak ingin membuat Daehyun kesakitan. Mereka harus sabar.

"Jadi, satu-satunya jalan adalah bereaksi seperti biasa. Biarkan Daehyun mencarinya sendiri tanpa mengetahui kalau kita membantunya dari belakang," kata Yoongi lalu mematikan leptopnya. "Kita tetap fokus kepada kesehatan Daehyun dan misi penangkapan mafia itu. Jangan hiraukan dulu Dokter s*alan itu. Beraninya ia memalsukan identitasnya." Lalu keluar dari ruang diskusi dan menuju kamar Daehyun untuk memberikan hadiah yang telah tertunda.

Sejenak, seisi ruangan hening dan masing-masing dari mereka memikirkan cara untuk membantu Daehyun dari belakang.

"Jungkook!" seru Hoseok.

Jungkook yang mendengar namanya hanya dapat tersentak dan menatap Hoseok bingung.

"Kita pakai idemu! Yang pernah kau katakan," lanjut Hosoek.

"Oh! Aku ingat. Rencana yang itu, kan?" tanya Jimin tidak kalah semangat.

Hoseok mengangguk, diikuti dengan yang lain yang akhirnya mengingat rencana tersebut. Sedangkan pembuat rencana yang masih tidak mengerti hanya ikut menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis.

“Rencana apa?” bisiknya ke Jimin.
Jimin menatapnya denga terkejut lalu menggeleng. Setelah mendapat penjelasan singkat, akhirnya Jungkook ingat.

Jungkook langsung menyilangkan kakinya dan mengelus dagunya yang mulus.

"Aku memang genius," kata Jungkook sambil terus menganggukkan kepalanya. Terlalu banyak ide di kepalanya. Jadi, itu tidak aneh jika ia lupa, bukan? "Kapan kita melakukannya?"

"Yang penting saat kesehatannya telah membaik! Aku tidak akan membiarkan kalian menjalankan rencana itu jika kondisinya masih buruk," sahut Hoseok sambil menatap mereka tajam.

Taehyung mengangkat tangannya dengan ragu. "Apa kalian serius dengan rencana ini? Bagaimana jika kondisi Daehyun menurun?"

"Makanya kita melakukannya saat ia dalam kondisi yang baik. Ke mana saja pikiranmu selama ini?" tanya Jungkook dengan nada mengejeknya.

"Tentu saja kesehatannya," jawab Taehyung dengan nada sedikit ditekankan.

Setelah mereka berdua berhasil dilerai, dengan cepat mereka berdiskusi dengan sangat serius sebelum masalah baru muncul kembali. Tidak lupa merekamnya untuk memperlihatkannya ke Yoongi. Setelah mendapatkan kesepakatan yang memuaskan, mereka akhirnya bertepuk tangan dengan sangat meriah, kecuali Taehyung yang terlihat masih gelisah dengan keputusan tersebut.

"Hanya butuh waktu dan kasih sayang agar memorinya kembali. Bukan hanya kita saja, tapi begitu juga keluarga kita dan orang-orang yang menyayanginya. Kita tidak boleh egois. Aku tahu ini berat, tapi bertahanlah sebentar lagi," kata Seokjin yang mendapatkan balasan berupa anggukan dari yang lain. "Jangan lupa pesan Haraboji untuk selalu membuatnya sibuk... agar dia tidak mencari informasi terlalu dalam seorang diri tanpa sepengetahuan kita."

TBC:)

Bagaimana chapter kali ini? Suka atau kurang? Kasih tau, ya!

Makasih sudah baca💜

REVISI
23052022

Genius Boy [BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang