32. Daehyun, kita memang sering bertemu, bukan?

73 9 0
                                    

Tidak ada yang berani bersuara, mereka memang sangat senang dan terkejut, tapi mereka juga takut jika mereka mengatakan sebenarnya. Otak Daehyun belum mampu untuk menerimanya. Terlebih lagi, kondisi tubuhnya sekarang sedang tidak baik itu pasti akan memperburuk kesehatannya. Para Hyung melangkah menjauhi ranjang agar Daehyun dapat bernapas dengan lancar dan dapat menenangkan dirinya, kecuali Hoseok, Namjoon, dan Taehyung yang sama sekali tidak ingin meninggalkan tempatnya.

“Tentu saja—

“Taehyung~ apa kau bisa memberi ruang untukku dan Namjoon?” sela Hoseok sambil menepuk pundak Taehyung.

“Tidak! Aku akan—”

“Kim Taehyung, status Daehyun sekarang adalah pasien dan kami sebagai dokter harus memeriksa. Jadi, apa kau bisa mundur?” sela Hoseok sekali lagi dengan nada yang sedikit diberatkan.

Taehyung yang mendengar kalimat itu mendegus kesal. Ia memperlihatkan sisi samping wajahnya dan membalas sorotan mata Hoseok dengan amat dalam dan tajam, sebelum melepaskan tangan yang masih terasa hangat lalu bangkit dari duduknya.

Di sisi lain, Namjoon telah selesai dengan stetoskopnya.

“Daehyun, kita memang sering bertemu, bukan? Kita tinggal di rumah yang sama,” kata Namjoon. “Apa kau lupa?”

“Ah, bukan itu… bukan yang itu.” Daehyun menggelng lemah lalu mencoba mengingat sesuatu, tapi tetap saja hasilnya nihil.

“Ugh... maaf. Pikiranku tidak jelas untuk sementara,” kata Daehyun sambil menyentuh kepalanya yang mulai sakit.

 Taehyung kembali mendekat dan menghiraukan para Hyung yang lain. “Tidak apa-apa… Daehyun… tidak ada yang perlu kau minta maafkan,” sahut Taehyung sambil mengusap punggung Daehyun. Tatapannya turun, sedih dan kecewa.

“Karena kau sudah bangun, aku akan pergi memberitahu perawat untuk membawakanmu bubur,” sahut Hoseok lalu segera melangkah, tapi tertahan karena merasa sesuatu menggapai ujung jas dokternya. Tidak bisa dikatakan ditahan, sebab tarikan itu hanya terasa seperti sapuan saja. Tapi Hoseok tetap berbalik, memandang jemari yang terlihat sangat lemas berusaha mencengkram jasnya.

“Apa ada yang salah?” tanya Hoseok sambil menggenggam tangan Daehyun.

“Hyung, untuk saat ini aku tidak memiliki selera makan,” jawab Daehyun.

“Daehyun-na, kau harus makan. Dari menggenggam tanganmu saja aku sudah tahu kalau tenagamu benar-benar sangat lemah,” balas Hoseok yang mencoba untuk membujuknya.

“Besok saja,” balas Daehyun lalu mencoba untuk tertidur kembali. Kamar rumah sakit masih terkesan buruk dalam benaknya. Ia tidak membenci rumah sakit, tapi beda cerita jika ia yang tertidur di ranjang pasien.

“Kau harus makan untuk minum obat,” kata Namjoon yang membuat Daehyun menggidikkan kedua bahunya.

“Obat? Eh... istirahat sudah cukup,” sahut Daehyun lalu menarik selimut sampai menutupi kepalanya. “Sebab tidur merupakan obat yang paling manjur.”

Seokjin yang melihatnya sudah tidak tahan lagi. Ia berjalan ke ranjang Daehyun, Taehyung yang awalnya duduk di kursi langsung berdiri setelah melihat ekspresi yang terukir di wajah Seokjin.

“Kim Daehyun, kami tidak keberatan jika kau tidak ingin makan,” kata Seokjin sambil mengelus kepala Daehyun.

Mendengar namanya dipanggil dengan suara yang ditekankan, membuat tubuh Daehyun bergidik kembali. Ia tahu siapa pemilik suara tersebut, tapi untuk sekarang ia tidak ingin menyahutnya.

“Itu berarti, kau juga harus tidak keberatan jika kami menyita semua gadgetmu, kau juga dilarang menggunakan komputer Yoongi,” lanjut Jimin lalu menatap Yoongi. “Benar kan, Yoongi?”

Genius Boy [BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang