27. Lari (Revisi)

64 11 5
                                    

-Author POV-

Setelah berpisah dengan Soobin, Daehyun segera melihat ke arah ketiga Hyeong-nya. Akhirnya mereka tinggal bertiga dengan berbagai macam hadiah di tangan mereka. Dengan cepat Daehyun menuruni tangga dan berlari kecil ke tempat mereka, sangat susah untuk berlari lebih kencang karena ia membawa ransel yang berisikan bekal para Hyeong-nya.

Ia menahan ranselnya, menetapkan tangannya di belakang dengan erat, sambil bergumam kesal, "Kenapa gymnasium ini sangat besar? Aku mulai lelah."

Aneh. Kenapa ia mulai lelah? Padahal ia baru lari sebentar. Langkahnya mulai terasa berat, tapi ia tidak memedulikannya sebab prioritas utama yang berada di kepalanya adalah menyelesaikan tugas dengan baik.

"Hyeong!" seru Daehyun saat melihat mereka melangkah menjauhinya.

Teriakan itu membuat ketiga Hyeong segera berbalik kearahnya. Senyum mereka benar-benar langsung mekar sesaat mendapati sosok yang mereka tunggu-tunggu akhirnya tiba, Dongsaeng mereka akhirnya tiba!

"Daehyun!" seru mereka balik lalu menurunkan semua yang ada di genggaman mereka.

Wajah senang Daehyun yang awalnya terpampang seketika hilang. Ia mengkerutkan kedua alisnya sambil menatap kaget ketiga Hyeong itu. Entah kenapa, terdapat rasa penyesalan memanggil para Hyeong dari jauh.

Langkah Daehyun juga ikut terhenti dan seperti ingin berbalik arah, kabur, dari Jimin, Taehyung, dan Jungkook yang berlari kearahnya seperti cheetah.

“H-Hyeong, pelan-pelan saja!”

Percuma. Seruan yang terdengar kecil atau bahkan tidak terdengar tidak dapat menghentikan para Hyeong saat mereka senang.

Bahkan setelah pertandingan yang terlihat sangat melelahkan itu ditambah harus menerima semua hadiah yang bertumpuk-tumpuk, mereka terlihat tidak kehabisan tenaga.

"H-Hyeong?! Apa yang Hyeong lakukan?!" seru Daehyun kaget sebab Jungkook tiba-tiba mengangkatnya seperti tropi. Tinggi, pikir Daehyun.

"Ah, ini adalah hadiah kemenangan yang sangat indah," kata Jungkook dengan suara yang lembut.

"Iya, iya, aku membawa bekal kalian. Hyeong, turunkan aku." Jungkook langsung menurunkan Daehyun sesuai permintaan sebelum ada mahasiswa yang melihat mereka dengan alasan yang berbeda.

Daehyun tidak ingin dilihat oleh orang lain jika dia diangkat dengan sangat mudah, itu sangat memalukan baginya dan sudah pasti akan menjadi pusat perhatian. Baginya, tatapan para dokter muda sudah melebihi dari kata cukup. Sedangkan para hyeong, mereka tidak ingin terdapat mahasiswa mengerumuni mereka lagi dan bertanya akan sosok kecil yang akhirnya bersama mereka. Mereka tidak ingin waktu mereka bersama Daehyun terpotong karena menjawab pertanyaan para mahasiswa.

Setelah Jungkook menurunkan Daehyun dan mengambil kembali hadiah yang mereka simpan sejenak, mereka bergegas keluar dari Gymnasium karena tempat itu akan dipakai oleh mahasiswa lain. Mereka berpindah tempat di bawah pohon yang rindang, cukup tertutup.

"Apa kau melihat pertandingan kami?" tanya Jimin setelah menempatkan dengan rapi hadiah yang ia dapat.

"Tentu saja! Kalian berdua sangat hebat," sahut Daehyun sambil memberikan Jimin dan Jungkook dua jempol.

"Karena aku yang menang sudah pasti aku yang lebih hebat," sahut Jungkook dengan tatapan mata yang mengajak Taehyung untuk bertarung.

"Bukan hanya Jimin Hyeong dan Jungkook Hyeong saja yang hebat, tapi Taehyung Hyeong juga. Aku sama sekali tidak menyangka kalau Taehyung Hyeong dan Jimin Hyeong benar-benar adalah idola kampus. Padahal kalian baru mahasiswa tahun pertama di sini," sahut Daehyun kagum. "Jungkook Hyeong juga. Kau sangat keren dan terkenal walau bukan mahasiswa di sini," tambahnya cepat saat melihat wajah Jungkook langsung murung.

"Akhirnya kau mengakui Hyeong-mu ini, Daehyun," sahut Taehyung bangga.

Mereka pernah mengatakan kepada Daehyun kalau mereka itu sangat terkenal di kampus maupun di sekolah. Bukannya Daehyun tidak percaya, hanya saja perlakuan mereka sehari-hari tidak mendukung pernyataan mereka. Seperti Soobin katakan, 'kita akan percaya setelah melihatnya dengan mata kita sendiri.'

"Ah! Benar juga," kata Daehyun karena telah hampir melupakan tujuan utamanya menemui mereka. Ia membuka ranselnya dan mengeluarkan tiga bekal. Kuning keemasan untuk Jimin, hijau untuk Taehyung, dan ungu untuk Jungkook.

"Baiklah, tugasku sudah selesai di sini." Lalu menutup ranselnya dan kembali menetapkannya di bahu kecilnya. "Sampai jumpa."

"Eh?! Kenapa kau cepat sekali pergi?" seru Taehyung lalu memberikan Daehyun salah satu hadiahnya. Itu sekotak cokelat. "Tinggal di sini lebih lama lagi."

"Maaf, aku tidak bisa," sahut Daehyun sebab waktunya benar-benar sangat terkuras di kampus. Waktu yang tersisa tinggal sejam lagi, sedangkan jarak ke kantor cukup jauh. Terlebih lagi, transportasi yang ia gunakan hanya bus umum.

"Tidak bisa, tapi kenapa kau menerimanya?" ejek Jungkook saat melihat kotak cokelat itu telah berpindah tangan.

"Karena Taehyung Hyeong memberikannya kepadaku," sahut Daehyun membela dirinya.

"Itu benar," sahut Taehyung. "Maka dari itu, kau harus tinggal. Ok?"

"Aku masih punya tugas. Aku harus pergi ke kantor Seokjin Hyeong untuk mengantar bekalnya," sahut Daehyun menolak ajakan mereka sekali lagi

"Tidak perlu. Di kantornya sudah disediakan makan siang. Jadi, tinggalah di sini lebih lama lagi, Daehyun," sahut Jungkook. Ia menyodorkan sebungkus permen.

Ia memberikannya kepada Daehyun, maka dengan senang hati Daehyun menerimanya lagi. Walau mereka telah memberikannya kepada Daehyun, kedua makanan itu tetaplah hadiah dari mahasiswa dan mahasiswi yang rela mengantri untuk memberikannya kepada para Hyeong. "Aku tidak akan memakannya sendiri, mereka juga harus mencobanya. Untuk saat ini aku pegang dulu," batin Daehyun sambil menatap dua makanan manis itu.

"Sebentar saja, sebagai hadiah tambahan kami akan membelikanmu es krim. Di dekat sini ada kedai es krim yang sangat terkenal dan itu benar-benar sangat enak!" seru Jimin semangat. "Choco mint-nya sangat terkenal!"

"Benarkah?" balas Daehyun yang ikut semangat. Namun, ia langsung menyadari sesuatu yang mencurigakan dari perilaku mereka itu.

"Apa kalian baru saja menyogokku?"

Ketiga Hyeong hanya tersenyum.
Daehyun menyodorkan kembali kedua makanan manis itu. Ketiga Hyeong menolaknya secara serempak.

"Sekali diterima," kata jimin.

"Tidak boleh dikembalikan," tambah Taehyung.

"No refund," kata Jungkook.

Daehyun menatap mereka lama lalu memilih menaruhnya di atas tumpukan hadiah lain kemudian bangkit dari duduknya.

"Hyeong, tolong lepas ranselku," kata Daehyun sambil berusaha menarik tali ranselnya dari Taehyung. Ia tadi baru saja melangkah menjauh dari mereka, tapi dengan cepat Taehyung mencengkram ranselnya. Dia hanya mencengramnya, tapi kenapa sangat kuat?! Pikir Daehyun.

“Apa kau tidak kasihan dengan Hyeong-mu ini?”

“Aku lebih kasihan jika Seokjin Hyeong tidak memakan bekalnya tepat waktu.”

“Itu salahnya karena tidak membawa bekalnya!” seru Jungkook yang langsung ditatap Daehyun.

“Hyeong, kalian juga tidak membawa bekal kalian.”

Jungkook membuka mulutnya lalu menutupnya kembali. Ia tidak tahu harus mengatakan apalagi. Sebagai balasan, ia memilih untuk mengalihkan tatapannya dari Daehyun.

“Daehyun-ah.”

Daehyun kembali berfokus kepada Taehyung yang mulai menarik-narik ranselnya.

“Daehyun-ah, lihat mataku, tidak, lihat mata kami... apa kau tidak melihat tatapan kerinduan?”

“Hyeong... terakhir kali kita bertemu adalah saat sarapan tadi pagi.”

“Tapi, tetap saja kami merindukanmu. Hei, kami bisa membawa berkeliling kampus. Bagaimana? Mau?”

Jimin dan Jungkook mengangguk setuju.

“Ehm....”

Kondisi seperti itu tidak bisa dibiarkan terlalu lama jika Daehyun ingin melakukan tugasnya dengan baik, ia harus cepat-cepat mencari cara untuk kabur sebelum ketiga Hyeong menyeretnya secara paksa untuk ikut bersama mereka. Ia perlu melakukan sesuatu untuk mengalihkan atensi mereka.

"Woah! Siapa Hyeong keren itu?!" seru Daehyun kegirangan sambil seolah-olah menunjuk seseorang di belakang ketiga Hyeong.

Melihat senyum lebar mekar di wajah Dongsaeng mereka, tentu saja mereka akan ikut senang, tapi beda cerita jika senyum itu terbentuk karena orang lain. Mereka dengan cepat berbalik dan bersiap menandai orang itu, tetapi tidak ada siapa-siapa di sana.

"Tidak ada—Daehyun?!" seru Taehyung saat ia berbalik lagi. Namun sayangnya, Daehyun telah berlari jauh menuju gerbang keluar kampus. Saat Taehyung lengah tadi, Daehyun segera menarik paksa ranselnya dan langsung berlari.

"Hyeong! Maaf aku telah berbohong. Semoga kalian menikmati bekal kalian! Tenang saja! kalian adalah Hyeong terkeren yang pernah kutemui. Jadi, kumohon, jangan kejar aku!" puji Daehyun sesaat ia merasa berhasil kabur dari mereka.

Mereka sudah pasti dapat menyusul Daehyun. Namun melihat Daehyun sudah bersusah payah lari, mereka membatalkan niat mereka.

"Kau baru saja berbohong pada kami! Tunggulah hukumanmu di rumah!" seru Taehyung. Walau itu hanyalah sebuah candaan, tapi Daehyun tetap terkejut, ia tidak menyangka akan hal itu. Hukuman lagi? Tidak terima kasih, pikir Daehyun.

"Itu tidak akan terjadi! Seokjin Hyeong pasti akan berada dipihakku!" balas Daehyun lalu lari meninggalkan kampus tersebut. Para Hyeong hanya terkekeh melihat reaksinya, begitu juga dengan penduduk kampus yang tidak sengaja melihat mereka saling sahut-menyahut.

"Dia lari seperti dikejar makhluk buas," kata Jungkook.

"Dia sangat menggemaskan. Jika saja dia tidak berlari sekuat tenaga, aku lebih memilih menyusulnya dan memeluknya," kata Taehyung.

"Kau benar, tapi... dia juga terlihat kehabisan nafas. Seharusnya kita menghentikannya, takutnya nanti dia kelelahan," sahut Jimin khawatir.

"Makanya tadi aku memberikannya sebuah peringatan sebagai candaan," sahut Taehyung lalu memiringkan sedikit kepalanya dan menyentuh dagunya. "Apa lebih baik memberikannya? Itu bukan ide yang buruk."

"Hentikan. Itu terdengar sangat mengerikan jika kalimat itu keluar dari mulutmu," balas Jimin.

"Ya, Jimin Hyeong benar." Jungkook melirik ke arah Taehyung. "Oh, apa kau ingin membuatnya menangis lagi? Jika iya, itu berarti kau merupakan Hyeong yang buruk."

Taehyung membalas tatapannya, ia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengeraskan sedikit rahangnya. Jimin yang berada di tengah mereka sudah pasti merasakan atmosfer yang tidak bersahabat itu segera menghentikan mereka.

"Jika Daehyun mengetahui sifat kalian yang seperti ini, sudah pasti ia akan kecewa," sela Jimin dan itu membuat Taehyung dan Jungkook terdiam.

.

.

Daehyun tidak menghentikan larinya karena ia baru saja menyadari kalau ia terlalu lama di Universitas BigH, sedangkan waktu kesepakatan tinggal sejam lagi. Masih banyak, tapi tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi saat menuju ke sana. Untungnya, bus yang akan ia tumpangi masih terparkir di halte.

"Syukurlah, masih sempat," gumam Daehyun setelah membayar ongkos bus lalu duduk di barisan tengah. Ia segera membuka air botolnya dan meminumnya dengan perlahan hingga isinya tinggal setengah.

Bus yang awalnya sudah mulai berjalan tiba-tiba berhenti dan pintu bus kembali terbuka. menampakkan seorang pria berhoodie hitam lengkap dengan maskernya. Itu membuat Daehyun bergidik sejenak dan segera mengalihkan pandangannya ke luar jendela saat tatapan mata mereka bertemu.

Pria itu muncul lagi! Pria misterius yang Daehyun yakini selalu mengikutinya. Pria itu mengambil posisi berdiri tepat di belakangnya, sedangkan di sekitarnya banyak kursi kosong. Kenapa ia harus berdiri? Pikir Daehyun.

Daehyun segera melirik ke arah jendela dan mencari seseorang dengan sangat tenang.

“Jika pria itu berada di sini, itu berarti pengendara motor itu juga pasti berada disekitaran sini,” batin Daehyun saat melihat pengendara motor telah mengikuti bus. “Ha... apa mau mereka sebenarnya?!”

Daehyun ingin sekali berbalik dan menanyakan pertanyaan itu, tapi nyalinya yang kecil menghalangi tindakannya itu. Ia juga berpikir itu adalah tindakan yang bodoh dan juga berbahaya. Lebih baik ia diam, seperti tidak terjadi apa-apa.

Daehyun juga mengira tidak akan bertemu dengan pria itu lagi karena selama tinggal bersama para Hyeong, dia sudah tidak lagi merasa diawasi dan melihat pria itu, beserta temannya yang pengendara motor. Ia lega dan berpikir untuk menghentikan pencarian tentang dua pria tersebut, tapi rasa lega itu malah membuatnya lengah dan membawa jarak diantara mereka semakin menepis.

"Jangan balik ke belakang, nanti kau akan pusing." Daehyun membatu sejenak dan langsung menghadap ke depan.

Pria itu menetapkan tangannya di atas sandaran kursi lalu merendahkan tubuh bagian atasnya hingga wajahnya hanya tinggal beberapa sentimeter dari Daehyun. Daehyun menyadari hal tersebut segera bergeser ke kursi bagian dalam, tidak lupa menaruh ranselnya di kursi luar agar pria itu tidak mendudukinya.

"Tenang saja," kata Pria itu pelan lalu duduk di kursi belakang Daehyun, begitu juga dengan tangannya ikut berpindah ke sandaran kursi Daehyun. "Tidak ada yang perlu kau takutkan."

Pria itu sekali-sekali memainkan jemarinya di rambut Daehyun. Daehyun yang mendapatkan perlakuan itu sama sekali tidak sadar sebab pikirannya sudah hampir kacau.

Menyeramkan, hanya itu yang berada di benak Daehyun sambil memainkan jemarinya. Ini pertama kalinya dia mendengar suara pria itu, berat. Terlebih lagi, penumpang selain mereka hanyalah seorang remaja yang sibuk dengan ponselnya.

Perjalanan menuju BT Corp. memakan waktu lebih dari 20 menit jika naik bus. Daehyun sangat ingin menekan tombol yang berada di sampingnya dan turun dari bus yang sangat berbahaya itu lalu segera menghentikan taksi untuk melanjutkan perjalanannya. Sekali lagi, ia tidak dapat melakukannya sebab uang yang ia pakai bukan miliknya dan peringatan itu seperti memiliki makna yang tersirat. Setelah halte tujuannya telah dekat, dia segera menekan tombol berhenti. Dia tidak ingin berlama-lama lagi.

"Terima kasih," kata Daehyun kepada supir lalu segera turun dari bus.

Daehyun mulai berlari kecil menjauhi halte karena pria itu juga ikut turun. Ia menaruh seluruh fokusnya ke belakang hingga tidak menyadari bahaya yang satunya lagi.

Ciit!!

Daehyun terkejut mendengar suara tersebut dan langsung jatuh terduduk.

"Apa kau tidak apa-apa?" tanya pengendara motor itu sambil mengulurkan tangannya, tanpa melepas helm maupun sekedar menaikkan kaca hitam helm tersebut.

Deg

Daehyun tidak menerima uluran tangan tersebut dan memilih bangkit sendiri. "Tidak apa-apa. Maaf, aku tidak terlalu menaruh perhatianku ke depan," sahut Daehyun sambil melirik ke belakang. Pria yang mengikutinya naik bus sudah semakin dekat, sedangkan di depannya adalah pengendara motor tersebut. Benar-benar bukan kabar yang baik.
Dia harus segera lari dari situasi itu.

"Jika kau ti—"

"Maaf, aku sedang terburu-buru. Sekali lagi aku minta maaf atas kejadian tadi," sela Daehyun lalu membungkuk cepat ke pengendara itu dan lari secepat mungkin.

Setelah melihatnya pergi menjauh, pengendara itu dan pria yang mengikuti Daehyun naik bus bertemu di lorong terdekat.

"Dia baik-baik saja. Hanya terkejut dan terjatuh."

"Apa kau yakin?"

"Tentu saja. Dia lari cukup kencang setelah melihatku dan juga melirik ke belakang... aku rasa pengintaian kita sudah terbongkar."

"Tentu saja."

Pengendara motor itu terkejut.

"Sejak kapan?! Apa aku mengikuti bus terlalu dekat?"

"Apa kau lupa atau memang bodoh? Atau keduanya? Pilih."

"Kau mau mencari ribut denganku? Aku pilih tidak tahu. Sama sekali tidak tahu."

Pria yang mengenakan masker menghela nafas panjang.

"Makanya saat rapat kau harus ikut, bukannya kencan dengan motor bututmu itu."

"Butut?! Kau bilang motor secanggih ini butut?!"

"Ya, jika pengendaranya adalah kau."
“Kau–”

Drrt...

Pengendara motor itu hanya dapat menahan emosinya karena seorang yang penting bagi mereka menelpon ponsel pria yang berada di hadapannya.

"Baiklah. Kami akan ke sana." Lalu langsung meninggalkan pengendara berisik itu.

"Hei, setidaknya beritahu aku!" seru pengendara motor saat lawan bicaranya sudah pergi meninggalkannya.

TBC:)

Hah... kemungkinan cerita ini akan slow update😔

Kalian yg sabar nunggunya, ya!

Sebab tugas yg diberikan cukup susah:(

Terima kasihh💜💜💜

#PiedPiper
#DYNamiTE
#InnerChild
#BingungJudulApaYangCocok

REVISI
26062022

Genius Boy [BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang