-AUTHOR POV-
Prang!
Bunyi suara itu sangat keras! Hingga Daehyun sangat takut melihat sumber suara itu.
"Kenapa aku tidak merasakan sakit? Tunggu, itu suara pecahan kaca!" batin Daehyun lalu memberanikan diri untuk melihat ke sebelah kanannya, sumber suara tersebut. Terdapat begitu banyak pecahan kaca berserakan di lantai restoran. Kursi yang menjadi bahan lemparan itu telah keluar dari restoran.
Ia berharap tidak ada yang terluka karena perbuatan Taeil yang melempar kursinya ke kaca. Setelah menurunkan ranselnya, yang ia lihat bukanlah Taeil maupun Doyoung, tapi punggung seseorang. Daehyun hanya dapat terdiam saat mengetahui pemilik punggung tersebut.
"S-siapa kau?!" seru Taeil ketakutan. Dia sekarang terduduk di lantai dan memandang ngeri orang yang berada di hadapannya, begitu juga dengan Doyoung.
"Aku adalah Hyeong-nya," jawab Jungkook dengan nada rendah ditambah tatapan mengintimidasinya.
"Hah?! Hyeong?! Omong kosong! Kami adalah Hyeong-nya! Kerabatnya!" seru Doyoung sambil membantu Taeil untuk berdiri.
"Kerabat?" tanya Jungkook menyerigai. "Kalian benar-benar mempunyai nyali setelah menyerukan kalimat tadi."
Jungkook memberikan tatapan tajam hingga tubuh mereka berdua kaku. Cukup lama keheningan menyelimuti restoran itu hingga suara kecil terdengar memanggilnya.
“Hyeong.”
Jungkook memejamkan matanya sejenak, menangkan dirinya. Tidak mungkin ia menghadapi Dongsaeng-nya dengan perasaan yang mengerikan itu. Ia harus tenang, walau itu sangat sulit untuk menahan tangannya bertemu dengan dua wajah itu.
Ia membuka kedua matanya saat ia berbalik ke arah Daehyun. Tidak memedulikan tatapan yang ia terima dari dua orang yang mencelakai begitu juga dengan orang-orang yang mengabaikan Dongsaeng tersayangnya saat ditindas.
Keadaan Daehyun yang paling utama.
Saat mata mereka bertemu, Daehyun tidak dapat membantu selain menggidik ngeri melihat tatapan Jungkook. Sangat sulit untuk menjelaskannya, tetapi tatapan itu benar-benar sangat berbeda dari tatapan yang ia terima selama ini.
Tanpa mengatakan apapun, Jungkook menarik meja yang menghimpit Daehyun. Tanpa sengaja, ia melihat sesuatu di pundak belakang Daehyun dari sela-sela kerah sweaternya yang kebesaran. Mata Jungkook langsung membulat saat melihatnya dan seketika cahaya matanya memudar. Kesan riang dan menyenangkan benar-benar hilang dari Jungkook dan digantikan dengan amarah. Bahkan, Daehyun dapat melihat jelas pembuluh darah yang menonjol di beberapa titik.
Namun, atensinya berubah saat melihat sesuatu yang menghampiri Jungkook.
"Hyeong!" seru Daehyun saat melihat Doyoung hendak menendang kepala Jungkook.
Brak!
Dalam sekejab, Doyoung telah terkapar di tumpukan meja. Jungkook tadi berhasil menahan serangan Doyoung lalu melemparnya ke barisan meja kosong. Tatapan Jungkook semakin gelap, emosinya semakin meluap-luap saat Taeil terus menerus melontarkan perkataan buruk kepadanya dan juga Daehyun.
"Apa dia Hyeong yang kau katakan?! Dia lebih mirip monster ketimbang seorang Hyeong!"
Melihat Jungkook semakin menyeramkan, Daehyun segera naik ke atas meja lalu menutup kedua mata Jungkook. Daehyun tidak tahu kenapa tubuhnya langsung beraksi, tapi ia yakin bahwa ia harus melakukan itu sebelum semuanya memburuk.
Ia mendekatkan mulutnya ke telinga Jungkook yang anehnya terdiam lalu membisikkan sebuah intruksi untuk mendengar perkataannya.
"Tarik nafas... hembuskan... tarik nafas... hembuskan...." Daehyun mengatakannya dengan lembut hingga Jungkook merasa tenang. Merasa bahwa emosi yang meluap itu sudah mereda, ia langsung berpindah ke tahap selanjutnya.
“Hyeong, apa kau bisa menatapku sejenak?”
Jungkook dengan patuh berbalik dan menatap mata Daehyun.
"Sudah tenang?" tanya Daehyun kemudian menetapkan kedua telapak tangannya di telinga Jungkook. Sebagai balasan, Jungkook hanya mengangguk.
Daehyun yang mendapatkan respon itu hanya dapat menahan tawanya dan memeluk erat Jungkook, yang juga kembali memeluknya.
Jimin dan Taehyung akhirnya tiba di restoran itu saat mendengar desas-desus dari orang-orang sekitar. Mereka menerobos masuk dari kerumunan-kerumunan orang yang masih setia berdiri di luar restoran sambil menggenggam ponselnya, hingga satu-persatu dari mereka pergi karena ponsel mereka tiba-tiba mati total secara serentak.
Jarak bukanlah masalah bagi seorang programer untuk meretas suatu sistem besar maupun kecil. Setelah menerima panggilan dari Jimin, ia segera menyalakan leptopnya lalu melancarkan aksinya dengan sangat tenang, tapi dia sudah mengumpat berkali-kali di dalam benaknya. Sekarang, ia masih duduk di sebuah cafe sambil meminum ice americano-nya, ia tidak bisa pergi karena masih berurusan dengan orang yang berada di hadapnnya. Ia tidak menyangka bahwa transaksi itu membutuhkan waktu yang cukup lama dan membosankan.
“Ha….”
Mendengar helaan dari seniornya, pria itu segera mempercepat gerakannya.
“Sepertinya, anggota-anggota yang berada di bawah komando ketua akan mendapatkan masalah.”
Pria itu hanya dapat merendahkan badannya. Apa ia terlalu lama? Ia telah melakukannya dengan sangat baik dan cepat!
“Tenang saja. Kau tidak termasuk.”
“T-Terima kasih!”
Hanya itu yang dapat keluar dari mulutnya.
Di restoran, penjaga keamanan telah datang dan membawa mereka semua ke pos keamanan. Dari sanksi yang diberikan oleh para pelayan dan para pejalan kaki tadi, Jungkook dibebaskan dengan alasan melindungi diri. Sedangkan Taeil dan Doyoung, mereka dibawa ke kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
"Hyeong, aku benar-benar tidak apa-apa... Jadi, turunkan aku," kata Daehyun sambil menurunkan pandangannya.
Ia sangat malu sekarang karena Jungkook menggendongnya ala bridal style tanpa mempedulikan sudah berapa banyak pasang mata menatapnya. Jungkook menggendongnya tanpa pikir panjang saat mendengar suara kesakitan dari Daehyun di pos keamanan tadi.
Daehyun menghela napas. Jika saja para security datang lebih cepat, dia pasti tidak akan terluka. Namun, Daehyun juga tidak dapat melakukan apa-apa karena semua security ternyata mengurus sekelompok pemabuk yang membuat keributan di bar. Kondisi para pemabuk yang berhasil dibawa ke pos lebih buruk darinya.
"Kalau begitu gendong aku saja seperti biasanya, gendong kuala," lanjut Daehyun.
"Bagaimana jika terdapat luka di perutmu dan aku tidak sengaja menekannya?" balas Jungkook.
"A-aku baik-baik saja."
"Benarkah? Kalau begitu tunjukkan kepada kami."
"Itu...." Daehyun tidak dapat melanjutkan kalimatnya. Tidak mungkin ia melepas sweaternya dan membiarkan begitu baanyak pasang mata menatap tubuh bagian atasnya.
Jika Jungkook tidak bisa diajak kompromi, maka masih ada dua Hyeong lagi.
"Jimin Hyeong...."
Jimin tidak mengatakan apa-apa, tapi ia tetap tersenyum.
"Taehyung Hyeong...."
Taehyung hanya membalasnya dengan elusan di kepala.
Setelah mendapatkan penolakan yang tersirat, Daehyun hanya dapat pasrah dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tidak ada yang memulai percakapan hingga mereka masuk ke dalam mobil. Jimin mempunyai kunci cadangan, jadi mereka langsung masuk tanpa harus menunggu Yoongi.
"Manse," kata Taehyung sambil mengangkat kedua tangannya.
Daehyun mengikutinya dan terkejut saat sweater dan kaos yang ia kenakan telah melesat keluar dari tubuhnya.
"Memar di bagain tulang rusuk kanan atas," kata Taehyung sambil menahan kedua tangan Daehyun yang hendak menutupi dirinya. Rahangnya juga sudah mengeras saat mengetahui betapa besarnya memar itu.
"Pundak kanan atas juga, lebih baik dibandingkan yang di depan," kata Jungkook. Ekspresinya juga tidak beda jauh dari Taehyung.
"Daehyun, apa kepalamu terbentur tadi?" tanya Jimin yang berada di bangku depan.
"Tidak," jawab Daehyun spontan, "kepalaku baik-baik saja."
Pintu mobil supir terbuka, Yoongi datang dengan membawa kantong platik berisi plester pereda nyeri dan ice pack. Taehyung dan Jungkook dengan sigap membukanya dan mengaplikasinya ke tubuh Daehyun.
“Ukh!”
Daehyun sedikit merintih saat ice pack itu menyentuh kulitnya, akibat suhunya yang dingin dan rasa sakit yang muncul.
"Apa ponselmu itu hanya aksesoris?" tanya Yoongi tanpa melihat Daehyun. Ia mengatakannya dengan wajah datarnya
Satu pertanyaan itu membuat suasana memiliki tekanan yang tidak mengenakkan. Mereka semua langsung tahu kalau Yoongi sangat marah dan sedih soal kejadian menimpa Daehyun barusan. Mereka juga merasa bersalah karena telah meninggalkan Daehyun tanpa adanya pengawasan. Mereka terlalu mengandalkan para bodyguard yang mendapatkan tugas untuk menjaga dari jauh. Namun anehnya, mereka tidak terlihat. Tidak ada bodyguard yang menjaga saat itu. Itu sangat aneh.
Jadi, Jimin dengan berat hati melapor kepada Seokjin soal masalah itu lewat ponsel. Padahal ia berencana akan menjelaskan saat sampai di rumah. Karena ia tahu, lebih baik langsung menerima ledakan dari pada ledakan yang dipendam. Namun, ia juga merasa bahwa ia pantas mendapatkan amarah itu.
“Aku gagal,” batin Jimin lalu memperbaiki posisi duduknya, menghadap ke depan. Ia rasa, lebih baik diam dan mendengar introgasi kecil itu. Ia akan angkat suara jika pertanyaan itu berlebihan.
"Tidak," jawab Daehyun pelan lalu kembali menundukkan kepalanya.
"Bagaimana jika Jungkook terlambat untuk menolongmu? Sedangkan kursi restoran itu terbuat dari kayu bukan kain maupun kapas, untung saja bukan besi," lanjut Yoongi dengan kekesalannya.
Kekesalan itu ia lemparkan untuk Jimin, Taehyung, dan juga Jungkook. Namun, Daehyun yang merasa bahwa kalimat itu tertuju kepadanya semakin menunduk.
Daehyun hanya diam. "Apa mereka marah dan kecewa? Tentu saja karena aku telah merusak momen mereka. Mungkin yang dikatakan Taeil Hyeong ada benarnya... aku hanya beban bagi mereka, seperti benalu yang menumpang di tumbuhan lain," batin Daehyun.
"Hyeong," sela Jimin.
"Aku tidak sedang berbicara denganmu, Jimin," kata Yoongi tegas dan itu membuat Jimin bungkam sepenuhnya.
Yoongi membalikkan badannya ke arah belakang mobil, menatap Daehyun lekat. "Kim Daehyun, apa menurutmu kami tidak mampu untuk menolongmu?"
"Bukan begitu—”
“Lalu apa?”
Sejenak, Daehyun terdiam.
“Aku… hanya tidak ingin merusak momen ini karena masalahku... Aku juga berpikir, kalau aku dapat menyelesaikannya dengan sangat cepat dan damai, tapi ternyata aku salah. Maaf, aku hanya tidak ingin membuat kalian repot lagi. Aku tidak ingin menjadi beban bagi orang lain lagi," jelas Daehyun sambil memainkan jarinya. "Terutama kalian."
Semua yang mendengarnya tentu saja terkejut.
"Anak ini…." Yoongi keluar dari mobil, membuat rasa bersalah Daehyun semakin membesar.
Drag!
Sandaran kursi yang Jungkook duduki telah mundur ke belakang.
"Minggir."
Jungkook segera memindahkan kaki jenjangnya untuk mempersilahkan Yoongi untuk lewat. Tanpa berkata apa-apa, Yoongi langsung memeluk Daehyun dan mengelus lembut kepalanya.
"Jangan lakukan itu lagi. Semua momen mulai rusak saat kau terluka, jika kau tidak ingin itu terjadi maka cepat ambil ponselmu dan hubungi kami. Apa kau mengerti?"
Perkataan Yoongi sebenarnya sangat membuat Daehyun merasakan sesuatu yang hangat dalam dirinya, tapi rasa dingin itu masih lebih kuat.
"Mengerti... dan ma-Hmp." Sebelum kata terakhir keluar, Taehyung dengan cepat menutup mulut Daehyun dengan tangannya.
"Kami yang harusnya minta maaf karena telah meninggalkanmu sendiri, Daehyun," kata Taehyung.
Daehyun hanya mengangguk.
Sekarang, kedua bangku depan telah diambil oleh Jimin dan Yoongi yang kedua matanya sedang berfokus ke arah depan. Mereka harus cepat pulang. Pesan singkat yang hanya bertuliskan ‘Cepat’ dari Seokjin itu cukup mengerikan. Tidak. Itu sangat mengerikan dan membuat jantung mereka berdeguo kencang, kecuali Yoongi.
"Apa tadi sangat mengerikan?" tanya Taehyung sambil menyisir ke belakang poni Daehyun dengan tangan besarnya.
"... Ya," jawab Daehyun pelan. Tatapan matanya masih ke arah jari-jarinya yang sedang ia mainkan.
Melihat hal itu, Taehyung langsung menangkupkan kedua tangannya di pipi Daehyun lalu menyatukan dahi mereka. Menatap kedua mata Daehyun lekat, tanpa ada niat untuk melepaskannya. Daehyun yang mendapatkan perlakuan itu hanya mengercapkan matanya bingung.
"Oh, aku baru sadar kalau kelopak ganda Hyeong hanya sebelah kiri. Aku juga memilikinya, tapi sebelah kanan," kata Daehyun sambil menunjuk kelopak mata ganda sebelah kanan. Ia berusaha untuk terdengar baik-baik saja.
"Aku tahu," jawab Taehyung.
"Benarkah? Sejak kapan?"
"Sejak pertama kali melihatmu." Lalu memejamkan matanya.
"Hyeong, sebenarnya ini sedikit tidak nyaman," kata Daehyun saat posisi mereka sudah tertahan cukup lama. "Apa kau bisa melepaskanku? Memar yang berada di badanku cukup nyeri."
"Itu adalah akibat dari aksi sok beranimu. Aku tidak akan melepaskannya sebelum kau mentransfer semua isi pikiranmu kepadaku."
"Huh? Bagaimana caranya?"
"Aku juga tidak tahu. Kalau begitu kita pakai cara alternatifnya saja," sahut Taehyung lalu kembali membuka matanya. "Apa yang mereka katakan kepadamu?”
Daehyun tidak meresponnya, ia dengan cepat mendorong badan Taehyung dan mencoba melepaskan kedua tangan yang masih setia berada di pipinya. Sekuat apapun ia melakukannya, tetap saja sia-sia.
Taehyung semakin mempertahankan posisinya, satu tangannya sudah berada di belakang kepala dan satunya lagi berada di punggung Daehyun. Jimin dan Jungkook yang melihat aksi mereka hanya dapat menahan dirinya untuk menghentikan aksi Taehyung, sebab Yoongi telah memberikan mereka tatapan mematikannya. Ia juga ingin mendengarnya.
"Aku benar-bena—"
"Kenapa?" sela Daehyun, suaranya bergetar. Ia menyerah dengan aksi mendorongnya dan memilih menaruh kedua tangannya menutup wajahnya.
"Kenapa kau tetap memaksaku, walau aku sudah berkali-kali menolaknya? Aku berusaha untuk melupakannya, tapi kenapa kau membuatku mengingatnya kembali? Lepaskan aku... hiks...."
Satu isakan berhasil keluar dari mulut Daehyun, itu membuat Taehyung langsung mendorong pelan badan Daehyun untuk melihatnya. Ia sedang menggigit bawah bibirnya agar isakannya tidak keluar lagi. Tapi itu tidak membuat Taehyung menyerah, ia dengan perlahan memegang kedua tangan Daehyun dan mencoba menurunkannya. Daehyun menepisnya dan hendak berpaling ke arah Jungkook.
"Turunkan aku," lirih Daehyun karena Taehyung langsung memangkunya.
"Aku adalah hyeon-"
"Aku tidak memiliki Hyeong!"Jujur, Daehyun cukup muak mendengar kalimat itu untuk saat ini. Memang ia sangat senang, tetapi kebingungan dan rasa sakit kepala yang juga ikut serta itu yang membuatnya muak.
"Halmeoni merupakan satu-satunya keluargaku dan dia sekarang sudah tiada! Dia pasti hanya berbohong kepadaku jika aku masih memiliki keluarga selain dia... hiks... hanya untuk membuatku merasa lebih baik," seru Daehyun tepat di wajah Taehyung. "Kau... kalian semua hanya kasihan kepadaku dan mengincar uang asuransi Halmeoni! Tidak ada yang tulus peduli maupun sayang kepadaku karena aku anak tidak berguna! Pekerjaanku hanya membuat orang lain susah," lanjutnya dengan air mata yang terus mengalir di kedua pipinya, tidak memedulikan wajah terkejut Taehyung dan tiga Hyeong lainnya. Tangisan Daehyun cukup keras dan berkali-kali memanggil Halmeoni-nya.
Setelah mendengar keluh kesah Daehyun, Yoongi menginjak rem dan membuat mereka semua tersentak kedepan, Taehyung dan Jungkook langsung melindungi tubuh Daehyun dari tubrukan yang hampir mengenainya dengan kursi supir.
"Hentikan sikap sok peduli kalian...hiks... aku tidak menyukainya...." Matanya sudah memerah dan nafasnya juga sudah tidak teratur karena menahan isakan yang akan keluar. "Kalian tidak tahu apa-apa... Jadi, kumohon diamlah."
Tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun, mereka hanya diam hingga deru nafas yang teratur dan lembut terdengar. Daehyun telah tertidur di dekapan Taehyung. Tadi Taehyung terus menerus mengusap belakang dan juga kepala Daehyun. Daehyun sempat memberontak, tapi tenaganya sudah banyak terkuras karena menangis dan menahan nyeri yang ia dapatkan.
"Kau membuatnya menangis," kata Jungkook. "Jangan salahkan dia jika ia bersikap canggung terhadapmu atau bahkan menghindarimu."
Taehyung menatapnya. "Kau meninggalkannya sendiri."
"Tapi, kau dan Jimin yang pertama meninggalkannya," sela Yoongi.
Jimin hanya dapat menundukkan kepalanya saat mendengar namanya disebut. Jika saja ia tidak mengajak Taehyung untuk mengunjungi toko tadi, pasti kejadian itu tidak akan terjadi.
"Angkat kepalamu, Jimin," titah Yoongi lalu menatap Taehyung dan Jungkook dari kaca spion tengah. "Hentikan aksi kalian berdua sebelum aku menendang kalian keluar."
Taehyung dan Jungkook hanya berdehem lalu memalingkan pandangan mereka ke jendela mobil.
"Taehyung, ingat pesan Harabeoji."
Taehyung ikut membalas tatapan Yoongi lewat spion tengah. Lalu berdecih kesal.
"Yang mana? Pesannya sangat banyak," gerutu Taehyung lalu semakin mengeratkan pelukannya dan pandangan matanya telah berubah. Ia sangat marah sekarang.
"Uh...."
Mendegar erangan tersebut, Taehyung langsung melongarkan pelukannya karena ia tidak sadar membuat Daehyun tidak nyaman.
"Maafkan aku," lirihnya lalu setitik air mata terjatuh.TBC:)
#HouseOfCard
#LetMeKnow
#JamaisVuREVISI
10052022
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius Boy [BTS]
Fanfiction[Slow Update dan jika ada waktu luang akan direvisi kembali] Maaf atas ketidaknyamanannya. . . "Hanya butuh waktu dan kasih sayang agar memorinya kembali. Aku tahu ini berat... tapi bertahanlah sebentar lagi"-KSJ Dengan kejeniusan dan perilakunya te...