Daehyun menekan bel dan tidak lama kemudian pintu itu mengeluarkan suara ‘klik’. Dia telah diizinkan untuk masuk... dengan sangat mudah. Bukankan seharusnya ada semacam pertanyaan terlebih dahulu? Seperti, “Siapa itu?” atau “Sebutkan keperluanmu.”
Apa ini semacam keberuntungan? Jika iya, dia bersyukur akan hal itu. Namun, ia tidak ingin menggunakannya hanya saat mencari jalan saja. Ia harap keberuntungan akan selalu datang saat ia kesusahan.
Daehyun sekali lagi mengintip di ujung pintu untuk melihat siapa-siapa yang ada di dalam ruangan itu, dia tidak ingin kejadian di rumah sakit terulang kembali. Benar-benar sangat canggung dan ia tidak menyukainya.
"Oh, Seokjin Hyeong," gumam Daehyun saat melihat Seokjin hanya seorang diri di ruang itu duduk di kursi yang kelihatannya sangat nyaman sambil membolak-balik dokumen-dokumen yang ia yakini merupakan milik perusahaan.
Melihat wajah serius Seokjin, Daehyun tidak bisa menahan rasa kagumnya seperti rasa kagum kepada para Hyeong yang lain. Ternyata para Hyeong dapat mengeluarkan ekspresi semacam itu, mereka terlihat sangat keren dan berwibawa. Aura mereka benar-benar sangat berbeda dibandingkan di rumah! Sekali lagi dia hanya dapat tertengun, terutama saat mengetahui bahwa Seokjin adalah CEO dari BT Corp.
“Apa dia bekerja di Resto&Cafe hanya untuk menyalurkan hobi memasaknya?” pikir Daehyun lalu melangkah masuk dengan sangat hati-hati, tidak membuat suara hingga menganggu konsentrasi Seokjin.
Daehyun menutup pelan pintu kemudian duduk di salah satu sofa kulit hitam terdekat, dia benar-benar tidak ingin mengganggu. Jadi, dia menunggu Seokjin menyelesaikan tugasnya baru ia akan memberikan bekal terakhir, bekal berwarna merah muda. Lagi pula, ia tidak perlu buru-buru karena ia telah sampai di garis finis, bukan?Menggunakan waktu itu, ia meminum susu pemberian Seojun sambil menikmati pemandangan yang pastinya sulit ia lihat di rumah.
Setelah puas berkeliling, ia dengan cepat membuang sampahnya ke tempat sampah, menguburnya ditumpukan kertas-kertas. Tidak ada yang boleh tahu. Meskipun ia memang sudah makan makanan berat sebelum minum susu, tetapi tidak mungkin ia mengatakan ia telah makan dengan pria yang baru saja ia temui beberapa kali.
Ia kembali duduk di sofa, menaikkan kedua kakinya lalu menyilangkannya. Ia mengambil salah satu bantal sofa lalu memeluknya, menempatkan kepalanya di atas bantal.
“Wajahnya sangat tenang. Namun, begitu tajam menyelesaikan berkas-berkas itu.” Terdapat begitu banyak tumpukan berkas, ia yakin, semua itu akan memakan cukup banyak waktu.
Beberapa menit telah berlalu, Daehyun masih saja duduk dengan manis di sofa empuk tersebut. Ia ingin menjelajahi lebih jauh ruangan yang sangat besar itu, lebih tepatnya ke balkon ruangan ini, tapi ia juga takut akan membuat keributan dan itu membuat konsentrasi Seokjin terganggu. Ia memilih menyamankan posisi duduknya, sekali-kali menguap. Kedua matanya mulai berat, tapi ia dengan sekuat tenaga menahannya.
Tak.
Suara itu membuat tenaga Daehyun kembali dan segera bangkit dari duduknya.
"Maaf membuatmu menunggu, Seo...jun." Suara Seokjin semakin mengecil saat mengatakannya, dia terkejut dan tidak percaya kalau di hadapannya adalah Daehyun, Dongsaeng-nya. Dia mengira Seoujun lah yang datang karena di notifikasi komputernya tadi muncul nama 'Park Seojun'.
“Rencana untuk terlihat keren gagal” pikir Seokjin sambil mengusap wajahnya pelan.
"Seojun Ah— maksudku Seojun Hyeong tadi hanya mengantarku sampai depan pintu," sahut Daehyun sambil mengeluarkan bekal merah muda dari ranselnya dengan hati-hati, tidak ingin bekal itu hancur.
Seokjin yang melihat perlakuan Daehyun terhadap bekalnya melepas tawa kecil. Ia mulai memikirkan wajah cemberut Daehyun saat mengetahui isinya.
"Apa Hyeong ada perlu dengannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius Boy [BTS]
Fanfiction[Slow Update dan jika ada waktu luang akan direvisi kembali] Maaf atas ketidaknyamanannya. . . "Hanya butuh waktu dan kasih sayang agar memorinya kembali. Aku tahu ini berat... tapi bertahanlah sebentar lagi"-KSJ Dengan kejeniusan dan perilakunya te...