Daehyun telah sampai di depan kamar yang memiliki papan nama 'Genius lab'. Tanpa pikir panjang maupun permisi, ia membuka pintu itu dengan pelan, tetap sopan. Daehyun berjalan masuk dan menghampiri gumpalan yang ditutupi oleh selimut tebal. Daehyun menepuk cukup keras maupun menggoyangkan gumpalan berkali-kali itu agar makhluk di dalamnya terbangun. Tapi sayangnya, aksi yang Daehyun lakukan malah membuat Yoongi semakin terlelap.
Pukulan itu terasa seperti pijitan di badannya.
Karena tidak kunjung bangun maka Daehyun memakai caranya sendiri. Daehyun naik ke atas kasur dan ikut masuk ke dalam balutan selimut itu, ia mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan pelan. Seperti bersiap membangunkan makhluk buas.
Cara untuk membangunkannya cukup simpel, yaitu menutup hidung dan mulutnya. Merasa terganggu, Yoongi langsung menarik Daehyun kepelukannya. Tanpa membuka matanya, ia langsung tahu karena dari jarinya yang kecil dan yang berani membangunkannya hanya Daehyun dan Taehyung, tapi Taehyung hanya berani menarik selimutnya sambil menyalakan lagu dengan sangat keras, setelah itu pergi jika kedua mata Yoongi telah terbuka.
"Apa kau ingin membunuhku?"
"Tidak, Hyeong. Lagi pula, aku hanya menutup hidung dan mulutmu beberapa detik, itu tidak akan membunuhmu."
Yoongi tertawa kecil.
"Kau benar-benar pandai berbicara. Jadi, kenapa kau membangunkanku?"
"Halmeoni membuat Jus buah."
"Aku tidak suka, itu pasti sangat manis."
"Kadar manisnya biasa-biasa saja. Itu karena Hyeong selalu meminum Ice Americano."
"Kenapa kau membawa-bawa nama minumanku? Dia salah apa?"
"Dia tidak salah apa-apa. Tapi Suga Hyeong yang salah."
"Eh? Kenapa jadi aku?"
"Karena Hyeong meminumnya 4 sampai 5 gelas sehari, itu bukan air putih. Jika Hyung terus melakukan itu, maka kau akan menjadi panda sungguhan!" Daehyun menyentuh kantung mata Yoongi yang telah menghitam.
"Baiklah, Hyeong akan mengurangi gelasnya. Tapi, kenapa kau belum juga menjawab pertanyaanku?"
"Yang mana?"
"Kenapa kau memanggilku Suga?"
"Memangnya kenapa?"
"Itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan namaku. Apa kau lupa namaku?"
"Tidak."
"Lalu?"
"Karena kulit Hyeong sangat putih dan senyummu itu manis, seperti gula. Hilangkan saja R maka jadilah Suga Hyeong." Daehyun tersenyum lalu menaikkan kedua pipi Yoongi ke atas.
"Kau sangat pintar bicara."
“Tentu saja!”
Yoongi mengambil permen dari sakunya, membukanya lalu memasukkannya ke dalam mulut Daehyun. Daehyun langsung tersenyum dan segera turun dari kasur sebelum Yoongi menguncinya lagi.
"Kau tidak memberiku kalimat terima kasih?"
Daehyun berhenti lalu membungkuk 90 derajat ke Yoongi, lalu kembali berjalan keluar.
"Kau mau ke mana?"
"Kamar Joon Hyung." Lalu berlari menuju kamar sebelah yang merupakan kamar Namjoon.
Daehyun membuka pintu dengan pelan dan mengintip. Dia melihat Namjoon sedang membaca buku tebal, sendiri.
“Hm? Apa yang kau lakukan berjongkok di sana, Daehyun?”
Namjoon yang menyadari keberadaannya langsung memanggil Daehyun untuk masuk ke kamarnya. Meskipun ia bingung dengan gelagat Dongsaeng-nya yang satu ini.
Setelah memastikan orang yang ia hindari untuk saat ini tidak berada di dalam maka ia dengan senang hati menuruti permintaan Namjoon.
"Apa kau ingin meminjam bukuku, Daehyun?" tanya Namjoon.
Daehyun menggeleng kepalanya karena terlalu sibuk mengecap permen susunya.
"Kau makan apa, Daehyun?" Suara itu membuat Daehyun terkejut dan langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
Daehyun tidak menyadari kalau Hoseok selama ini berada di beranda kamar. Hoseok masuk saat Namjoon menyahutkan nama Daehyun.
"Buka mulutmu, Daehyun. Hyeong hanya ingin melihatnya," lanjut Hoseok lembut, tapi terkesan seram di telinga Daehyun.
Daehyun menggelengkan kepalanya berkali-kali dan segera berlari menuju pintu. Dengan cepat kedua tangan besar menangkapnya dan seketika ia berada di gendonganya Hoseok.
"Apa kau makan permen?" tanya Hoseok sambil terus berusaha menatap mata Daehyun yang terus menghindari tatapannya.
Jika Hoseok tahu dia sedang memakan permen pemberian Yoongi, Hoseok akan menarik stok permennya karena melanggar janjinya. Daehyun telah berjanji tidak akan memakan makanan manis sebelum makan makanan berat, tapi ia juga tidak bisa menolak jika ada orang yang memberinya makanan maupun minuman kesukaannya.
Namjoon yang melihatnya hanya tersenyum saat Daehyun menatapnya dengan tatapan minta tolong.
Hoseok menurunkan Daehyun lalu melangkah keluar kamar. Daehyun segera menghela nafas lega, ia mengira Hoseok melepaskannya.
"Baiklah jika kau tidak mau menjawab... aku akan mengambil stok permenmu." Tapi nyatanya tidak.
Mendengar hal itu, Daehyun langsung memeluk pinggang Hoseok untuk menghentikannya. Ia berusaha sekuat mungkin hingga ia rela jinjit untuk menghentikannya.
"Suga Hyeong yang memberikanku! Ini bukan sepenuhnya salahku, Hobie Hyeong," kata Daehyun.
"Kenapa tidak kau tolak?" tanya Namjoon dan itu membuat Daehyun terasa dikhianati.
"Itu karena Suga Hyeong telah membukanya," jawab Daehyun.
"Kau bisa menyuruh Yoongi Hyeong untuk memakannya," sahut Hoseok tidak mau kalah.
"Suga Hyeong tidak suka makanan manis, makanya aku menerimanya," sahut Daehyun yang juga tidak mau kalah.
Hoseok dan Daehyun menatap satu sama lain dengan sengit. Daehyun berusaha tetap menatap mata menyeramkan itu. Ia tidak boleh kalah, tapi juga tidak boleh membangunkan macan yang tidur.
Berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkan Daehyun, Hoseok saat ini sangat berusaha keras menahan senyumnya terpampang. Ugh, itu sangat sulit jika melihat muka cemberut Daehyun.
"Ya, itu benar. Aku tidak suka makanan manis. Terima kasih telah memakannya untukku, Daehyun," kata Yoongi yang tiba-tiba muncul, tanpa mempedulikan ketiga Dongsaeng-nya terkejut atas ulahnya.
"Makanan sudah tersaji diatas meja," lanjut Yoongi sambil mengulurkan tangannya ke Daehyun.
Daehyun yang melihat jalan keluar segera menerimanya dan berjalan meninggalkan Hoseok yang sedang mengomel ke Yoongi, tapi Yoongi tidak mempedulikannya walau Hoseok telah mengejarnya dan berbicara di sampingnya hingga sampai di meja makan.
Tidak ada yang protes, pemandangan seperti itu sudah tidak asing, asalkan tidak lama. Karena tidak kunjung digubris, Hoseok menyerah dan memilih duduk dengan yang lain.
Saat proses makan malam sedang berlangsung, bel rumah berbunyi dan itu membuat Halmeoni cukup bingung karena dibluat sedang turun hujan deras. Halmeoni segara mengeceknya lewat intercom siapa yang datang dan itu membuat perasaan takut menyelimuti dirinya.
Ia berlari ke ruang makan dan langsung menyuruh semua cucunya untuk segera menuju pintu belakang.
“Tidak, ini bukan saatnya kalian bertanya! Cepat lakukan apa yang aku katakan.”
Melihat Halmeoni-nya terlihat sangat panik, Seokjin langsung menggendong Daehyun dan menuntun Dongsaeng-nya yang lain untuk segera mengikutinya. Yoongi segera mengambil kunci mobil lalu menyusul mereka.
"Pintunya tidak mau terbuka!" seru Jungkook.
Sekuat apa pun mereka mendobraknya, pintu itu tidak mau terbuka.
"Ke basement!" seru Seokjin.
Mereka segera berlari ke basement saat mereka mendengar suara yang sangat keras dari pintu utama. Daehyun semakin mengeratkan pelukannya.
"Halmeoni..." gumam Daehyun, takut bercampur bingung menyelimutinya. Apa yang sedang terjadi? Kenapa mereka lari? Suara keras apa itu? Terlebih lagi, kenapa mereka meninggalkan Halmeoni?
"Tidak apa-apa, kami akan melindungimu," sahut Seokjin sambil terus berlari ke basement.
Lampu basement menyala sesaat mereka membuka pintunya. Dari sekian banyaknya mobil, mereka memilih mobil yang dapat menampung mereka semua dan juga cepat. Seokjin menyerahkan Daehyun ke Namjoon karena dia lah yang akan mengambil alih setir. Mobil melaju keluar dari rumah dan dengan cepat melewati jalan raya yang kala itu lumayan sepi.
"Hyeong! Ada dua mobil yang mengejar kita!" seru Taehyung.
Yoongi yang berada di samping Seokjin tanpa berpikir panjang langsung mengambil pistol yang berada di dashboard.
"Tutup telinga kalian."
Yoongi menurunkan kaca mobil dan segera melepaskan tembakan yang mengarah ke ban mobil yang paling dekat. Salah satu tembakan mengenai ban mobil yang mengejarnya dan membuat mobil itu kehilangan keseimbangan hingga menambrak mobil yang berada di sampingnya.
Melihat itu, mereka bersorak gembira... sekaligus membuat mereka lengah. Tepat di perempatan, sebuah mobil melaju kencang dari arah samping.
Seokjin sudah berusaha menghindarinya, tapi tabrakan tetap terjadi dan membuat mobil mereka keluar jalur hingga menambrak pohon.
"Akh... apa kalian tidak apa-apa?" tanya Seokjin sambil menahan rasa sakit di kepalanya akibat tabrakan itu.
Yoongi dan Hoseok menyahut. Seokjin melihat ke belakang untuk melihat keadaan mereka semua... rasa takutnya langsung muncul saat melihat kepala Daehyun mengeluarkan darah.
"Daehyun!"
Darah merembes ke baju Namjoon yang sedang memeluknya erat, dia terus mengatakan maaf. Hoseok berusaha menghentikan pendaharannya dengan sapu tangannya. Sedangkan Jimin, Taehyung, dan Jungkook yang berada di bangku belakang pingsan karena kepala mereka terbentur satu sama lain.
"A-aku akan—"
DOR!
DOR!
DOR!
DOR!
Terdengar bunyi tembakan yang bertubi-tubi, mereka segera menunduk mencari perlindungan. Hoseok segera merendahkan tubuh Jimin, Taehyung, dan Jungkook yang masih belum juga sadarkan diri.
Suara tembakan itu telah mereda, tapi mereka sekali lagi dikejutkan dengan kedatangan sekelompok orang yang membuka paksa mobil mereka. Mereka mencoba melawan saat sekelompok orang itu hendak menyuntik cairan ke tubuh mereka, tapi tetap saja, mereka kurang kuat untuk melawan. Yoongi dan Hoseok berhasil tersuntik dan kehilangan kesadaran, sedangkan Namjoon dan Seokjin masih tersadar karena berusaha memberontak.
"Minggir."
Seokjin berhenti memberontak saat mendengar suara yang sudah lama ia tidak dengar, ia membenci suara itu. Namjoon tidak mendengarnya karena masih mengucapkan maaf kepada Daehyun dan dia semakin mengeratkan pelukannya.
"Kau! Apa yang kau lakukan kepada mereka?!" seru Seokjin yang telah berhasil dibawa keluar oleh dua pria berjas hitam.
"Itu hanya obat bius," jawab Pria itu semakin mendekati mobil, dia telah berhadapan dengan Namjoon.
Seokjin terus berseru untuk menjauhi Namjoon dan Daehyun, tapi pria itu tidak mengubrisnya. Pria itu mengangkat tangannya dan segera dua pria lainnya menahan Namjoon dan menyuntiknya, tidak lama kemudian kesadaran Namjoon menghilang.
Melihat hal itu, Seokjin semakin marah dan dia berhasil melepaskan genggaman kuat dari pria yang menahannya. Dia berlari dan memeluk Daehyun pertama.
"Lepaskan pelukanmu."
"...pergi."
"Dia telah banyak kehilangan darah. Berikan dia kepadaku."
"Aku tidak akan!" seru Seokjin sekeras mungkin. Dia tidak akan memberikan Daehyun ke pria itu, lagi. Kejadian waktu itu masih terbayang di pikirannya, walau sudah 7 tahun lamanya.
Seokjin tidak juga melepaskannya dan membuat kesabaran pria itu hilang. Pria itu mengangkat tangannya sekali lagi, segera dua pria lainnya menahan Seokjin dan menyuntiknya.
"Lepaskan dia! Ke mana kau ingin membawanya... jangan bawa dia pergi... lagi" Sebelum matanya tertutup, hal yang terakhir dia lihat adalah Daehyun dibawa pergi oleh pria yang sangat ia benci dan suara sirine ambulans yang semakin lama meredup.TBC:(
Wah, kilas balik yang buruk.
Tapi,
Terima kasih~
REVISI
23042022
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius Boy [BTS]
Fanfiction[Slow Update dan jika ada waktu luang akan direvisi kembali] Maaf atas ketidaknyamanannya. . . "Hanya butuh waktu dan kasih sayang agar memorinya kembali. Aku tahu ini berat... tapi bertahanlah sebentar lagi"-KSJ Dengan kejeniusan dan perilakunya te...