-Author POV-
Daehyun merasakan sakit di kepalanya, sangat sakit dari pada rasa sakit yang pernah ia alami sebelumnya. Beberapa potongan kecil ingatannya yang hilang kembali. Kali ini, pandangannya terhadap sekitar lebih jelas dari sebelumnya, yang terkadang cukup buram dan juga terkadang cukup jelas, tetapi ia tahu jelas di mana ia berada dari keadaan sekitar.
Yang dia ingat adalah sebuah perkarangan rumah yang luas. Ia merasa tidak pernah ke sana, tapi di dalam lubuk hatinya mengatakan bahwa tempat itu bukanlah tempat asing baginya. Dia tidak sendiri di sana, banyak sosok orang menemaninya. Wajah mereka tidak jelas, tapi ada satu hal yang terjawab. Tujuh nama panggilan yang selalu terulang-ulang dalam mimpinya itu tertuju kepada tujuh pemuda.
“Daehyun!”
Daehyun akhirnya membuka matanya karena mendengar namanya dipanggil, ia melihat para Hyeong telah berkumpul di sekitarnya dengan wajah khawatir. Daehyun berada di dalam dekapan Hoseok, Hoseok tadi berhasil menangkap Daehyun saat keseimbangan Daehyun hilang.
“Oh, tidak… Kau terlihat tidak baik. A-apa masih sakit? ” tanya Hoseok panik dan segera menggendongnya. “Ayo, kita ke rumah sakit!”
Ia mulai melangkah menuju pintu utama, tapi Daehyun dengan cepat menggeleng dengan kuat dan mencengkram baju Hoseok, memberitahunya untuk berhenti.
“Tidak, aku baik-baik saja sekarang, Hyeong,” jawab Daehyun sambil terus memikirkan sesuatu di benaknya. “Kita makan sa—”
“Jika kau tidak ingin ke rumah sakit maka untuk saat ini istirahatlah di kamarmu. Aku akan pergi mengambil peralatanku,” sela Namjoon tegas kemudian meninggalkan ruang makan.
“Namjoon benar. Mungkin kesehatanmu belum pulih sepenuhnya ditambah dengan kejadian yang menimpamu tadi. Aku akan membuatkanmu sesuatu yang hangat dan mudah untuk dikunyah,” sahut Seokjin lalu berjalan ke arah dapur.
“Itu tidak perlu—”
“Perlu. Itu sangat perlu, Daehyun,” sela Yoongi.
Sejenak, keheningan menemani mereka.
Daehyun menatap sekilas semua mata yang tertuju kepadanya. Ia sadar akan satu hal saat menatap mereka, itu bukan saatnya ia membantah.
Daehyun mengangguk dan meminta Hoseok untuk menurunkannya. Di waktu yang bersamaan, Namjoon telah kembali dengan tas dokternya. Namjoon telah mengulurkan tangannya untuk menuntun Daehyun ke kamar, tapi dengan perlahan Daehyun menghindarinya.
“Maaf. Untuk saat ini, aku ingin sendiri. Aku pasti akan memanggil kalian jika aku merasakan sakit itu lagi,” kata Daehyun lalu dengan cepat menuju kamarnya. Ia benar-benar memerhatikan ke mana kakinya melangkah agar tidak terkait satu sama lain dan terjatuh.
Mereka semua terdiam dan hanya memperhatikan si kecil berjalan meninggalkan ruangan.
“Dia tidak mengikuti perkataanku, kan?” tanya Namjoon pelan.
“Itu salahmu, Hyeong,” sahut Taehyung lalu menyikut pelan lengan Namjoon.
“Kenapa itu salahku?” balas Namjoon.
Sebelum menjadi lebih buruk, Hoseok memisahkan mereka.“Dia ingin sendiri. Aku rasa, selama ini kita terlalu berlebihan dan tidak memberinya waktu sendiri,” sela Hoseok. “Kita memang harus mengawasinya, tapi jangan regut kebebasannya.”
Mereka baru menyadari bahwa selama ini mereka tidak pernah memberikan waktu Daehyun untuk sendiri. Pagi, siang, maupun malam pasti ada yang menemaninya. Dari awal Daehyun tiba di rumah hingga sekarang pasti mereka semua memilih berada di samping Daehyun. Bahkan Taehyung dan Jungkook yang belakangan ini tidak pernah menyentuh tempat tidur mereka karena lebih memilih tidur di kamar Daehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genius Boy [BTS]
Fiksi Penggemar[Slow Update dan jika ada waktu luang akan direvisi kembali] Maaf atas ketidaknyamanannya. . . "Hanya butuh waktu dan kasih sayang agar memorinya kembali. Aku tahu ini berat... tapi bertahanlah sebentar lagi"-KSJ Dengan kejeniusan dan perilakunya te...