35. Hyung, kita mau pergi ke mana?

52 6 2
                                    

Selama tiga hari dirawat, bisa dikatakan ia dihukum karena aksi beraninya itu,  banyak yang berubah. Dari kesehatan Daehyun yang mulai membaik hingga perilaku para Hyung. Apa karena aksi Daehyun yang pergi ke rooftop? Sebab setelah kejadian itu mereka terlihat sangat tertekan. Mereka memang tidak pernah meninggalkan Daehyun sendiri, hanya saja selama tiga hari itu terasa beda. Daehyun bahkan tidak yakin apa itu hanya perasaannya atau mereka memang terlihat sedang menyembunyikan sesuatu darinnya.

“Terutama tatapan mata Taehyung kepada para Hyung yang lain terlihat tidak baik. Sebenarnya, apa yang telah terjadi hingga sikap para Hyung seperti itu?” batin Daehyun yang duduk di pinggir ranjangnya sambil menatap perilaku Taehyung yang ternilai mencurigakan.

“Daehyun, ayo kita pulang,” ajak Taehyung. Hari ini dia hanya datang sendiri dengan tas di pundaknya.
Sesuai perjanjian yang telah mereka sepakati, hari ini Daehyun pulang. Tapi, bukannya waktu yang telah Namjoon tetapkan itu jam 5 sore? Sekarang masih jam 8 pagi. Tangannya masih diinfus, bahkan cairannya saja masih ada sepertiganya.

“Bukannya ini terlalu cepat?” tanya Daehyun heran.

“Ada perubahan jadwal,” balas Taehyung lalu mengerluarkan perban dan perekat. “Tahanlah sebentar, aku akan melepaskan infusmu.”

“Eh? Tapi caira—”

“Apa kau masih mau berlama-lama di sini?”

Daehyun hanya menggeleng dan membiarkan Taehyung melepaskan benda tajam itu dari tangan kirinya. Dia melakukannya secara perlahan dan hati-hati, jadi rasa sakit yang Daehyun terima tidak terlalu besar.
Setelah Taehyung menutupnya. Ia menyuruh Daehyun untuk melepaskan semua pakaian yang ia kenakan, termasuk jam tangan. Daehyun melakukannya tanpa mengeluarkan satu katapun sebab raut wajah Taehyung sangat serius.

“Hyung, siapa yang kau tunggu?” tanya Daehyun sebab lirikan mata Taehyung sesekali tertuju ke arah pintu.

“Tidak ada,” jawab Taehyung lalu membeluti Daehyun dengan pakaian yang ia keluarkan dari tasnya. Ia memberi Daehyun kemaja putih, celana panjang hitam, sepasang sepatu, jaket besar hitam, dan terkhir masker. Daehyun sebenarnya tidak terlalu suka memakai masker, tapi mungkin karena ia baru sembuh jadi Taehyung menyuruhnya untuk menggunakan masker. Lagi pula, Taehyung juga menggunakannya.

“Apa kau sudah siap?” Daehyun mengangguk dan menerima uluran tangan Taehyung.
Sebelum mereka melangkah keluar, Taehyung terlihat sangat waspada dan ragu. Genggaman tangannya juga menguat. Setelah beberapa saat hanya berdiri di depan pintu, akhirnya mereka keluar. Bukan menuju lift, tapi tangga darurat.

“Apa liftnya tidak berfungsi?”

“Lift yang berfungsi hanya satu dan lebih baik kita tidak menggunakannya karena itu akan menghambat para pegawai rumah sakit menganangi pasien.”

Lagi, ia menggendong Daehyun tanpa memberitahunya. Daehyun ingin marah, tapi nada suara yang dikeluarkan Taehyung membuatnya bungkam.

“Jadilah anak yang baik, Daehyun.”

Tanpa adanya lagi penolakan, Daehyun memeluk leher Taehyung yang dengan hati-hati menuruni tangga hingga mereka sampai di lantai dasar rumah sakit. Ia menurunkan Daehyun lalu membuka sedikit pintu hingga terdapat cela yang cukup untuk ia mengintip. Keadaan koridor sepi, sama sekali tidak ada orang yang berlalu lalang. Kesempatan yang bagus, pikirnya. Ia membuka pintu dengan pelan dan tetap menengok kesana kemari walau ia sudah memastikan sekitarnya aman. Setiap belokan membuat hatinya berdebar cukup kuat.

Daehyun yang hanya mengikuti langkah kaki jenjang itu mengernyitkan alisnya bingung. Kenapa mereka semakin memasuki rumah sakit? Kesabarannya untuk bertanya telah habis, ia sudah tidak peduli dengan wajah datar pria yang membawanya ke pintu belakang rumah sakit.

Genius Boy [BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang