4. Aku akan bekerja keras! (Revisi)

242 23 0
                                    

Saat Daehyun memakan makanannya dengan sangat lahap, Seokjin diam-diam memfotonya dan mengirim hasil jepretan yang ia akui sangat lucu kepada seseorang. Senyum yang awalnya sangat hangat langsung tertutup dengan tatapan mata yang dingin saat seseorang itu membalasnya.


Seokjin
Dia makan dengan sangat lahap. Aku harap dia memakannya karena enak bukan lapar.

Dongwook Sunbae-nim
Apa maksudmu?

Apa maksudmu? Seokjin benar-benar tidak percaya saat membacanya. Apa seniornya yang satu ini hanya gila pada misinya?


Seokjin
Dia ke sini dengan keadaan perut kosong, ia hanya meminum susu.


Dongwook Sunbae-nim
Itu berarti dia pergi ke restoranmu dengan keadaan lapar?! Dia naik sepeda,kan?

Seokjin
Ya, kau benar. Aku cukup heran kenapa ia bisa terlambat bangun. Apa ia memikirkan sesuatu? Apa kau tahu?

Dongwook tidak langsung membalasnya. Ia telah menyadari letak kesalahannya.

Dongwook Sunbae-nim
Ia pasti memikirkan uang itu.

Seokjin
Baguslah jika kau mengerti. Aku sedih melihatnya begitu. Lain kali jangan buat di terlalu memikirkan uang itu. Uang itu hanya alasan agar ia bekerja di sini, Sunbae-nim


Dongwook Sunbae-nim
Aku akan mengingatnya.


Seokjin
Jika itu terulang lagi maka kami akan mundur dari operasi ini dan memilih membawanya ke suatu tempat yang aman. Jauh dan tidak di ketahui oleh orang lain, termasuk kau, Sunbae-nim.


Seokjin menaruh ponselnya dan melihat Daehyun yang masih lahap menyantap makanannya. Cara makan Daehyun bisa dikatakan sedikit lambat karena ia harus mengunyah makanannya sampai halus.

"Jika kau lapar, katakan saja kepadaku. Aku siap membuatkannya untukmu."

"Eh? Bukankah itu akan memberatkanmu, Hyung?"

"Sama sekali tidak. Aku senang melihat orang memakan masakanku dengan lahap."

Daehyun langsung tersenyum. Ia sangat senang memiliki atasan yang sangat baik.

"Terima kasih, Hyung. Aku berjanji akan bekerja keras."

"Sama-sama."

Tidak lama kemudian, Taehyung dan Jungkook kembali. Menurut Seokjin, mereka sangat menyebalkan karena mereka terus menerus melemparkan pertanyaan, bukan, itu terdengar seperti permintaan!

"Daehyun, apa kau mau bermain dengan kami setelah makan?"

Daehyun melirik ke arah jam dinding lalu kembali menatap Taehyung yang masih memiliki tatapan mata berbinar-binar, ia berjongkok di samping meja dengan Jongkook agar level tatapan mereka sama. Sangat sulit untuk mengatakan tidak saat mendapatkan tatapan itu. Tapi, ia harus ingat satu hal. Ia ke sini bukan untuk main, tapi untuk mengumpulkan uang.

"... bukankah restoran akan di buka, Taehyung Hyung?"

Taehyung baru saja ingin mengatakan sesuatu, tetapi Jungkook dengan semangat memotongnya. Ia langsung berdiri dan menggandeng tangan Daehyun.

"Jangan khawatirkan soal itu, kita bisa mengandal-Auch! Hyung?!"

Tatapannya yang bersemangat langsung hilang saat ia menerima pukulan dari Seokjin. Itu tidak sakit, tapi itu membuatnya sangat jengkel. Saking jengkelnya, ia hanya menatap Seokjin tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Mereka menatap satu sama lain layaknya musuh. Taehyung tidak peduli, sedangkan Daehyun semakin bingung dan panik dengan tindakan-tindakan mereka.

"Jangan ganggu Daehyun,” balas Seokjin. “Kenapa tingkah kalian seperti anak kecil saja?”

Jungkook memalingkan wajahnya, ia segera berjongkok kembali dan menatap Daehyun seperti tidak terjadi apa-apa.

"Daehyun tidak keberatan soal itu. Bukankah begitu, Daehyun?"

Daehyun menatap kedua mata Taehyung dan Jungkook yang kelihatan seperti anak anjing hanya bisa diam dan bingung harus menjawab apa. Setelah melihat tatapan Seokjin serius ke arahnya, ia akhirnya tahu harus mengatakan apa.

"Biarkan aku menghabiskannya dulu," sahut Daehyun lalu melanjutkan makannya.

Seokjin mulai tersenyum kemenangan melihat respon Daehyun, tentu saja Taehyung dan Jungkook tidak tinggal diam. Mereka beradu mulut cukup lama dan ribut. Daehyun yang berada di sana hanya terus melanjutkan makanannya hingga habis. Menurutnya, itu merupakan tontonan yang cukup menghibur. Entah kenapa juga, kepalanya sedikit sakit saat menyaksikan mereka beradu mulut.

“Daehyun.”

Panggilan kecil tertangkap di telinga Daehyun. Ia melirik ke arah sumber suara dan melihat Jimin di sela pintu dapur yang sedikit terbuka.

Melihat Daehyun telah selesai makan, Jimin memberikan isyrat ke Daehyun agar mengendap-ngendap ke dapur. Sesampainya di dapur, Daehyun melihat Jimin membawa keranjang penuh wortel dan kentang lalu menaruhnya di depannya.

"Apa kau bisa membantuku membersihkan sayuran ini?"

"Ya, tentu saja."

Jimin menaruh keranjang itu dan membiarkan Daehyun mencuci wortel dan kentang itu sendiri sedangkan dia mencuci jamur yang hanya perlu dibilas.

Jimin sebenarnya tidak tega melihatnya, tapi mau bagaimana lagi, dia mempunyai tugas untuk membuat Daehyun sibuk.

Setelah semua sayuran di bersihkan, Daehyun melihat Jimin telah mengupas kentang dan ingin membantunya lagi.

"A-Ada apa, Hyung?!" seru Daehyun kaget saat dia dihentikan oleh Taehyung dan Jungkook. Terlebih lagi, ia bahkan tidak menyadari mereka masuk ke area dapur.

Beberapa detik sebelumnya, Taehyung dan Jungkook yang kebetulan masuk melihat Daehyun ingin menyentuh benda tajam itu. Dengan refleks yang cepat  mereka menghentikannya.  Taehyung menahan badan Daehyun, sedangkan Jungkook menendang pisau yang sebentar lagi digenggam oleh Daehyun.

"Maaf, aku kira kau akan jatuh," jawab Taehyung dengan tawa kecil di akhir. Lalu memberi isyarat mata ke Jimin untuk mengamankan benda itu.

Jimin menerimanya lalu menarik pisau yang telah di tendang oleh Jungkook dan menyimpannya di tempat aman.

"Terima kasih telah membantuku. Keluarlah dan tanya Seokjin Hyung apa yang harus kau lakukan berikutnya, Daehyun.”

Daehyun melepaskan dirinya dari Taehyung. Ia sangat kaget. Ia baru saja ingin mengambil pisau, tetapi dua hyung itu tiba-tiba mengangetkannya dan mengatakan bahwa ia hampir jatuh.

“Itu sangat berbahaya. Bagaimana jika pisau itu terlenpar ke Jimin Hyung?” batin Daehyun.
Ia jelas-jelas melihat Jungkook menendang pisau itu secara tidak sengaja.

"… Sama-sama. Kalau begitu aku keluar dulu. Panggil saja aku jika Jimin Hyung membutuhkan bantuanku lagi.”

Daehyun lebih memilih untuk membiarkannya saja. Tidak ada yang terluka, itu lebih penting.

“Aku pergi untuk bantu Seokjin Hyung.”

“Ya, ingat untuk lakukan dengan hati-hati!”

“Jangan lakukan sesuatu yang berbahaya!”

Daehyun menatap kosong Taehyung dan Jungkook. Mengangguk kecil lalu menutup pintu dapur.

Setelah melihat pintu dapur tertutup dengan rapat, mereka bertiga saling menatap lalu menghela napas lega.

"Hampir saja. Jika Seokjin Hyung dan Hoseok Hyung melihat kita membiarkan Daehyun memegang pisau, mungkin kita sudah babak belur pulang ke rumah," kata Taehyung.

.

.

Tepat jam 10, tanda buka Resto&Cafe dipajang. Cukup banyak pelanggan berdatangan untuk hari pembukaan Resto&Cafe. Daehyun turut ikut untuk melayani pelanggan, dia melayani dua wanita paruh baya sebagai tamu pertamanya.

"Kau membantu Hyung-mu, ya? Kau anak yang sangat baik," kata Ahjumma pertama. Ia benar-benar memberikan banyak pertanyaan kepada Daehyun layaknya wawancara. Ahjumma itu tidak memberikan Daehyun waktu untuk membalas semuanya.

"Terima kasih," jawab Daehyun. Hanya itu yang dapat Daehyun katakan saat Ahjumma itu tidak melempar pertanyaan lagi.

"Kuharap anakku serajin kau. Siapa namamu, Nak?" tanya Ajumma kedua.

"Kim Daehyun," jawab Daehyun.

"Daehyun-na~ ini ada permen untukmu," kata Ajumma ke-dua sambil memberikannya sekantong permen susu.

Melihat permen susu sebanyak itu, secara tidak sadar, membuat senyum lebar terukir di wajahnya.

"Aigo~ kau ini, jangan hanya beri dia permen.” Tidak mau kalah. Ahjumma pertama ikut merogoh sakunya. “Ini ada uang saku untukmu, belilah makanan yang enak."

Itu adalah uang senilai 10.000 won! Terlalu besar untuk dijadikan sebuah tip. Jadi, ia mendorong uang itu secara halus.

"A-aku tidak bisa menerimanya, ini terlalu banyak. Permen sudah cukup.”

Ahjumma itu malah memukul pelan tangan Daehyun.

"Kau ini, jangan tolak uang pemberianku. Aku telah pesan banyak makanan dan memberitahu teman-temanku kalau restoran ini memiliki anak sepertimu.”

Ia lalu menaruh uang itu di telapak tangan Daehyun dan membuat Daehyun memegang kuat uang itu.

“Belilah cemilan atau apa pun itu.”
Kedua Ahjumma itu terus mendorongnya. Mau tidak mau, Daehyun menerima uang itu.

"... Terima kasih. Kalau begitu saya akan memesan makanan kalian. Saya permisi." 

Daehyun membungkuk lalu pergi menuju dapur.

Jimin yang kebetulan berpapasan dengan Daehyun langsung mengelus kepala Daehyun dengan lembut.

"Jika kau lelah, kau bisa istirahat."

"Terima kasih, Hyung. Tapi, waktu istirahat tinggal sejam lagi. Aku masih sanggup.”

"Baiklah. Jangan paksakan dirimu."

Saat jam istirahat, Seokjin membuat Bibimbab untuk makan siang. Sekali lagi Daehyun makan dengan lahap, semua yang melihatnya hanya dapat tersenyum. Setelah makan siangnya telah habis, Daehyun dengan cepat menaruh piring kotornya di wastafel agar ia bisa mulai bekerja kembali.

Daehyun mengerjakan tugasnya dengan sangat baik. Ia mengisi ulang sirup, bubuk kopi, dan gula dengan rapi di tempatnya. Sesekali ada sekelompok remaja putri mengajaknya bicara, dan itu membuat Daehyun sedikit tidak nyaman. Untung saja, Taehyung dan Jungkook segera menolongnya.

"Maaf, nona-nona, ini merupakan hari pertamanya bekerja. Jadi, mohon jangan ganggu dia."

Jungkook berdiri di antara Daehyun dan kelompok remaja itu, secara tidak langsung menjauhkan Daehyun.

"Kalau begitu Oppa saja yang menemani kami bicara. Bagaimana?"

Mendengar hal itu, itu membuat Taehyung kehabisan kesabaran dan segera menarik Daehyun mundur. Ia menekankan suaranya saat membalas pertanyaan remaja putri tadi.

"Jika kalian ingin mencari teman untuk minum bukan di sini tempatnya. Ini cafe bukan bar."
Kelompok remaja itu merasa kesal dengan kalimat yang dilemparkan oleh Taehyung.

"Pelayan Cafe di sini sangat buruk. Ayo, kita pergi saja!"

Remaja dengan make up yang tebal itu memukul meja lalu segera keluar dari cafe. Kelihatannya dia ketuanya karena semua teman-temannya segera beranjak dari kursi dan segera meninggalkan café setelah ia mengatakan itu.

Taehyung dan Jungkook mengenal napas. Ia sudah memikirkan perilaku buruk pengunjung apa saja yang akan dihadapi saat melayani, tetapi ia tidak menyangkan akan terjadi pada hari pembukaan dan buruknya Daehyun lah yang mendapatkannya.

"Hyung, maafkan aku.”

Taehyung dan Jungkook segera berbalik, mereka cukup terkejut karena yang keluar dari mulut Daehyun bukanlah kata terima kasih, tapi maaf.

Taehyung merendahkan badannya sedikit karena tinggi badan mereka cukup jauh.

"Kenapa kau minta maaf, Daehyun?" 

"Gara-gara aku, kalian dipanggil dengan sebutan pelayan buruk.”

Daehyun mengatakannya dengan pelan. Dari suaranya, Taehyung langsung tahu kalau Daehyun benar-benar merasa bersalah. Ia merasa semua itu terjadi karena dia.

"Jangan pedulikan perkataan mereka. Yang lebih penting adalah kenyamananmu di si- akh!"

Perkataan Jungkook terputus karena Taehyung tiba-tiba memukulnya.
Daehyun tertegun sejenak. Ia tidak terlalu peduli yang apa baru saja terjadi karena ia sudah melihatnya seharian. Kalimat yang dikeluarkan Jungkook lebih membuatnya penasaran.

"Kenyamananku? Bukan kenyamanan pelanggan?"

Daehyun heran. Menurutnya, pelanggan adalah raja dan pelayan harus sabar menghadapinya.

"Itu karena... jika kau tidak nyaman takutnya kau akan keluar di hari pertamamu kerja.”

Kenyamanan, ia sudah tidak mengharapkan hal itu terjadi di tempat kerja saat memikirkannya kemarin malam. Nyaman atau tidak, ia tidak memiliki pilihan lain.

"Jangan khawatir soal itu, Taehyung Hyung. Aku tidak akan berpikir begitu.”

Lagi pula, jika dia keluar dari pekerjaan ini, bagaimana dia akan membayar utang-utangnya dan membiayai hidupnya? Menjual rumah itu? Tentu saja tidak. Di mana dia akan tinggal jika rumah itu terjual? Panti asuhan? Tidak. Dia akan sulit bergerak jika berada di sana.

Daehyun larut dalam pikirannya dan itu membuat Taehyung segera membuatnya sadar.

"Katakan saja jika ada yang mengganggumu lagi seperti itu. Aku akan segera mengrusnya. Apa kau mengerti?”

Daehyun kembali berpikir sejenak, tidak, ia tidak setuju dengan saran Taehyung.

"… Jika hal itu terjadi, kuharap Hyung tidak menekan suara Hyung kepada mereka lagi.”

Jungkook langsung berjongkok dan menopang dagunya dengan satu tangan. Ia memasang wajah cemberutnya.

"Apa kau masih memikirkan mereka? Sudah  kami katakan jangan pedulikan mereka."

"Aku tidak memikirkan mereka.” Daehyun segera membantahnya. “Aku memikirkan kalian. Aku tidak ingin kalian di pandang buruk oleh orang lain. Walau itu hanya perkataan,  pasti itu sangat tidak enak didengar.”

Taehyung yang sudah tidak tahan melihat Daehyun langsung memeluknya. Daehyun yang mendapatkan tindakan itu cukup kebingungan.

Kedua tangan Taehyung melingkari badannya dan sesekali mengelus rambutnya. Jadi, ia dengan ragu mengangkat tangannya dan menetapkannya di punggung Taehyung. Tidak sengaja, ia melihat tatapan mata Jungkook dan Jimin yang kebetulan melihat mereka dari jauh seperti ingin ikut. Tanpa berkata apa-apa, Daehyun membuka kembali tangannya.

"Kau seperti dapat membaca pikiran kami.”

"Aku tidak membaca pikiran kalian, tapi ekspresi wajah dan tatapan kalian mengatakan semuanya, Jungkook Hyung."

Ketiga pemuda itu hanya tersenyum mendengar perkataan Daehyun dan memeluknya lebih erat dan mengelus kepala Daehyun. Tanpa ketiga hyung itu sadari, Daehyun juga berusaha keras untuk memeluk mereka bertiga, menahan tangannya agar tidak jatuh, dan keram.

"Kami benar-benar akan menjagamu dengan baik," gumam Jungkook, tetapi Daehyun tidak mendengarnya, hanya Taehyung dan Jimin yang mendengarnya.

"H-Hyung, aku tidak bisa bernafas."

"Ma-maaf!"

“Kau tidak apa-apa?”

“Ah, salahku.”

Ketiga Hyung langsung sedikit canggung setelah melepas pelukan mereka karena sudah lama mereka tidak berpelukan seperti itu.

TBC:)
REVISI

Genius Boy [BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang