END

236 5 12
                                    

"Terlalu banyak rasa yang terabaikan
Terlalu banyak canda yang di ucapkan
Hingga tidak bisa membedakan
Mana yang terus berlari untuk berjuang
Dan Mana yang diam untuk menusuk dari belakang."

Olif membuang napasnya, "kak, sudah berapa kali Olif bilang kalau Olif sama kakak nggak akan pernah jadi satu. Olif ini murid kakak, sedangkan kak Arsen adalah guru Olif di sekolah, apa kata guru-guru di sekolah dan apa kata teman-teman di sekolah,"

"Ayo kita nikah!"

Setelah sampai di depan rumahnya Olif segera masuk. Ada sebuah mobil, mobil siapa, sebelumnya ia tidak pernah kenal dengan mobil ini.

Dengan penasaran Olif sedikit berlari memasuki rumah. Tidak ada siapapun di ruang tamu, hanya ada Bunda dan Reyhan yang sedari tadi pagi katanya sudah berada disini.

"Mobil siapa, Bun?" tanya Olif sambil menyalami tangan bundanya.

Sang bunda menurunkan Reyhan dari pangkuannya. "Temen kamu, coba kamu ke atas, dia ada di dalam kamar." Jawab bunda.

Setelah mendengar penuturan dari ibunya, Olif segera berlari menuju kamarnya.

Seorang gadis yang sedang berdiri di tepi jendela dengan tubuh yang membelakanginya. Olif berjalan mendekat tanpa menciptakan suara. Sepertinya dirinya kenal dengan orang ini, tapi siapa, apa dia ...

"Citra," suara panggilan Olif mampu membuat orang yang sedang berdiri membelakanginya menoleh ke belakang.

Benar, dia Citra gadis itu kini telah berubah, banyak yang berubah dari dirinya. Mulai dari pakaian, gaya rambut, bahkan cara dia menatap. Badannya yang mulai kurus, tapi, ada sedikit perbedaaan, apa?

Citra menoleh kepada Olif tanpa senyuman di wajahnya sedangkan Olif yang begitu sangat bahagia langsung menghambur pelukan kepada Citra.

"Lo kemana aja, sih. Nggak kabarin gue, gue mau ke rumah lo kok kosong," tanya Olif tapi, Citra hanya tersenyum simpul bukan menjawab pertanyaan Olif.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo. Tapi, sebelum itu gue mau minta maaf kalau gue banyak salah sama lo, Lif." Ucap Citra.

Olif tertawa terpingkal mendengar kata-kata Citra yang baru saja ia dengar oleh telinganya. "Lo mau kemana sih, mau mati lo?" tanya Olif bercanda.

Citra diam tidak menanggapi membuat Olif yang tadinya tertawa keras kini langsung diam membisu.

"Ada apa sih, Cit, kayaknya serius banget,"

"Gue hamil."

"Ha?!" beo Olif. "Lo hamil anak siapa, Cit? Andre?"

Bukannya menjawab pertanyaan dari Olif, Citra justru memeluk Olif begitu erat sambil menangis.

"Gue hamil, Lif ... Gue ... Gue... Gue hamil anaknya Pak Arsen,"

Olif terdiam kaku mendengar penjelasan dari sahabatnya. Saat Citra berkata jika dirinya hamil saja, Olif sudah terkejut bagai di sambar petir. Apalagi saat mendengar seseorang yang telah menghamili sahabatnya.

"Lagi, Cit. Lo ambil lagi seseorang yang ada di dalam kehidupan gue, setelah kepergian Ayah, gue fikir kak Arsen akan jadi penyemangat hidup gue, setelah tau Lo kesini dengan sendirinya, gue pikir lo memberikan kabar baik, lo bakal rindu sama gue. Tapi apa, lo hantam hati gue, Lo ambil semua orang terdekat gue saat gue mulai rapuh dan terjatuh. Lo tega, Cit. LO TEGA CITRA!" bentak Olif dengan tubuh Citra yang masih memeluknya.

"Maaf ... Gue minta maaf, Lif," Katanya mulai melepaskan pelukannya. "Gue berniat mau menggugurkan anak ini, Lif." Sambungnya.

Olif tertawa hambar, " setelah lo berbuat dosa dengan orang yang bukan suami lo, sekarang Lo mau gugurin anak dalam kandungan Lo yang pada dasarnya dia nggak tau kelakuan bejat orang tuanya?!" olok Olif.

𝐖𝐢𝐝𝐨𝐰𝐞𝐫? ✓ (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang