"Lo kenapa, Cit?" Tanya Olif kepada Citra. Sahabatnya.
"Maafin gue, Lif."
"Udah ih, gue udah maafin Lo, Cit."
"Tapi gue nggak enak sama Lo." Cicit Citra.
Olif mengerutkan keningnya, "enggak enak sama gue? Lo baru kemaren kenal sama gue, Cit?"
"Nggak sih, Lif. Tapi gue nggak enak, beneran." Ucapnya lagi kepada Citra.
"Udah nggak usah baperan. Lagian setiap orang itu punya nafsu kali, Cit. Semua orang berhak salah, mempunyai takaran masing-masing. So, mungkin makan batagor di kantin enak, Cit. Daripada kita melow-melow disini." Ucap Olif menarik bahu Citra, mengajaknya makan batagor di kantin.
🔁🔁🔁
Hari ini Arsen sedang berada di kantornya. Mengerjakan berkas-berkas yang belum ia selesaikan. Tapi, dia tidak memiliki fokus hari ini. Pasalnya Reyhan menghampirinya dengan Mamanya dan Reyhan selalu merengek seperti bayi karena Arsen tidak menuruti kemauannya untuk bertemu dengan Olif.
Sudah cukup baginya. Dulu sebelum kenal dengan Olif, Reyhan tidak mau makan jajanan pinggir jalan yang sangat kotor menurutnya dan tentu saja Arsen melarangnya. Tapi, setelah bertemu dengan Olif?
Hampir setiap hari Mamanya selalu di ricuhkan dengan kelakuan Reyhan yang selalu minta batagor, cireng, cimol bahkan kue-kue yang menurutnya tidak sehat di konsumsi Reyhan.
"Papa, Reyhan mau ke kak Olif, pokoknya Reyhan mau ke kak Olif, nggak mau tau Pa, Rey mau ke kak Olif." Rengeknya sambil menarik jas kerja Arsen, membuat Arsen harus memiliki stok sabar yang banyak.
"Tapi Rey, kak Olif masih sekolah jam segini, Papa nggak mau nganterin kamu ke sekolah, nanti yang ada kamu buat onar disana."
"Nggak, Papa. Rey nggak bakal buat onar di sekolah nanti kalo ketemu kak Olif." Belanya kepada dirinya sendiri.
"Nggak, Papa nggak percaya, kamu ini bar-bar dan stop ganggu Papa lagi kerja." Ucapnya yang akan meletakkan jari-jarinya ke keyboard laptop miliknya.
"Oke, Rey mau ke rumah Omah sama Opah. Anterin Rey, Papa." Pintanya yang tak mau kalah dengan Arsen.
"Kamu cuma punya Omah disini yang temenin Rey tiap hari. Nggak ada Omah lagi." Ucapnya yang mulai menatap layar laptop.
"Ada. Bunda sama Ayahnya kak Olif itu Omah dan Opah-nya Reyhan juga. Papa, anterin Reyhan kesana!" Tegasnya sambil berteriak.
Sedangkan Mama Arsen, Nyonya Fernansyah hanya diam dan menggelengkan kepalanya saat melihat kelakuan Reyhan dan Arsen yang sama-sama tidak mau mengalah.
"Iya Rey, iya. Lima menit lagi." Pinta Arsen.
"Nggak mau, Rey mau sekarang, nggak mau lima menit lagi." Tolaknya dengan menghentakkan kakinya sambil merengek.
Setelah membereskan berkas-berkas yang berserakan di atas mejanya, Arsen segera menggendong Reyhan dan keluar dari dalam ruangannya dan menuju mobilnya yang terparkir di depan kantor.
"Mama mau ikut juga?" Tanya Arsen menawari Mamanya jika ingin ikut dengannya dan juga Reyhan.
Nyonya Fernansyah menatap arloji di pergelangan tangannya, "kayaknya Mama nggak bisa, Mama lagi ada urusan sama seseorang, Arsen. Mungkin lain kali saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐢𝐝𝐨𝐰𝐞𝐫? ✓ (Belum Revisi)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [BUDAYAKAN VOTE DAN COMEN] Duda? Sering kali sahabat karibnya itu memanggilnya dengan sebutan tersebut. Arsenal Fernansyah, seorang peri berumur 25 tahun, menjadi guru BK di sekolah milik orang tuanya serta menjadi seorang C...