4

170 17 2
                                    

Sambil menunggu Olif untuk menjelaskan apa yang terjadi padanya, Citra yang mengingat-ingat tentang Olif yang akan ke ruang BK tadi.

"Eh Lif, gimana guru barunya? Ganteng?" Tanya Citra menatap Olif yang sedang melamun.

Olif menoleh ke arah Citra. Sampai hati sahabatnya ini disaat Olif sedang susah dirinya masih tanya tentang guru baru itu.
"Iya, ganteng, dan saking gantengnya dia menghukum gue sampai itu gue harus nurutin ide konyolnya, ide gilanya, ide najisnya yang gue nggak tau apa maksud itu guru baru." Ucapnya dengan emosi yang sudah di ubun-ubun.

Citra bingung dengan penjelasan yang di maksud oleh Olif, memang saat perjalanan menuju rofftop Olif sempat bercerita dengan wajah kesalnya kepada Citra. Kalau Olif di kasih banyak tugas oleh guru baru tersebut dan di hukum hormat bendera saat jam istirahat pertama dan saat datang ke sekolah itupun selama lima menit.
"Coba Lo jelasin lebih enak ke gue, jangan emosi dulu, bawa santai aja, Lif."

Olif menoleh ke arah Citra dengan tatapan horornya, "santai pala lu peyang, Cit. Gue gibeng tau rasa Lo,"

Citra mendengus pasrah, inilah sahabatnya jika sedang marah, tidak bisa di ajak kompromi untuk dingin kepala. Semua yang dia lakukan dengan emosi pasti akan marah ke Citra. "Terserah Lo! Gue mau penjelasan sekarang, Lif." Paksanya lagi.

"Tugas gue yang terakhir dari itu guru, gue di suruh jadi pacar PURA-PURA ITU GURU BEJAT." Ucap Olif dengan menekan kata 'pura-pura itu guru bejat.' Yah, Olif bisa menebak sangat bisa, pasti semua siswi di sekolahnya menyukai guru BK itu yang sekaligus anak dari pemilik sekolah. Begitupun dengan dirinya, siapa yang tidak suka dengan guru tampan dan mapan? Hanya gadis buta yang menyiapkan. Tapi, menjadi pacar pura-puranya sangat tidak terbayang di dalam otak Olif.

Citra yang telah mendengarkan penjelasan dari Olif terkejut bukan main, mulut ia buka sangat lebar, mata pun begitu. "Lo jangan bercanda, Lif. Enggak lucu," ujarnya dengan tawa mengejek.

"Gue serius."

"Lo jangan serius, Lif."

"Gue bercanda."

"Lif Lo yang bener aja dong, jangan sempoyongan gini kalau bicara, itu guru baru, Lo mau kena hukum lagi?" Pertanyaan Citra selalu membuat Olif jengkel, sudah serius masih salah.

"Gue nggak sempoyongan, gue nggak lagi jalan." Ucapnya yang kemudian berdiri dari duduknya. "Dan yang paling gue heran,poin Lo sama gue itu sama, tapi kenapa gue aja yang harus di beri tugas banyak dan hukuman banyak untuk lulus sekolah?"

Citra yang ikut bangkit dari duduknya dan mengambil ponselnya yang ia letakkan di kursi. "Udah lah, Lif. Rezeki nomplok ada di Lo."

Olif mengerit tidak mengerti, rezeki? Nomplok? Citra memang benar-benar tidak waras. "Maksud Lo apa?"

Citra mendengus saat Olif masih tidak mengerti maksud dari pembicaraannya. "Iya, rezeki nomplok. Di saat gue pengen Deket sama itu guru baru yang namanya pak Arfen, eh malah salah sasaran ke Lo. Kurang enak apa sih Lo, Lif?"

"Kurang ajar yang iya, bego." Ucapnya lalu meninggalkan Citra yang masih kesal dengan Olif.

Jam sekolah telah berakhir, semua siswa maupun siswi kini telah berhamburan keluar kelas untuk pulang.

Sedangkan Olif sedang berjalan di koridor sekolah dengan Citra. Iya Citra, sahabat gilanya itu. Hari ini Olif akan ikut Citra saja untuk mengantarkan dirinya pulang kerumah.

Mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, saat Olif menolak Citra untuk mengantarnya pulang, setelah itu dia tidak menemukan angkutan umum lagi.

Selain Citra adalah sahabatnya, Citra adalah orang yang paling dekat dengannya, yang tau tentang dirinya luar dalam, dan Citra lah yang paling tau tentang Olif mulai suka maupun duka.

𝐖𝐢𝐝𝐨𝐰𝐞𝐫? ✓ (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang