Hari berganti hari begitupun perlakuan Arsen kepada Olif yang semakin hari semakin hangat. Membuat dada Olif terkadang selalu berdesir.
Hari ini Olif masuk ke sekolah seperti biasanya dan sudah beberapa hari ini Olif dan Citra jarang telat. Tapi, tumben sekali hari ini Citra datang terlambat? Padahal jam tujuh kurang lima belas menit lagi.
Sampai akhirnya jam pelajaran bahasa Indonesia sudah di mulai. Tapi Citra tak kunjung datang. Dengan Arsen yang menjelaskan tentang kedisiplinan di depan. Benar, guru BK itu mengisi kelas yang tidak ada gurunya di kelas Olif saat ini.
"Jadi jika kalian sulit bagaimana caranya disiplin kalian bisa mengawali tentang kedisiplinan pada diri kalian mulai dari hal kecil. Contohnya, cuci piring. Jika kalian malas untuk mencuci piring yang kotor karena terlalu banyak dan menumpuk, kalian bisa setiap hari jika selesai makan cuci sendiri piring kotor milik kalian, nah seiring berjalannya waktu nanti jika kalian terbiasa dengan kedisiplinan dengan yang kecil, kedisiplinan yang besar pun akan mengikuti dengan sendirinya. Misalkan, waktu dan ju____"
"Olif Keina Berlian saya ada di depan menjelaskan materi kamu malah asik celingak-celinguk lihat ke luar kelas?" Ucap Arsen yang mulai kesal dengan Olif.
Olif yang tertangkap basah hanya bisa senyum sendiri dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "anu Pak, itu sa____"
"Keluar!" Satu kata yang mendarat dari mulut Arsen yang begitu sangat lantang. Membuat seluruh teman-teman Olif terlonjak kaget dan menundukkan kepalanya.
Olif hanya mendengus dan pasrah dengan guru BK-nya yang amat sangat killer di sekolahnya itu. Dengan gontai Olif melangkahkan kakinya untuk keluar kelas. Tapi saat dirinya akan keluar dari pintu kelas seseorang yang sedang berlari tengah berhenti tepat di depannya dengan mengatur napasnya dan mengacungkan tangannya.
"Pa--pak mohon maa--maaf, saya terlambat." Ucapnya yang tak lain adalah Citra.
"Citra, kamu hampir telah satu jam," ucap Arsen dengan melihat jam tangan yang bertengger di pergelangan tangan kirinya. "Keluar."
"Ya ampun Pak, dengerin dulu saya pak. Tadi itu, jalanan macet saya nggak bisa cepet-cepet ja___"
"Itu alasan klasik Citra, keluar sekarang." Tegas Arsen.
Saat ini Olif dan Citra sedang berada di depan kelas. Diam tidak bercerita apapun.
"Memangnya disiplin sesulit ini?" Tanya Olif kepada Citra yang masih melamun.
"Tidak jika Lo mempunyai niat." Jawabnya sambil menopang dagu.
"Gue aja maksud Lo?"
"Ah, tidak. Gue juga maksudnya."
"Memangnya Lo kenapa tadi kok hampir telat satu jam, Cit? Tumben." Tanya Olif dengan jari-jari tangannya yang menyobek kertas.
"Tau deh gue sial tadi gara-gara Om-om tua tadi." Jelasnya.
"Cerita, gue nggak mau tau."
"Oke Lo cerewet banget." Ucapnya yang sedikit kesal dengan Olif. "Jadi gini..."
"Aduuuh.... Gue udah telat ini." Ucapnya
Citra melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.Citra mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang begitu tinggi sampai ia tidak melihat ke depan dengan fokus, ia tidak menyadari ada mobil yang akan menyeberang.
Ciiit.....
"Awaaaaas!" Teriaknya dalam mobil dengan menginjak rem mobil dengan spontan.
BRAK!
Suara mobil Citra menabrak mobil di depan yang akan menyeberang. Citra yang masih di dalam mobil, dia tidak berani keluar sampai akhirnya pemilik mobil yang ia tabrak harus menggedor kaca mobilnya.
"Apaan sih," ucap Citra dengan nada sedikit meninggi.
"Eh Mbak, ini nasib mobil saya gimana ganti rugi dong," ucap lelaki yang mobilnya di tabrak Citra, tidak terima.
Citra yang sudah melihat jam di pergelangan tangannya karena ia sudah terlambat malah di tambahi dengan urusan lagi. Tidak terima dengan pemilik mobil yang ia tabrak, Citra keluar dari dalam mobil miliknya, membanting pintu mobilnya saat dirinya berhadapan dengan laki-laki tersebut.
"Eh gue bukan Mbak Lo ya!" Ucapnya yang memang tidak terima di panggil mbak-mbak. Karena memang dirinya masih gadis SMA harus di panggil Mbak.
"Yaudah cepetan, ganti rugi," pinta laki-laki tersebut dengan tangannya yang meminta uang kepada Citra.
"Eh, Lo tuh yang nggak liat kanan kiri udah tau ada mobil lajunya cepat, Lo main trabas aja." Sahutnya yang tak kalah sewot.
"Eh, salah sendiri ngapain ngebut, anak SMA itu pantasnya naik angkutan umum ke sekolah, di anterin orang tua." Maki laki-laki di depan citra yang tak mau kalah juga dengan Citra.
"Itu jaman Om dulu waktu sekolah jaman masih kuno, yang kemana-mana harus orang tua."
"Eh anak kecil ini gue udah telat kerja, udah cepetan gue mau ganti rugi."
"Enak aja, sendiri yang salah juga. Apa bedanya sama gue, gue juga telat sekolah, Om."
"Gue nggak peduli. Mana cepet ga to rugi," paksa laki-laki tersebut sambil menarik tangan Citra untuk memberinya uang.
"Ih, jangan pegang-pegang, dasar Om-om ganjen. Berapa sih harga mobil Lo, palingan masih mahalan harga permen lolipop."
"Eh, jaga yah mulut Lo, gue sobek itu nanti mulut toa. Gue ini orang kaya mana mungkin beli mobil yang harganya murahan, harga diri Lo masih mahalan harga mobil gue."
Bugh bugh bugh bugh
Citra yang tidak terima saat harga dirinya di samakan dengan mobil, ia dengan cepat memukul keras laki-laki tersebut dengan sekuat tenaga.
"Udah mana dompet Lo," ucapnya yang merampas tas yang berada di punggung Citra, mengambil KTP Citra dan memberinya kartu nama.
"Kalo Lo mau selamat, datang ke kantor gue atau hubungi gue, kalau dalam 24 jam Lo belum temuin gue, siap-siap aja gue kasih KTP Lo ke polisi biar Lo jadi buronan." Tegas laki-laki tersebut yang kemudian meninggalkan Citra dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Nah jadi gitu ceritanya, Lif." Ucap Citra dengan wajah melasnya.
"Kasian banget sih Lo, Cit. Ngeri gue dengernya." Ucap Olif dengan bergidik ngeri.
Jam istirahat sudah berbunyi, tidak terasa saat Citra sedang bercerita ternyata selama itu pembicaraannya. Arsen, guru BK-nya itu sedang membereskan buku di meja dan akan keluar dari dalam kelas Olif.
Sedangkan Olif dengan Citra saling pandang. Karena sudah terbiasa keluar masuk ruang BK, dengan hati-hati mereka berdua berjalan melangkahkan kakinya supaya jauh dari kelasnya sebelum Arsen sampai di depan pintu. Tapi, usahanya kali ini gagal total.
"Kalian berdua ikut ke ruangan saya." Perintah Arsen kepada kedua siswi yang melanggar peraturan.
"Saya sama Olif, Pak?" Cicit Citra.
"Bukan, tapi Dimas teman kalian."
"Oh Dimas, yaudah kita panggilan dulu ya, Pak." Balas Olif yang akan memanggil Dimas, teman sekelasnya.
Arsen yang geram mulai membalikkan badannya, melemparkan tatapan horor kepada Olif dan juga Citra. "Kalian berdua keruangan saya, SE. KA. RANG!" Bentak Arsen dengan menekan kata terakhirnya.
Sedangkan Olif dan Citra, mereka berdua langsung melarikan diri menuju ke ruang terlaknat di sekolahnya. BK.
••••
Lumajang, 4 Agustus 2020
Thanks for reading gays, semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan Comen yah. Follow juga boleh biar followers aku dan kamu nambah😄
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐢𝐝𝐨𝐰𝐞𝐫? ✓ (Belum Revisi)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [BUDAYAKAN VOTE DAN COMEN] Duda? Sering kali sahabat karibnya itu memanggilnya dengan sebutan tersebut. Arsenal Fernansyah, seorang peri berumur 25 tahun, menjadi guru BK di sekolah milik orang tuanya serta menjadi seorang C...