Hari sudah mulai pagi, semua orang mulai melaksanakan aktifitasnya kembali. Olif yang saat ini sudah mandi, dengan segera ia mengganti pakaian dengan seragam sekolah.
Dengan rambut yang di kuncir kuda, sedikit bedak dan beberapa make up lainnya yang ia poleskan dan tidak lupa ia juga menyemprotkan parfum ke baju sekolah.
Melangkah ke lain tempat di dalam kamar, mengambil kaos kaki dengan sebuah tas yang sudah berisikan buku-buku jadwal sekolah.
Dengan senyum di bibirnya Olif melangkahkan kakinya keluar kamar dan menuju ke ruang makan yang sudah ada kedua orang tuanya disana.
Saat sedang berjalan dan akan melangkahkan kaki ke anak tangga berikutnya, ia berhenti. Menatap sang Ayah yang berpakaian sangat rapih dengan sebuah koper di sebelahnya.
"Ayah mau kemana?"
Sang ayah menoleh merasa dirinya ditanyakan oleh sang putri, membernarkan duduknya dan menyuruh Olif untuk ikut sarapan dengannya.
"Ayah mau kemana? Kenapa harus serapih dan membawa koper?" tanyanya lagi.
"Ayah akan pergi ke Surabaya, ada kepentingan dengan rekan bisnis disana, jadi selama Ayah tidak ada jagalah Bunda mu, Olif." Jelas ayah Olif dan diberi anggukan oleh anaknya.
"Ayah," panggil Olif lagi, kali ini dengan tangannya yang menggenggam tangan sang Ayah, membuat sang Bunda tidak tega melihat anaknya yang harus jauh dari Ayahnya, memang sedari kecil Olif selalu manja dengan Ayahnya. Sang Ayah pun menoleh dengan menatap lekat manik mata sang putri, tersirat rasa sedih disana dan ia tahu. "Ayah jangan lama-lama yah perginya, Olif sama Bunda nggak mau dirumah cuma berdua aja, Olif juga nggak bakal enak makan kalau Ayah nggak ada di rumah, jaga diri baik-baik yah, Ayah. Sering telfon Olif atau bunda, jaga pola makan juga yah, Ayah." Katanya dengan mengelus punggung tangan ayahnya dengan ibu jari.
Selesai sarapan, Olif dan kedua orang tuanya pun keluar dari dalam rumah. Mengantarkan sang ayah ke mobil dan membawakan kopernya. Pelukan yang begitu sangat lama Olif berikan kepada ayahnya. Memang, Sampai sebesar ini dia tidak pernah di tinggal jauh oleh ayahnya, kalaupun di tinggal jauh mungkin hanya satu hari atau kadang ayahnya langsung pulang. Tapi, kali ini rasanya beda sekali dari dulu, ia ingin menghabiskan waktu dengan ayahnya.
"Yasudah, ayah berangkat dulu yah, jagain bunda kamu selama Ayah di luar kota," pinta sang ayah lagi.
Olif pun mengangguk hingga air matanya tak dapat ia tahan lagi. "Ayah baik-baik di Surabaya."
"Ayah kabarin Bunda kalau udah sampai, sering-sering kabarin Bunda atau Olif, yah." Kata sang bunda yang sedari tadi diam kini mulai bersuara.
Waktu berjalan begitu cepat, tadi pagi sekali ayahnya sudah pergi keluar kota untuk beberapa hari ini dan saat ini Olif sudah berada di sekolahnya seorang diri. Yah, seorang diri belum ada temannya yang datang, bahkan Citra.
Ting!
Sebuah notifikasi yang keluar dari benda pipih yang sedang Olif letakkan di dalam sakunya berbunyi, menandakan sebuah pesan masuk. Dia pun berhenti di depan ruang BK sembari melihat ruangan yang masih tertutup tersebut.
Citra
Lif, gue nggak masuk dulu sekarang. Lagi nggak enak badan.Pesan singkat dari Citra kini membuat Olif tidak enak berada di sekolah lama-lama. Dengan siapa nanti dirinya akan pergi ke kantin dan berbicara? Dengan teman sekelasnya saja jarang.
Me
Pulang sekolah nanti gue kerumah Lu, yah. Gue bawain makanan deh. Lo minta apa?Citra
Nggak usah deh, Lif. Gue cuma nggak enak badan aja, gue pengen sendiri dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐢𝐝𝐨𝐰𝐞𝐫? ✓ (Belum Revisi)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [BUDAYAKAN VOTE DAN COMEN] Duda? Sering kali sahabat karibnya itu memanggilnya dengan sebutan tersebut. Arsenal Fernansyah, seorang peri berumur 25 tahun, menjadi guru BK di sekolah milik orang tuanya serta menjadi seorang C...