15

109 10 2
                                    

Saat ini Citra dan juga Olif tengah duduk di ruangan Arsen, menunggu guru killernya yang tidak kunjung datang.

Setelah beberapa menit menunggu sambil berbincang, akhirnya Arsen telah sampai di ruangannya. Membuat Citra dan Olif menunduk dan sambil memainkan rok seragamnya.

"Kenapa kalian menunduk?" Tanya Arsen yang hanya di jawab gelengan kepala oleh Olif dan Citra.

"Kalian malu? Malu setelah banyak kali melanggar peraturan sekolah? Cih menjijikkan," hina Arsen kepada kedua siswinya yang amat sangat nakal ini. "Olif, keluar kamu. Tunggu di depan, jangan mencoba kabur, kalau kamu berani kabur, lebih berat lagi nanti hukuman kalian berdua."

"Hah, gagal lagi gagal lagi mau kabur. Heran apa-apa tau, ini itu tau. Kenapa nggak enyah aja sih dari bumi." Makinya dalam hati. Siapa lagi kalau bukan Olif.

"Saya menyuruh kamu tunggu di luar, bukan mengumpat, Olif." Ucap Arsen yang membuat Olif kalang kabut langsung keluar.

Setelah satu jam menunggu Citra yang sedang berada di dalam ruang BK, akhirnya kini giliran Olif yang di panggil.

"Duduk." Ucap Arsen datar.

"Kenapa tadi waktu saya menerangkan kamu malah fokus ke luar kelas?" Tanya Arsen menatap Olif yang sedang berada di depannya.

"Astoge ini guru bisa nggak sih, nggak bikin dada gue berdesir? Bisa nggak, nggak bikin gue GR tingkat dewa? Astaga.... Otak omes gue jangan Sampek bekerja." Gumamnya dalam hati saat Arsen menatapnya dengan begitu lekat dan sedikit lebih dekat.

"Citra, saya bilang kamu pergi jangan berdiam diri di depan ruangan saya, jangan tunggu Olif!" Ucap Arsen.

Eh, apa-apaan ini, tadi dirinya sudah menunggu Citra selama satu jam, kenapa kini Citra tidak boleh menunggu?

"Eh, Cit. Tungguin gue di rooptof!" Ucap Olif dengan suara lantangnya.

"Siapa yang suruh kamu berteriak?" Tanya Arsen membuat Olif membalikkan badannya dan menundukkan kepalanya, tanpa menatap Arsen lagi.

"Anu, itu Pak, tadi saya nungguin Citra. Namanya juga sahabat, Pak. Saya sayang Citra dan begitu juga dengan Citra. Jadi, dimana ada Citra, disitu ada saya." Jawab Olif yang mulai tidak jelas.

"Buktinya kamu sekarang tidak bersama Citra."

"Eh, iya Pak."

Arsen menghembuskan napasnya, heran. Baru kali ini dirinya dipertemukan dengan seorang gadis SMA yang begitu sangat nakal. Mungkin, saking nakalnya sampai tidak ketulungan.

"Olif, dengarkan saya. Kamu ini sudah besar, sudah SMA. Bukan waktunya bermain-main lagi dengan sekolah, ini waktunya kamu fokus memikirkan masa depan kamu, memikirkan setelah lulus SMA kamu akan kemana. Kamu akan kuliah, kerja atau kamu ak__"

"Nikah. Saya akan nikah." Jawab Olif dengan spontan. Memotong pembicaraan Arsen yang belum selesai.

"Memangnya siapa calon suami kamu?" Tanya Arsen yang sedikit mulai tertarik dengan alur pembicaraan Olif.

"Tidak tau, nanti datang sendiri." Jawabnya asal.

"Mampus Lo mulut, bisa nggak sih nggak usah licin gitu kalo mau ngomong, kayak nggak ada remnya aja." Makinya dalam hati kepada dirinya sendiri.

Sedangkan Arsen hanya bisa menahan tawanya saat mendengar umpatan demi umpatan yang dilakukan oleh Olif.

"Oke kamu silahkan keluar." Ucap Arsen menyuruh Olif untuk segera keluar.

Tapi, saat dirinya sudah berdiri dan membalikkan badannya dengan kaki yang akan ia langkahkan untuk keluar, dirasakannya pergelangan tangan kanannya di cengkal oleh Arsen.

𝐖𝐢𝐝𝐨𝐰𝐞𝐫? ✓ (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang