18

106 10 1
                                    

Hari ini Reyhan dan juga Olif sedang jogging karena hari ini adalah hari Minggu jadi mulai kemarin sore Arsen mengantarkan Reyhan kerumahnya untuk menginap.

"Reyhan capek nggak?" Tanya Olif yang melihat banyak keringat bercucuran di kening Reyhan.

Reyhan mengangguk, "iya kak, Reyhan capek."

"Yasudah, kita duduk di kursi sana yuk sambil minum." Ajaknya kepada Reyhan yang sangat lelah karena habis berlari dengan Olif.

Olif dan Reyhan tengah duduk di kursi taman dengan meminum air putih yang mereka bawa dari rumah. Sesekali dirinya bercanda dengan Reyhan, melihat tawa Reyhan di bibirnya sungguh membuat Olif sangat bahagia.

"Apakah kau yang bernama Olif?" Sapa seseorang yang sedang berdiri di depan Olif.

Olif menengadahkan kepalanya melihat orang tersebut dengan mengerutkan keningnya. Sepertinya Olif tidak pernah melihat orang ini. "Kau siapa?"

"Aku hanya bertanya apa kau yang bernama Olif?" Tanya orang itu mengulangi pertanyaan yang sebelumnya ia tanyakan kepada Olif.

"Iya, aku Olif. Olif Keina Berlian." Sahutnya dengan memberikan nama panjangnya.

"Oh jadi kau yang sedang menggoda calon tunangan ku? Dasar jalang!" Hinanya dengan nada suara yang meninggi. Membuat orang di sekelilingnya menatap Olif dan perempuan itu.

Olif sungguh tidak mengerti dengan arah pembicaraan perempuan yang sedang berdiri di depannya ini. "Maksudmu? Aku sungguh tidak mengerti."

"Aku ini calon tunangan Arsen. Arsenal Fernansyah, guru BK di sekolahmu." Jelas perempuan itu yang tak lain adalah Irene.

"Apa?!" Pekik Olif tidak percaya dengan penjelasan wanita itu. "Lucu sekali, kau jangan mengaku-ngaku, Nona." Ucapnya dengan tertawa hambar.

"Aku mau kau jauhi Arsen," lirihnya dengan penuh penekanan.

"Kalau aku tidak mau?" Tanya Olif dengan senyum sinisnya.

"Kau tidak mau," ucap Irene dengan melipat kedua tangannya di depan dada. "Kalau kau tidak mau, siapkan saja air matamu untuk menangisi setiap detik penyiksaan ku terhadap seseorang yang kau sayangi termasuk dirimu sendiri." Lanjutnya yang kemudian pergi dari hadapan Olif.

Sedangkan Reyhan hanya diam. "Kakak, Tante itu tadi namanya Tante Irene, dia suka sama papa,"

Setelah penuturan Reyhan, Olif kembali kerumahnya, membawa Reyhan ke rumahnya. Menunggu Arsen yang akan menjemput Reyhan.

Hari yang sudah mulai gelap sedangkan Arsen masih saja berkutik dengan berkas di kantornya dengan Andre yang sedari tadi menunggu Arsen untuk segera menyelesaikan pekerjaannya.

"Man, udah mau gelap gini Lo masih aja setia sama itu berkas, ayolah kita pulang, gue udah hampir dua jam nungguin Lo, Sen." Ucap Andre yang mulai kesal dengan Arsen. Pasalnya, dari tadi Andre mengoce Arsen hanya diam dan fokus dengan berkasnya.

"Apa sih, men apaan? Lo kira gue permen?" Jawabnya dengan mata yang masih mengarah ke tumpukan kertas.

"Gue ajak Lo pulang, Arsen. Sekarang!"

"Pulang aja sendiri, lagian gue nggak mau di tungguin sama Lo."

"Gue nggak bawa mobil." Jawab Andre dengan santainya, membuat Arsen memberhentikan pergerakan jarinya di atas kertas dan mulai melihat ke arah Andre yang sedang berdiri menunggunya.

"Lo mirip kayak orang kere, jangan malu-maluin gue, Dre. Lo udah jadi tangan kanan gue, udah gue beliin mobil segala macem dan Lo sekarang nggak bawa mobil? Lucu sekali." Balasnya dengan nada mengejek.

𝐖𝐢𝐝𝐨𝐰𝐞𝐫? ✓ (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang