Jika datang hanya untuk menyakiti, lalu mengapa kau tak pergi?
.
.
.
.Hari berganti hari kedekatan Olif dengan Arsen semakin mengendor. Arsen yang selalu di paksa untuk menikah dengan Irene tapi selalu saja menolak. Sedangkan Olif, sudah beberapa Minggu ini dirinya belajar menaiki motor trail dengan Gavin.
Meskipun terkadang Gavin selalu saja menatap mata Olif dengan penuh harapan untuk kembali. Kembali ke masa lalu yang dulu di permainkan oleh Gavin.
Tapi, entahlah Olif juga tidak tahu dirinya lebih menyukai Arsen yang notabennya sebagai seorang guru BK di sekolahnya atau Gavin yang notabennya menjadi bekas pacarnya dan juga pacar sahabatnya.
"Pokoknya Mama nggak mau tau, kamu harus segera bertunangan dengan Irene. Mama nggak mau kamu dekat-dekat lagi dengan anak kampungan itu!" cibir Mama Arsen dengan meninggikan suaranya.
"Tapi Ma, Arsen sudah dewasa, Arsen bisa nentuin jalan hidup Arsen bahkan dengan soal masa depan." Tolaknya yang kemudian pergi dengan wajah yang penuh dengan emosi.
Sedangkan di belakangnya yang tak lain adalah Irene tengah mengejar Arsen. Berharap Arsen akan tenang jika dirinya yang menenangkan.
"Sen, coba kamu turuti dulu apa kata Mama kamu," pinta Irene membuat langkah Arsen terhenti seketika.
Arsen membalikkan badannya, mendekatkan wajahnya kepada Irene, membuat sang empu mengeluarkan keringat dingin. "Ini yang namanya sahabat? Bukannya kita bertiga dulu pernah berjanji untuk nggak boleh saling ada rasa suka? Lo amnesia, Ne?"
"Kenapa? Apa salah aku kalau aku emang bener-bener suka sama kamu, Sen? Apa kamu lebih memilih gadis SMA itu? Gadis kampungan itu?!"
"Cukup, Ne. Jangan sekali-kali Lo hina Olif di depan gue atau Sampai terdengar telinga gue, kalau sampai Lo hina dia lagi di depan gue, gue pastikan Lo a___"
"Apa?!" Irene membentak. "Kamu mau ngancam aku? Mau apa? Bunuh? Bunuh aja, hancurin hidup aku? Hancurin aja, Sen. Udah cukup aku mengalah. Dari dulu kamu emang nggak pernah sadar kalo aku suka sama kamu. Aku rela hancurin hidup orang dan bunuh dia demi kamu, demi mendapatkan hati kamu!" Lanjutnya tanpa jeda.
Arsen melototkan matanya saat Irene mengatakan jika dia telah membunuh seseorang dan menghancurkan hidupnya hanya karena ingin mendapatkan dirinya.
Siapa? Apa itu seseorang yang Arsen kenal?
"Siapa yang Lo bunuh?" Tanya Arsen membuat Irene terdiam seketika. Di tatapnya mata Irene berharap Arsen menemukan jawaban disana. "Apa Lo yang udah bunuh Adel? Apa itu semua rencana Lo untuk membunuh Adel? Jawab gue Irene," tanya Arsen dengan penuh penekanan.
"JAWAB GUE IRENE!"
"IYA! GUE YANG BUNUH ADEL, GUE YANG BUNUH DIA DENGAN ORANG SURUHAN GUE, GUE YANG MEMBUAT MOBIL ADEL MASUK KE JURANG. PUAS LO, PUAS!"
PLAK!
•••
Disisi lain Olif dan Citra telah keluar dari kawasan sekolah akan menuju ke rumah Citra. Hari ini mereka berdua berniat pergi ke rumah Andre tentu saja Andre sakit dan sudah beberapa hari ini tidak sembuh hanya karena memakan spageti.
Siapa yang Andre salahkan? Tentu saja Citra. Sebelum pergi ke rumah Andre, Olif dan Citra berhenti di rumah yang lumayan besar dan hanya di tempati oleh satu gadis SMA, Citra.
Gadis itu memang selalu tinggal sendiri sedari kelas satu SMP. Bukannya tidak memiliki orang tua yang lengkap. Tapi, kedua orang tua Citra selalu sibuk dengan dunia bisnisnya. Bahkan, berbagi waktu dengan Citra saja harus mencari jadwal dari jauh-jauh hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐢𝐝𝐨𝐰𝐞𝐫? ✓ (Belum Revisi)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [BUDAYAKAN VOTE DAN COMEN] Duda? Sering kali sahabat karibnya itu memanggilnya dengan sebutan tersebut. Arsenal Fernansyah, seorang peri berumur 25 tahun, menjadi guru BK di sekolah milik orang tuanya serta menjadi seorang C...