Hari ini Olif sedang berada di halte depan sekolah. Dia sedang menunggu angkutan umum untuk pulang. Karena mobilnya sedang di bawa ke bengkel oleh Ayahnya.
Sampai akhirnya, hari sudah mulai sore tapi Olif masih belum menemukan angkutan umum. Murid yang lain sudah pulang, Citra pun juga begitu. Jika menunggu angkutan umum akan lama seperti ini lebih baik dirinya tidak menolak ajakan Citra tadi.
Matahari akan tenggelam. Olif yang duduk di halte sampai bosan. Apakah dia harus jalan menuju rumahnya? Tapi ini sangatlah jauh. Belum lagi ponselnya sudah kehabisan daya.
"Ya Tuhan, hari mulai gelap, bagaimana ini," resahnya dengan mondar-mandir di halte bus.
Saat Olif mondar-mandir dengan wajah yang sangat takut, tak di sangka saat ada anak kecil laki-laki yang sedang berjalan sendirian. "Apa itu anak kecil? Bukan maksud ku apakah anak itu sedang tersesat atau ini jebakan?" Pikirnya.
"Tante," panggil seorang anak kecil laki-laki yang sedang berdiri di depannya. Membuyarkan lamunan Olif saat itu juga. Olif menunduk tidak menjawab sapaan anak kecil yang sangat menggemaskan itu.
"Tante aku pengen pulang," rengeknya dengan menekuk lengkung bibirnya ke bawah.
Sedangkan Olif terkejut saat anak kecil tersebut akan menangis. " Ya Tuhan dimana orang tua anak kecil yang sangat menggemaskan ini?"
"Jangan nangis yah sayang." Ucapnya yang kemudian berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan anak kecil tersebut. "Nama kamu siapa?"
"Nama aku Reyhan, Tante." Jawabnya dengan polosnya. Astaga Olif tidak tahan lagi dengan anak kecil ini, ia ingin sekali membawa pulang. Sungguh sangat menggemaskan.
"Orang tua Reyhan dimana?" Tanyanya yang di jawab gelengan kepala oleh Reyhan.
"Reyhan enggak tau, Tadi Papa lagi angkat telfon saat mengantarkan Rey beli ice cream, Papa suruh Rey diam di tempat enggak boleh kemana-mana, tapi Rey nakal, Rey meninggalkan Papa yang sedang mengangkat telfon. Setelah itu Rey lupa dimana tempat Papa dan penjual ice cream itu." Jelasnya panjang lebar dengan air mata yang sudah siap akan turun dari pelupuknya.
"Hei, sayang. Kamu jangan nangis yah, sementara ini Rey ikut pulang sama Tante dulu, gimana? Rey mau enggak?" Tawar Olif meyakinkan Rey. Dilihatnya Reyhan itu terdiam dan menatap Olif tanpa ekspresi. "Tenang sayang, Tante ini baik kok, enggak bakal jahatin Reyhan. Gimana, Reyhan mau kan?"
Sedangkan Reyhan tersenyum dengan menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Yaudah, sekarang Rey duduk disini kita nunggu taksi atau angkutan yang lain lewat."ooo00ooo
"Assalamu'alaikum, Bunda." Panggilnya saat membuka pintu rumah dengan jari kelingkingnya yang di pegang Reyhan.
Dilihatnya sang Bunda sedang menonton tv bersama Ayahnya. "Waalaikumsalam, Olif anak siapa itu?" Tanya Ayahnya sedikit terkejut.
Apakah anaknya mendapat hadiah seorang anak laki-laki saat pulang sekolah?
"Reyhan Tante, nama aku Reyhan." Ucapnya kepada kedua orang tua Olif dengan kepala menunduk. Apakah Reyhan takut?
"Namanya Reyhan, Bun. Dia tersesat, dia ditinggal oleh orang tuanya. Tadi saat Olif nunggu angkutan di halte depan sekolah, Reyhan berjalan ke arah Olif. Karena sudah hampir malam, Olif bawa Rey menginap disini saja sama Olif, enggak papa kan, Bunda? Ayah?" Tanyanya meyakinkan kepada kedua orang tuanya.
Olif takut jika Reyhan dia ajak menginap bersamanya, orang tuanya malah tidak suka. Seperti kisah di tv itu, sangat mengerikan baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐢𝐝𝐨𝐰𝐞𝐫? ✓ (Belum Revisi)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [BUDAYAKAN VOTE DAN COMEN] Duda? Sering kali sahabat karibnya itu memanggilnya dengan sebutan tersebut. Arsenal Fernansyah, seorang peri berumur 25 tahun, menjadi guru BK di sekolah milik orang tuanya serta menjadi seorang C...