"Omah, Opah!"
"Reyhan!" Balas Bunda Olif dengan teriakan.
"Mari Nak Arsen masuk dulu," ucap Ayah Olif.
"Baik, terimakasih."
Setelah masuk duduk, Reyhan masih duduk di dalam pangkuan Ayahnya Olif. Dengan Arsen yang sedikit berbincang dengan Bunda Olif.
"Omah, Kak Olif sekolah?" Tanya Reyhan.
Bunda Olif tersenyum, di dalam pikirannya apakah hanya Olif yang dirindukan Reyhan?
"Tidak sayang, kakak mu sedang ada di dapur, masak."
"Benarkah?" Tanya Reyhan memastikan dan di balas anggukan oleh Bunda Olif. Dengan cepat Reyhan segera turun dari pangkuan Ayah Olif, menuju ke dapur dan menemui Olif.
"Kenapa Olif tidak sekolah, Tante?" Tanya Arsen kepada bunda Olif, membuat Bagas yaitu Ayah Olif menoleh dengan cepat.
"Katanya masih kurang hari Minggu kemarin di rumah."
Saat sedang berbincang-bincang tentang bisnis maupun tentang Reyhan yang di tinggalkan orang tuanya sejak kecil, tidak di sangka saat ada seorang laki-laki yang sedang berdiri di ambang pintu rumah orang tua Olif.
"Pagi Om, Tante," sapanya dengan menundukkan kepala.
"Loh, Gavin kemana saja tumben jarang kesini?" Tanya Ana yaitu Bundanya Olif.
Pertanyaan tersebut justru membuat Gavin sedikit senang. Tapi, tidak dengan pria yang sedang duduk di sofa yang sedari tadi berbincang dengan Ayah dan Bunda Olif.
"Keluar kota, Tan." Jawabnya dengan sopan. "Olif mana, Tante?"
"Di dapur sama Reyhan lagi masak, kamu samperin gih," perintah Ayah Olif dan di angguki dengan senang hati Gavin menuruti. Ia pergi ke dapur melihat Olif yang sedang asyik memasak dengan ditemani Reyhan.
"Lagi masak apa?" Pertanyaan Gavin justru membuat Olif dan Reyhan menoleh bersamaan. Sedangkan Reyhan langsung berlari ke arah Gavin dan memeluknya.
"Kak Gavin, kemana saja Reyhan kangen,"
"Iya, kakak juga kangen sama Reyhan. Gimana kabar Reyhan, sayang?"
"Sehat, kak."
Saat Olif sedang memasak dengan santainya, Gavin mendekat ke arah Olif, mencoba bertanya apakah dia bisa membantu Olif saat memasak? Tapi, penolakan berkali-kali selalu keluar dari mulut Olif. Entahlah, wajahnya yang sedikit malas saat menoleh ke arah Gavin membuatnya putus asa dan memilih duduk di meja makan menemani Reyhan memakan cokelat.
Sedangkan di sisi lain seorang pria yang tadinya berbincang-bincang dengan kedua orang tua Olif dengan nyaman, kini hatinya goyang. Pikirannya yang selalu tentang Olif bermunculan. Sedang apakah Olif di dapur, apa yang dilakukan Olif saat bersama Gavin dan tentu masih banyak lagi.
Setelah kedua orang tua Olif masuk ke dalam rumahnya entah apa yang akan mereka lakukan, Arsen justru langsung berdiri dan berjalan dengan langkah kaki lebarnya menuju ke dapur. Melihat Gavin yang duduk di kursi makan menemani Reyhan, Arsen sedikit lega karena ia pikir Gavin akan ikut masak berdua dengan Olif. Seperti film di TV.
"Boleh saya bantu?" Satu pertanyaan keluar dari mulutnya, ingin bertanya saja dirinya sangat hati-hati saat ini. Entah mengapa, sepertinya sedang tidak baik-baik saja.
Olif menoleh ke arah sumber suara yang bertanya kepadanya. Saat akan menjawab tiba-tiba Bundanya memanggil Reyhan untuk ikut dengannya. Ia urungkan untuk menjawab pertanyaan Arsen, entahlah dia sangat malas hari ini dengan Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐢𝐝𝐨𝐰𝐞𝐫? ✓ (Belum Revisi)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [BUDAYAKAN VOTE DAN COMEN] Duda? Sering kali sahabat karibnya itu memanggilnya dengan sebutan tersebut. Arsenal Fernansyah, seorang peri berumur 25 tahun, menjadi guru BK di sekolah milik orang tuanya serta menjadi seorang C...