10

148 13 1
                                    

PLAK

Satu tamparan mendarat di pipi Gavin saat Olif tahu kekasihnya telah menduakannya. Dengan orang terdekatnya.

Reyhan yang melihat aksi Olif menampar Gavin, ia segera berlari menghampiri Olif. Meninggalkan cirengnya yang akan habis.

"Kakak, ada apa?" Tanya Reyhan sambil meraih tangan Olif.

Olif menoleh ke bawah, didapatinya anak kecil yang menggemaskan tengah bertanya dengannya. Tanpa berpikir panjang, Olif segera menggendong Reyhan. Memberhentikan salah satu taksi yang melintas.

Meninggalkan Gavin, tidak menghiraukan teriakannya. Olif sakit, hatinya perih, seperti di sayat pisau tajam. Sesak sampai ia tak mampu lagi untuk terisak.

Di dalam taksi, Reyhan tidak banyak berbicara. Ia hanya melihat Olif saat menangis.

🔁🔁🔁

Hari sudah mulai pagi. Meninggalkan kegelapan memunculkan kecerahan. Hari ini adalah hari Minggu, Olif hanya berdiam diri di dalam kamar.

Menangis semalaman? Tidak. Dia tidak sebodoh itu, dia hanya meratapi dirinya sendiri, saat gadis polos sepertinya hanya menjadi bahan candaan dalam hubungan.

"Kakak, ayo temani Reyhan bermain di depan." Ajak Reyhan menghampiri Olif yang sedang duduk melamun di pinggir ranjang. Dengan membawa mobil-mobilan yang di genggamnya.

Olif mengangguk, mungkin Reyhan akan menjadi salah satu obatnya.

Di depan rumah, Olif dengan Reyhan bermain berdua. Tertawa, meninggalkan pikiran yang buruk telah menimpanya. Sejenak ia melupakan kejadian itu.

"Kakak, apakah kakak tau?" Tanya Reyhan dengan mata yang masih fokus dengan bermain di pasir.

Olif mengerutkan dahinya, "tidak. Reyhan tidak bercerita, kakak tidak akan mengerti."

"Reyhan sangat merindukan Papa. Tapi, jika nanti Reyhan bertemu dengan Papa, Reyhan enggak mau pisah sama kak Olif. Reyhan ingin tidur dengan kak Olif, bermain dengan kak Olif, makan di suapi Omah, belanja mainan dengan Opah. Reyhan enggak mau pisah." Ucapnya yang kemudian menatap manik mata Olif.

Ya Tuhan, Olif tidak tega melihat kesedihan yang terpancar dari wajah anak ini. Apa batinnya menyatuh dengan Reyhan? Olif juga merasakan hal yang sama. Dia tidak ingin berpisah dengannya, meskipun nanti Reyhan sudah bertemu dengan orang tuanya.

Olif memeluk Reyhan penuh kasih sayang, "sayang, kakak mengerti dengan perasaan kamu. Tapi, jika nanti Rey sudah bertemu dengan Papa, Rey harus berjanji dengan kakak, tidak boleh nakal lagi, sopan dengan Papa, dan kalaupun nanti Reyhan ingin bertemu dengan kakak, Omah dan Opah, datanglah Rey. Pintu rumah ini akan terbuka lebar menyambut Reyhan datang."

🔁🔁🔁

Keesokan harinya Olif kembali ke sekolah dengan biasanya. Tapi kali ini dia tidak pergi ke kelas, dia lebih memilih berdiam diri di rooptof mungkin akan menenangkan pikirannya.

"Sekolah itu masuk ke kelas, bukan malah ke rooptof." Ucap seseorang di belakang Olif yang sedang berdiri.

Olif menoleh, tatapannya datar. Tidak suka dengan kehadiran seseorang yang datang mengganggunya.

"Aku dengar kamu di selingkuhi dan itu dengan sahabatmu sendiri, benar?" Pertanyaan itu muncul dari mulut orang yang tidak Olif suka. Arsen.

𝐖𝐢𝐝𝐨𝐰𝐞𝐫? ✓ (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang