Hari ini benar-benar hari yang melelahkan untukmu. Bagaimana tidak lelah kalau dari pagi sampai siang jadwal kelas full lalu sorenya langsung di lanjut rapat kegiatan untuk dies natalis kampus.
Kamu menyeret kakimu menuju halte kampus. Beberapa teman seangkatan, adik tingkat, dan juga kaka tingkat telah berjalan pulang satu per satu. Ada yang membawa kendaraan sendiri, ada juga yang naik kendaraan umum sepertimu.
Kamu duduk di kursi yang tersedia di halte. Banyak orang di sekitarmu membuat kamu sedikit tenang karena setidaknya walau hari hampir menjelang malam, kamu masih ada yang menemani untuk naik bis.
Beberapa menit kemudian bis datang. Kamu langsung naik bersama dengan yang lain. Sialnya keadaan bis penuh dan membuat kamu tidak mendapatkan tempat duduk. Terpaksa kamu harus berdiri dan menahan sakit yang mulai terasa di kaki.
Butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai tepat di halte tujuanmu.kamu turun dari bis dan langsung berjalan kearah apartemen yang tepat terletak di dekat halte bis. Kamu menyapa satpam penjaga disana saat tidak sengaja berpapasan.
Sampai di lift kamu langsung menyenderkan tubuhmu. Hari ini benar-benar berat sekali. Ingin rasanya kamu keluar dari himpunan mahasiswa tetapi sulit sekali karena beberapa anggota atasan selalu menahanmu untuk tetap di hima.
Pintu lift terbuka saat kamu sampai di lantai yang kamu tuju. Kamu berjalan kearah pintu yang sangat kamu hafali.
Bukan, ini bukan rumahmu. Ini adalah tempat yang harus kamu singgahi terlebih dahulu sebelum benar-benar pulang.
Kamu memasukan kode pin yang membuat pintu langsung terbuka. Meletakan sepatu di raknya dan masuk ke dalam. Kamu melihat ke sekeliling ruangan apartemen yang sepi. Akhirnya kamu memilih meletakan tas kuliahmu di sofa.
"Dari mana?"
Kamu menoleh, mendapati seorang laki-laki dengan celana selutut serta kaos hitam yang ia pakai.
"Abis rapat hima"
"Oh. Langsung mandi sana"
"Nanti aja di ru-"
"Sekarang"
Laki-laki itu menatapmu tajam membuat kamu langsung mengangguk. Kamu meneguk ludahmu dan meraih tasmu. Kamu berjalan ke arah kamar satu-satunya di apartemen ini. Kamar laki-laki bernama kim seungmin.
Kamu dengan terburu-buru meletakan tasmu lalu membuka lemari. Disitu tersedia bajumu yang memang sudah disiapkan oleh seungmin sejak lama. Kamu masuk ke kamar mandi dan langsung segera mandi agar bisa menyiapkan makan malam. Kamu ingin cepat-cepat pulang.
—
Selesai mandi, kamu keluar dari toilet dengan handuk yang berada diatas kepalamu. Kamu mendapati seungmin yang tengah duduk di tempat tidur sambil melihat kearah ponsel.
Kamu menajamkan pandanganmu kearah ponsel tersebut. Iya, itu ponselmu yang tengah di pegangnya.
"S-seungmin"
Tiba-tiba seungmin melempar ponselmu hingga membentur lantai membuat ponselmu yang sudah ganti 2 kali itu harus kembali rusak.
"Seungmin, k-kenapa?"
Seungmin bangun lalu beranjak menghampiri mu. "Lo tau. Gua beliin hp buat lo tuh biar lo gunain buat ngabarin gua"
"Tapi tadi aku udah bilang kalo sore aku ada rapat hima"
"Terus setelah selesai rapat lo ga ngabarin gua lagi?"
"Maaf, aku lupa"
Kamu menunduk membuat seungmin mendengus kesal. Ia meraih dagumu agar mata kalian bertatapan. Matamu menangkap mata tajam yang selalu terlihat saat ia tengah marah atau kesal.
"Asal lo tau, dari awal gua udah bilang. Lo jadi pacar gua artinya lo harus nurut sama gua. Gua termasuk orang yang posesif dalam hal kaya gini. Paham?"
"P-paham"
"Bagus"
Seungmin melepaskan tangannya dari dagumu lalu berjalan keluar kamar. "Buruan keringin rambut. Gua udah order makan malam jadi lo gausah masak"
Kamu dengan terburu-buru mengeringkan rambut basahmu. Tidak ingin membuat seungmin kembali marah.
Selamat mengeringkan rambut kamu melirik kearah ponselmu yang tergeletak mengenaskan di lantai. Mau bagaimana lagi, kamu tidak bisa protes dengan kemauan laki-laki tersebut.
Setelah selesai kamu berjalan ke meja makan dimana sudah banyak makanan cepat saji yang laki-laki itu order.
Kamu duduk di hadapan seungmin dan mulai makan sedikit demi sedikit. Sesungguhnya kamu terlalu lelah sehingga tidak terlalu bernafsu untuk makan malam, tetapi daripada membuat laki-laki itu semakin marah lebih baik kamu menuruti apa katanya saja.
"Ponsel lo nanti gua beliin lagi"
Kamu mengangguk kecil. Sudah biasa rasanya kalo ponselmu akan tewas di tangan seungmin saat ia tengah kesal. Tetapi pastinya laki-laki itu akan kembali membelikanmu ponsel yang baru.
"A-abis ini mau pul-"
"Nginep"
"Eh, tapi-"
"Gua bilang nginep. Denger ga?"
"Iya"
Kamu akhirnya dengan terpaksa kembali menuruti apa mau laki-laki itu. Awalnya kamu berfikir seungmin laki-laki yang dingin karena sejak masa pendekatan ia terlalu banyak diam. Tetapi saat waktu itu dimana seungmin salah paham dengan kamu yang jalan bersama adik tingkat membuat tingkahnya mulai berubah. Hidupmu mulai diatur oleh seungmin bahkan sifat dinginnya seakan-akan hilang dan tergantikan dengan sifat posesif yang terlalu berlebihan seperti ini.
"Makan yang banyak. Jangan sampe sakit. Nanti gua yang repot"
Iya, itu kim seungmin. Laki-laki yang tidak akan pernah bisa di tebak sifat dan kelakuannya.
—
Awalnya pengen pake hyunjin tapi dia kan udah pernah aku ceritain pas lagi posesif gini di part sebelumnya. Jadi aku rubah aja ke seungmin.