"eh tau gasih tadi jeongin ribut lagi sama beomgyu"
"Serius? Masalah apa lagi deh"
"Gatau. Gua aja denger dari anak-anak lain. Katanya ada yang liat jeongin nonjok beomgyu di gudang deket lab bahasa itu loh"
Kamu yang tengah membeli segelas air mineral menoleh ke arah dua orang gadis yang sepertinya adik kelasmu.
"Ehm, sorry boleh tanya ga dua orang itu dimana?"
Mereka menoleh kearahmu. "Tadi sih mereka dipanggil ke ruang bk"
"Oke makasih ya"
Setelah itu kamu buru-buru membayar sebotol air mineral yang kamu ambil dari lemari pendingin lalu kamu berbalik meninggalkan kantin.
Nyatanya di depan ruang bk banyak orang yang berlalu-lalang membuat kamu memilih duduk di kursi panjang yang memang disediakan pihak sekolah.
Tanganmu terus memainkan botol airmu dengan cemas. Sesekali matamu melirik kearah pintu ruang bk yang tertutup rapat, menunggu orang yang terkena masalah itu keluar.
Tidak lama pintu terbuka membuat kamu langsung terbangun dari posisimu. Kamu berdiri dan menemukan beomgyu yang wajahnya penuh luka menatap mu dengan tajam. Hanya barang lima detik laki-laki itu langsung pergi meninggalkan mu yang masih berdiri di tempat.
Setelah itu baru lah orang yang kamu tunggu keluar. Kondisi wajahnya hampir sama dengan beomgyu bedanya luka diwajahnya lebih sedikit.
"Jeongin"
"Kenapa?"
Kamu menatap jeongin yang menatap kearahmu dengan tatapan teduh. Seberandal apapun yang jeongin, senakal apapun yang jeongin, tetap saja laki-laki itu selalu memberikan ekspresi teduhnya kepada kekasihnya ini.
"Ke uks ya? Aku anterin". Cicitanmu dibalas senyum tipis laki-laki itu lalu ia mengangguk menyetujui membuat kamu tersenyum senang.
.
Kamu meminta izin salah satu petugas pmr untuk mengobati jeongin karena laki-laki itu tidak mau kalau bukan kamu yang mengobati.
Dengan teratur kamu mengobati secara perlahan walau terkadang terdengar rintihan kecil yang keluar dari bibir jeongin. Kamu begitu telaten mengobatinya membuat jeongin tersenyum tipis.
"Kenapa berantem lagi?"
"Hm"
Kamu menghentikan kegiatanmu dan memilih menatap mata yang selalu memberikan afeksi lebih untukmu. Tanganmu terulur merapikan rambut hitamnya yang berantakan, bahkan hampir menutupi mata laki-laki tersebut.
"Aku tanya kenapa berantem lagi? Emang ga sakit?"
Jeongin terdiam. Memilih menatap matamu dengan pandangan sayangnya. Perlakuan laki-laki itu membuat kamu mendengus lalu mengusap pelan mata teduhnya dan jeongin menikmati semua perlakuan mu.
"Kenapa sih? Ditanya malah diem gitu"
"Kamu pasti tau jawabannya"
Sekarang kamu yang terdiam. Masalah jeongin dan beomgyu tidak akan pernah selesai kalau keduanya keras kepala. Beomgyu yang selalu cari masalah dan jeongin yang gampang tersulut amarah membuat permasalahan sepele selalu di selesaikan dengan pukulan.
Kamu kembali mengobati luka jeongin dan tangan laki-laki itu malah sibuk merapikan rambutmu yang tergerai. "Emang ga capek kalo ketauan ayah terus kamu diomelin lagi?"
"Paling ayah ngomel gitu doang"
Kamu berdecak kesal. "Ya mentang-mentang diomelin gitu doang, kamunya jangan ngulangin terus. Kasian nih muka ganteng gini banyak lukanya"
"Gapapa. Biar gaada yang suka sama aku terus cuma kamu aja yang suka sama aku"
Kamu terkekeh kecil. Semua ucapan jeongin itu bohong. Nyatanya semakin berandalannya jeongin, semakin banyak pula yang berusaha menarik perhatiannya. Tapi entah kenapa jeongin terus bertahan bersamamu selama satu tahun ini. Bahkan kedua orang tuanya sampai memohon kepadamu untuk selalu mengawasi jeongin padahal status kalian hanya sepasang kekasih.
"Lucu". Jeongin mencubit pipimu pelan lalu tanpa aba-aba mencium salah satu pipimu membuat kamu menatapnya tajam. Beruntung ruang uks tengah sepi.
Kamu memukul pelan dada laki-laki itu membuat jeongin tertawa kecil.
"Gaboleh cium-cium sembarangan. Ini tuh tempat umum tau"
"Kan sepi"
"Tetep aja ih. Pokoknya gaboleh"
Jeongin terkekeh kecil lalu meringis pelan. "Berarti kalo di kamar aku boleh ya sampe lebih"
Pipimu bersemu merah. Kebiasaan jeongin yang selalu menggodamu dimanapun membuat kamu kesal sendiri. Walau begitu jeongin tidak pernah melakukan di luar batas. Ya sesekali cium bibir ga masalah kan.
"Kamu kena skor?"
Jeongin menggeleng. "Cuma di kasih peringatan aja"
Kamu mencubit pipinya pelan membuat jeongin meringis kecil. "Udah kelas 12 jangan cari masalah. Jangan berantem mulu. Jangan aneh-aneh"
"Iya sayang bawel"
Kamu tertawa pelan membuat jeongin ikut terseyum. Kamu merapikan kotak p3k dan menaruhnya kembali di tempat semula. Kamu menoleh kearah jeongin yang tengah menatap setiap gerak-gerik mu.
"Apa?"
"Nanti malem yuk main ke rumah aku"
Kamu menatap jeongin bingung. "Tumben. Kan bukan malam minggu"
"Mau minta ayah sama bunda buat ngiket kamu sama aku biar kamunya ga diambil orang"
Blush.
Pipimu lagi-lagi kembali memerah membuat kamu membuang pandanganmu ke segala arah karena gugup. Perbuatanmu menghasil tawa jeongin yang selalu menjadi favorit telingamu.
"Woy, pacaran mulu berdua mana di uks lagi". Ucapan guanlin yang entah datang dari kapan membuat jeongin mendengus kesal lalu kembali tertawa kecil.
Nyatanya setahun bersama jeongin yang memang di cap anak berandalan itu membuat kamu bisa bahagia. Banyak rintangan yang menghadang entah dari faktor keluargamu, keluarga jeongin, bahkan teman-temanmu. Tetapi kalian bisa melewati hal itu bersama sampai saat ini.
....
Adekkkkkkkk udah besar bunda