Gapapa ya kalo ayen lagi 😭
•
"Dek"
Kamu menoleh kearah laki-laki yang dua minggu ini merubah statusmu dari single menjadi married. Kamu tersenyum kearahnya yang menghampirimu.
Yang jeongin, laki-laki lucu dan manis yang baru menjadi suami mu dalam dua minggu ini memeluk pinggang mu dan mengecup pipimu pelan.
"Apa kak?"
"Kok kak?"
Kamu mengerutkan kening bingung. "Emang kenapa? Kan aku dari dulu emang selalu manggil kamu kaka"
"Mas dong dek sekali-kali"
Pipimu seketika memerah. Entah kenapa mendengar permintaannya membuat kamu malu dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Kamu menyikut suami mu pelan untuk menyingkir. Sejujurnya hal itu kamu lakukan karena malu.
"Apa sih kak"
"Yah dek, masa manggil mas aja malu"
"Ya emang kenapa kalo aku panggil kak. Mas sama kak kan intinya sama aja"
Jeongin memilih duduk di kursi pantry menatap punggung mu yang sibuk membuat makanan kesukaannya yaitu rawon.
"Damagenya beda loh dek"
Kamu memilih diam. Semenjak menikah jeongin benar-benar berubah. Bahkan di hari pertama saja dia mulai merubah dari memanggilmu dengan panggilan sayang menjadi dek.
Kamu sih pura-pura biasa saja padahal di dalam hati jantungmu mulai berdegup tidak sehat. Sial rasanya menikah sama yang jeongin itu sama saja melatih jantung.
"Dek"
Kamu merasakan jeongin kembali memelukmu dan memperhatikan tanganmu yang tengah mengaduk rawon.
"Apa sih kak?"
"Ayo panggil aku mas. sekali aja"
Kamu memutar bola matamu malas. Sebelum itu kamu melatih jantungmu agar tidak berdegup terlalu kencang.
"Mas"
"Hm"
Kamu langsung menyikut jeongin agar melepaskan pelukannya dan menjauh darimu. Sumpah saat ini pipi mu benar-benar seperti terbakar. Begitu juga dengan jantung yang mulai berdegup kencang.
"Haha gemes. Mas tunggu di ruang tv ya"
Kepergian jeongin membuat kamu langsung buru-buru menepuk ke dua pipimu agar menyadarkan dirimu kembali. Efek menikah dengan jeongin ternyata separah ini. Harus terus spot jantung setiap hari.
Kamu kembali sibuk memasak sampai rawon benar-benar sudah matang. Setelah itu kamu memilih menata semua makanan mu di meja. Jam sudah menunjukkan waktu makan siang. tepat sekali.
Kamu melepas apron mu dan menghampiri jeongin yang tengah duduk di ruang tv.
"Kak"
"Mas dek mas"
"Iyaa maaf... Mas"
"Hm". Jeongin menoleh kearahmu yang berdiri dengan gugup.
"Makan siang udah siap"
"Sini dulu"
Jeongin menarikmu untuk duduk disebelah nya. Salah satu tangan laki-laki itu menyusup di pinggangmu dan satunya lagi sibuk mengusap tanganmu.
"Nanti keburu dingin makanannya?"
"Nanti dulu"
Kamu terdiam dan memilih mengikuti kearah pandangan jeongin yang tengah menatap figura foto pernikahan kalian dengan adat jawa.
"Kamu tau ga dek. Mas ngerasa beruntung bisa nikahin kamu. Kamu sabar banget nungguin mas yang nyelesain pendidikan bahkan kamu mau ngurusin semua urusan pernikahan sendiri disaat mas sibuk ngurus kerjaan"
"Mas"
Entahlah. Kamu spontan mengucapkan kalimat itu tetapi hal itu berhasil membuat jeongin tersenyum manis. Laki-laki tersebut mengecup puncak kepalamu dengan sayang.
"Mas pengen hidup bareng kamu terus. Mas berharap kita cepet-cepet dikasih keturunan biar nanti rumah makin rame. Ibu sama ayah juga udah nungguin anak dari kamu"
"Iya aku juga ngarepin itu mas"
"Mau punya anak berapa emang?"
Kamu berfikir sejenak. "Dua"
"Mas gamau punya anak dua"
"Terus maunya berapa?"
"Sepuluh"
Kamu memukul dada bidang laki-laki tersebut. "Ya kamu aja sana yang hamil sama ngelahirin"
Kamu bangkit dari sofa diikuti jeongin yang tertawa puas. Tiba-tiba kamu merasakan bahwa tubuhmu di peluk erat dari belakang oleh jeongin.
"Yah dek jangan ngambek. Kan tugas mas cuma nanem bukan ngembangin"
Mukamu langsung bersemu merah. "Mas ih udah. Ayo buruan makan nanti keburu dingin"
"Makan kamu aja boleh ga mumpung libur"
Kamu buru-buru melepas pelukan jeongin dan langsung meninggalkan laki-laki tersebut yang masih sibuk tertawa.
"Haha gemes. Yaudah dua tapi nanti malem ngejatah ya dek biar cepet jadi"
"Mas!!"
•
Dicari kewarasan ku ❗❗❗