Seungmin as your boyfriend
•|•|•|•
Kamu berlari dengan kencang menuju ke halaman utama sekolah. Akibat terlalu lama di perpus kamu sampai lupa kalau jam pulang sekolah sudah lewat dari 10 menit yang lalu.
"Seungmin maaf tadi ak-"
"Lama banget sih. Lo kira waktu gua banyak gitu buat nungguin lo"
Laki-laki yang sudah berada di atas motor hitamnya menatap tajam kearah kamu. Bahkan kamu bisa melihat aura yang kurang menyenangkan dari laki-laki tersebut.
Kamu menunduk. Tidak berani menatap mata tajamnya. "Kalo terlalu lama kamu duluan aja. Aku nanti pulang bisa naik angkutan umum"
"Terus lo nyuruh gua sekarang pulang duluan setelah 10 menit nungguin lo?"
"G-ga gitu"
"Ck. Buruan naik. Gua buru-buru mau ke tongkrongan"
Kamu dengan tergesa-gesa naik ke motor besar milik seungmin. Jangan lupakan tanganmu yang memegang erat bahu laki-laki untuk bisa membantu mu naik. Tidak ada protes sampai kamu sudah duduk nyaman dan memilih tidak berpegangan kepada seungmin. Laki-laki itu sih masa bodo dengan hal itu.
Lagipula sejak kapan seungmin peduli pada kamu.
.....
Setelah mengantarmu pulang, seungmin langsung menancapkan motornya meninggalkan halaman rumahmu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Kamu memaklumi karena memang seungmin selalu bersikap sedingin itu kepada kamu. Padahal kalau bersama teman-temannya, seungmin terkenal laki-laki yang baik dan ramah.
Kamu menghela nafas pelan sebelum masuk ke dalam rumah. Seperti biasa kamu menemui bundamu yang tengah mengetik di laptopnya di ruang tamu.
"Aku pulang"
"Loh, seungmin ga mampir?"
Kamu menggeleng lalu duduk di sebelah bundamu setelah meletakan sepatu sekolah di rak depan. "Buru-buru. Katanya mau ngumpul sama temennya"
Bundamu mengangguk lalu kembali asik menyelam kedalam ketikan yang berisi susunan kata untuk novel berikutnya yang akan terbit dekat-dekat ini.
Bundamu memang penulis dan bakat turun kepadamu tanpa disadari. Sehingga kegiatan luangmu mengumpulkan susunan kata yang menjadi kalimat indah di laptopmu. Kamu terlalu malas untuk meng-uploadnya atau mengirim ke penerbit seperti bundamu. Kamu berfikir menulis hanya untuk mengisi waktu luang bukan tuntutan dan berjadwal.
"Bunda, aku ke kamar ya"
"Iya. Oh iya di kamar kamu ada sherin"
Kamu mengangguk lalu berjalan kearah kamarmu. Benar saja di atas tempat tidur mu terbaring tubuh wanita yang setara denganmu. Kamu sudah hafal walau dari belakang saja.