thirty.

12.5K 831 152
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Draco berjalan di sepanjang lorong Hogwarts. Dia telah menemui Professor Slughorn untuk mematenkan beberapa ramuan yang ia temukan semasa sekolah nya dulu untuk dijadikan bahan contoh dan diberikan ke kementerian. Lelaki itu jelas bangga dan menyetujui nya. Dia memang ahli dalam ramuan. Dia yang terbaik dikelas itu.

Ia menatap beberapa murid yang berlalu lalang di sepanjang lorong, terkadang mereka tampak melirik padanya. Siapa yang tidak mengenal seorang Draco Malfoy? Pangeran Slytherin dan Head Boy ditahun terakhir nya.

Lelaki itu menyeringai dengan bangga, berjalan semakin tegap dengan wajah arogan.

"Selamat pagi, Draco", lelaki itu menoleh kesamping, tepat disebelahnya murid laki-laki dengan jubah Slytherin tengah berjalan tenang dengan memainkan tongkatnya.

"Selamat pagi Bruno."

Ya, Draco saat ini tengah berjalan dengan anak berusia empat belas tahun, sang pewaris satu satunya dari keluarga Avery, Bruno Gaston Avery.

"Apa yang kau lakukan disini?", tanya Bruno sambil menatap penampilan Draco yang tampak santai daripada biasanya.

"Aku menemui Professor Slughorn", jawabnya singkat.

Bruno tampak mengangguk pelan, ia memilin jubahnya tampak ingin mengatakan sesuatu. Draco melihatnya, melirik dengan tertarik, "Apa ada sesuatu yang kau butuhkan Bruno?".

"Aku... aku ingin sekali bertemu ayahku tapi aku tidak diperbolehkan untuk mengirim surat padanya lagi mulai sekarang. Draco, apa kau bisa membantuku? aku ingin sekali menemuinya", dia menunduk dengan sedih.

Pasalnya Bruno saat ini sendirian. Pamannya, Gaspar Avery, telah meninggal beberapa minggu setelah rezim Voldemort dikalahkan, dan ayahnya masih berada di Azkaban. Ibunya meninggal setelah melahirkannya jadi Bruno tak pernah bertemu dengannya. Lalu kakeknya, Clarence Avery telah meninggal karena penyakit dragon pox.

Selama Draco berada di Hogwarts, dia selalu menemani Bruno beberapa waktu, karena saat hidup dulu, Clarence Avery pernah berbicara pada Abraxas Malfoy, kakeknya, untuk menjaga cucunya itu. Mereka jelas sangat dekat karena hidup bersama sebagai sahabat dan teman sekolah semasa Voldemort masih berada di Hogwarts sebagai Tom Riddle.

Abraxas juga meninggal karena penyakit yang sama pada akhir tahun 1996.

Draco mengacak rambut kecoklatan milik Bruno, "Tentu. Aku akan membantu mu, tapi jangan lupa untuk datang ke Manor saat kau liburan nanti", ujarnya.

Bruno tersenyum, mengangguk dengan semangat karena ia merasa bahagia dengan bantuan Draco padanya.

Itu sedikit membuat nya merasa cerah karena ada setitik harapan untuk bertemu ayahnya. Walau ia tau pasti akan sulit dan waktu nya hanya singkat. Setidaknya Bruno akan bertemu ayahnya.

Toxic & DeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang