Chapter 32

29 2 0
                                    

Colon yang melihat pertarungan antara rekannya dan musuh itu langsung mengalihkan perhatian kepada pemuda dihadapannya.

Colon mulai menghela nafas dan mulai berkonsentrasi. Kooki, yang menjadi musuh Colon langsung mulai menyerang tanpa membiarkan pemuda berambut biru ini menyerangnya terlebih dahulu. Dengan cepat Colon menangkisnya dengan pedangnya.

Pertarungan antara kedua kaum bangsawan ini diawali dengan duel pedang. Kooki yang selalu membuat Colon kewalahan akibat perbedaan kekuatan membuat Kooki menjadi sedikit angkuh.

"Aree? Hanya ini kekuatan dari keturunan Cielos?! Tidak sesuai ekspektasiku!!!" teriak Kooki yang memanasi Colon.

Colon hanya diam mencoba menahan amarahnya. "Dan aku juga tidak percaya kalau hanya ini kemampuanmu?!" ucap Colon tidak mau kalah.

Kooki yang emosinya sangat mudah terpancing itu langsung tertawa dan tetap memojokkan Colon. "Bahkan di situasi seperti ini pun, kau masih mencoba mempertahankan harga dirimu?!"

"Akan ku tunjukkan bagaimana pertarungan yang sebenarnya." lanjut Kooki. Ia langsung mudur dan menggunakan kekuatan tanahnya untuk melukai Colon.

Colon yang melihat itu hanya tersenyum dan menghindar. Kooki yang terus menerus menyerang Colon menggunakan tanah miliknya berdecih kesal. Ia langsung berlari menuju bendera itu.

Saat ia menghampiri bendera itu, ia langsung terkena cipratan air yang arusnya lumayan besar.

"Uhuk!! Uhuk!! Asin!!" ucapnya.

"Namanya juga air sungai." ucap Colon sambil mendarat tepat di depan bendera mereka.

"Menyerahlah.. kau tidak akan menang melawanku." ucap Kooki.

"Kau tahu? Kelemahan tanah itu adalah air." balas Colon.

Kooki dan Colon diam dan saling bertatapan sejenak, sampai di waktu yang bersamaan mereka mulai menyerang duluan. Adu pedang dan kekuatan antara mereka terlihat sangat sengit.

Kooki hanya tersenyum melihat Colon, tanpa disadari ia melewati Colon dan mengambil benderanya.

Colon yang terlewati langsung terkejut melihat Kooki yang sudah mengambil bendera itu.

"Payah.." ucap Kooki kepada Colon.

Colon langsung jatuh terduduk di tanah dan mengatur nafasnya.

▒▒▒

Masao menepuk pelan punggung Daniel, ia lalu tersenyum kecil pada pemuda itu. "Warui.. sayangnya aku sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu. Jadi kau tenang saja.''

Seketika itu juga wajah Daniel tampak senang. "Hontou ka?'' Tanyanya.

Suara yang ia keluarkan itu lagi-lagi membuat Masao tanpa sadar menutup kedua telinganya dan hal itu membuat Daniel memasang wajah kecewanya.

Masao yang melihat hal itu buru-buru membuka mulutnya, ''bukan begitu, hanya saja kau tahu sendirikan suaramu itu sangat...''

"Aku tahu, makanya jangan kau lanjutkan ucapanmu itu! Aku akan menutup mulutku rapat-rapat.'' Katanya mencoba berbicara dengan nada sepelan mungkin yang tentunya sangat terdengar jelas di telinga Masao, begitu juga dengan Satomi yang jaraknya cukup jauh dari mereka.

"Lee-san mau kuberitahu caranya supaya perkataanmu itu tersampaikan kepada orang yang kau ajak berkomunikasi, tanpa perlu bersuara?''

Daniel seketika menatap Satomi bingung. Memang ada caranya?

Satomi yang mengerti dengan maksud tatapan itu langsung menjawab kebingungan Daniel. "Kau hanya perlu menggunakan sihir 'komunikasi batin' itu kan?! Bukankah kau sangat ahli dalam sihir telepati?''

Prince of Fantastic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang