Sementara itu, dikediaman keluarga Ramuel...
Salah satu pengawal datang dengan nafas memburu. Dia terlihat ketakutan dan sangat panik.
"Ramuel-sama... saya baru saja mendapat kabar dari salah satu desa. Di sana telah ditemukan mayat baru, dengan begini sudah ada sepuluh orang yang meninggal. Ramuel-sama apa yang harus kita lakukan?" pengawal itu menatap Senramuel dengan penuh harap.
Dia yakin tuannya itu dapat mengatasi masalah ini.
Senra menghampiri pengawal itu, lalu tersenyum kecil. "Aku akan segera kesana."
Senra lalu berjalan keluar untuk mencari kedua anaknya. Dia harus berpamitan terlebih dulu pada mereka berdua.
Senra juga harus menitipkan istana ini pada putranya itu, selama ia pergi untuk mengurus masalah yang terjadi di salah satu desa yang ada di wilayahnya.
"Akane! Apa kau melihat kakakmu?" tanya Senra ketika tidak sengaja berpapasan dengan putrinya di koridor istana.
Akane yang sedang membawa beberapa buku ditangannya itu, mencoba mengingat-ingat. "Onii-sama? Sepertinya dia sedang berlatih pedang di area latihan."
Senra tersenyum, lalu menepuk pelan bahu putrinya itu. "Arigatou, benkyou ganbatte kudasai."
"Un."
Sesampainya di area latihan bagi para prajurit istananya itu. Senra segera mencari keberadaan putranya. Senyuman merekah di wajah tampannya.
"Jel! Ayah ingin berbicara denganmu."
"Tou-sama?!" Jel refleks menyarungkan kembali pedangnya. Ia lalu menunduk sekilas untuk memberi hormat pada ayahnya.
Walau ini bukan di tempat umum, dirinya tetap harus bersikap sopan. Apalagi disini masih ada para prajurit yang sedang berlatih.
"Kau pasti sudah dapat menebaknya kan?"
Jel mengangguk paham. Ayahnya pasti ingin membicarakan masalah yang sedang terjadi di wilayahnya pada beberapa waktu terakhir ini.
Saat ini Jel sedang duduk berdua dengan sang adik di ruangan santai. Mereka berdua baru saja mengantarkan kepergian ayah mereka beberapa menit lalu, untuk pergi mengunjungi salah satu desa.
Jel mengambil minuman, menegaknya dengan sekali tegukan.
"Selama ayah tidak ada, tolong jangan buat masalah." ucap Jel melirik tajam pada kembarannya itu.
Akane mengabaikan Jel, dia masih sibuk dengan buku yang berada di genggaman tangannya.
"Akane! Kau dengar aku kan?!"
Akane menaruh buku itu dengan kasar keatas meja. Dia lalu beralih menatap malas pada kakaknya itu. "Oniisama, memangnya kapan aku membuat masalah? Coba katakan sekali lagi!" Akane menghampiri Jel, lalu memasang senyuman yang membuat Jel tidak bisa berkutik.
Dia selalu kalah adu argumen dengan adiknya itu.
Jel mengacak rambutnya prustasi.
Akane yang melihat kelakuan kakaknya, tertawa dalam hati. Dia senang sekali menjahili kakaknya.
Apa jadinya ya jika, kakaknya tahu kalau ia juga pergi ke pesta kerajaan dengan menyamar sebagai dirinya?
Akane tidak bisa menahan tawanya lagi.
Jel mengerutkan alisnya, bingung. Kenapa adiknya itu tertawa? Memangnya ada yang lucu?
Karena penasaran Jel mengajukan pertanyaan pada sang adik. "Apa yang kau tertawakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince of Fantastic [END]
FantezieANTARA KEPUTUSASAAN ATAU HARAPAN. MANAKAH YANG AKAN MEREKA PILIH? -PRINCE OF FANTASTIC- Ps: Ini adalah project collab pertama saya dengan teman online saya @mafue_kawaeh→Colon @meiharuka_456 @Rin769→Nanamori @3Dfix04→Root @ReinRes19→Riinu @Aksara_Sa...