Chapter 44

20 3 0
                                    

Akane hanya tidak ingin bila nantinya benda tersebut akan berdampak buruk pada Jel. Walau nyatanya berkat benda tersebut, Akane bisa melihat sosok kakaknya yang tidak lagi merasakan sakit. Biasanya setiap satu jam sekali, rasa sakit itu akan muncul. Akane yang dari dulu selalu mengawasi keadaan Jel, selalu tahu bahwa rasa sakit yang dirasakan kakaknya itu benar-benar menyakitkan dan mengerikan.

Tapi Akane tahu, Jel selalu menyembunyikan rasa sakit itu pada yang lain. Sehingga semua mengira bahwa pemuda itu baik-baik saja. Nyatanya tidak begitu, ketika dia sedang bersama orang lain dan tiba-tiba saja rasa sakit itu datang. Jel lebih memilih untuk pergi menjauh dengan sopan. Dia tidak ingin memperlihatkan sisi lemahnya dihadapan semua orang.

Kenapa Akane bisa mengetahui hal itu? Akane hanya tidak sengaja melihat sosok lemah Jel yang sedang berjuang menahan rasa sakit yang dirasakannya.

Saat pertama kali Akane melihat kejadian itu, dia benar-benar syok. Tubuhnya bergetar hebat, air mata sudah membanjiri sudut matanya. Akane ingin memeluk tubuh kesakitan itu, menenangkannya. Tapi, saat melihat sorot mata Jel yang seolah memberikan peringatan 'Jangan kasihani aku! Aku baik-baik saja!' Itu membuat Akane mengurungkan niatannya.

Akane tidak bisa membiarkan kakaknya itu terlihat lemah, apalagi didepan adiknya sendiri. Sosok yang sedari kecil Jel lindungi dan akan selalu menjadi  sosok yang harus ia lindungi.

Dan sejak saat itulah, Akane memutuskan untuk menggantikan tugas Jel. Akane bersumpah. Mulai saat itu dialah yang akan melindungi dan menjaga Jel.

"... pelindungnya benar-benar tidak bisa ditembus.'' Ini adalah percobaannya yang kesekian kali.

Akane gagal. Dia tidak bisa menembus dinding pelindung milik benda aneh itu. Jika dia tidak bisa menembusnya bagaimana bisa dia menyelidiki benda tersebut?

Berulang kali mencoba, berulang kali juga dirinya gagal. Dari kegagalan itu jugalah dirinya menyadari bahwa sampai kapanpun Akane tidak akan bisa menembus dinding pelindung itu.

Akane mengerang frustasi. Apa yang harus dirinya lakukan? Saat itu hanya satu cara yang dapat terpikirkan olehnya, yaitu meminta bantuan ayahnya.

Setelah menerima penjelasan dari putri bungsunya itu. Senra dengan cepat menyetujuinya. Dari awal Senra sudah tahu apa saja yang telah putrinya itu lakukan selama ini. Bahkan tentang putrinya yang memenjarakan puluhan iblis dipenjara bawah tanah.

Senra hanya berpura-pura tidak tahu, dia menutup matanya atas kelakuan sang putri tercinta. Bukan tanpa alasan, dia melakukan hal tersebut agar putrinya bisa tetap bergerak bebas sesuai keinginannya sendiri.

Jika Senra mengetahui informasi tersebut, mau tidak mau dirinya harus menghentikan setiap langkah yang telah diambil putrinya. Dia juga nantinya harus terpaksa menghukum Akane, karena telah melanggar hukum kerajaan.

Hukum yang tidak memperbolehkan adanya iblis yang tinggal di dalam rumah, mau itu tahanan atau bukan. Iblis tetap harus dileyapkan.

Senra menatap putranya itu dengan penuh rasa bersalah. "Ayah pasti akan melindungimu dan juga adikmu. Ayah janji!''

Senra lalu mulai perlahan-lahan membuka dinding pelindung yang menyelimuti benda aneh yang semakin memudar itu.

Satu kali percobaan, dirinya terpental jatuh ke lantai.

Dua kali percobaan, dirinya mengalami batuk darah.

Tiga kali percobaan, terjadi penolakan yang sangat kuat. Ketika Akane melihatnya, dia ingin menghentikan ayahnya. Namun, tindakannya dihentikan oleh sang ayah. "Sebentar lagi... tunggulah sebentar lagi!'' Suara Senra mulai terdengar lemah.

Akane tidak sanggup melihatnya. "Ayah, sudah cukup! Kalau begini terus, Ayah akan mati kehabisan mana.'' Akane menangis sesegukan, tubuhnya semakin bergetar hebat.

Akane tidak sanggup melihat ayahnya yang kacau begini.

Darah mulai menetes dari hidung Senra, dia juga mulai sesekali terbatuk mengeluarkan darah. Wajahnya pucat pasi. Tubuhnya terlihat lemas, tak berdaya. Tapi walau begitu, Senra tetap melanjutkan tugasnya.

Dia harus membuka pelindung itu. Ini demi anak tercintanya. Senra rela melakukan apapun. Bahkan dia rela mengobarkan nyawanya demi sang anak.

Ini adalah penebusan dosanya.

"Akane tolong jaga kakakmu.'' Dengan senyum lemahnya Senra berkata pada Akane. Membuat Akane semakin menangis kencang.

Tidak! Dia tidak ingin kehilangan siapapun!

Tidak!

Tolong, jangan ambil siapapun lagi!

Mau seberapa keraspun dia memohon, tidak akan ada yang datang membantunya. Akane harus bertindak!

Saat itulah dia menyadari sesuatu, sesuatu yang teramat penting.

Dia melirik sekilas pada Senra yang masih berusaha membuka pelindung itu. Mana milik ayahnya, hanya bisa bertahan paling lama satu menit.

'Itu sudah lebih dari cukup!'

Senyuman terlukis di wajahnya yang sembab, penuh air mata.

Dia buru-buru mengambil sesuatu di saku pakaiannya.

Sebuah benda kecil dengan bentuk yang hampir menyerupai organ jantung itu terlihat hidup. Akane bahkan bisa merasakan detakan hangat dari benda tersebut.

Akane meremas benda tersebut, hingga hancur. Dia tersenyum kecil.

Saat benda itu hancur, sesuatu mengalir kedalam tubuhnya dengan begitu cepat.

Akane berjalan menghampiri Senra, dia lalu menyalurkan mana yang baru saja mengalir dalam tubuhnya itu pada ayahnya.

Senra yang sudah kehilangan banyak tenaga, tidak bisa protes. Dia hanya bisa fokus dengan pekerjaannya.

Akibat aliran mana yang bergerak cepat, pelindung itu perlahan-lahan hancur.

Akane semakin menguatkan aliran mananya dan Senra semakin memperkuat sihirnya. Hingga akhirnya mereka berdua berhasil menghancurkan pelindung itu.

Senra terkulai lemas dibawah lantai, tidak sadarkan diri. Sementara Akane, nafasnya menjadi tersegal-segal. Dia mencoba untuk kembali mengatur nafasnya.

Setelah dirasa cukup baik, Akane langsung menarik beberapa serpihan dari benda aneh itu yang mulai semakin memudar. Akane pikir benda itu sudah akan hampir menghilang dari tubuh sang kakak. Itu berarti efek dari benda aneh itu juga akan menghilang atau mungkin juga tidak. Entahlah, itu hanya pendapatnya saja. Akane tidak begitu yakin dengan pendapatnya, maka dari itu dia harus menyelidiki apa sebenarnya 'benda aneh' itu.

"Aku pasti bisa mengetahui kebenaran dibalik benda aneh ini.'' Akane lalu meletakan serpihan kecil itu pada kotak kecil yang sudah ia sediakan sebelumnya.

Matanya melirik pada sang kakak yang masih tertidur pulas. Lalu iris matanya beralih pada ayahnya.

"Otsukaresama, otousama.'' Akane pergi meninggalkan ruangan itu.

Tapi sebelum ia pergi, Akane sempat meminta Valhalla untuk membawa Senra ke kamarnya. Tidak lupa Akane juga menyuruh pemuda itu untuk sekalian merawat Senra.

Prince of Fantastic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang