Chapter 57

56 9 0
                                    

Perjalanan dari kerajaan Crynce menuju kerajaan Fyscal hanya perlu memakan waktu satu hari satu malam saja, jika melalui jalur air. Makanya tidak butuh waktu lama bagi mereka berenam untuk sampai di kerajaan Fyscal.

Pesta berjalan dengan meriah, Satomi yang tidak terlalu menyukai suasana pesta memilih untuk pergi dari aula istana.

Acara utama sudah selesai, jadi tidak ada alasan untuk tetap berada disini. Sebelum dia kembali bertatap muka dengan Rin, kakak perempuannya yang menyebalkan itu. Satomi harus cepat-cepat pergi dari sini.

Ketika dirasa tidak ada orang, Satomi menggunakan sihir teleportnya untuk kabur. Ada tempat yang ingin dia tuju.

Tempat yang pertama kali membuat matanya terpesona saat menginjakan kaki di kerajaan Fyscal.

Kerajaan Fyscal memang terkenal dengan keindahan alamnya yang mempesona. Tidak heran jika kakak pertamanya itu lebih memilih tinggal disini sebagai raja yang mengemban tanggung jawab besar. Daripada harus menetap di kota Purisa, kota kelahirannya sendiri.

Jika Satomi berada diposisi kakaknya, Satomi juga pasti akan memilih hal yang sama.

Persetan dengan tugas kerajaan! Selagi dia bisa memanjakan matanya dengan pemandangan indah yang akan dijumpainya setiap hari. Satomi akan dengan senang hati menerimanya.

"Ah... kirei da nee.'' Itu adalah kata pertama yang dia ucapkan ketika menginjakan kakinya di bawah pohon sakura.

Pemandangan disini benar-benar terlihat indah. Dari sini Satomi bisa melihat saluran air yang sangat jernih. Di air itu dia juga bisa melihat bayangan bunga sakura. Benar-benar indah.

Setelah puas melihat keindahan yang berada di depan matanya ini. Pandangan Satomi mulai menyipit, dia tidak salah lihat kan?

Tidak jauh darinya, terlihat sosok Colon yang sedang duduk sambil memainkan kakinya di dalam air.

Dengan rasa penasaran, Satomi menghampiri pemuda itu.

Apa yang sedang dilakukannya disini?

Colon hanya berdiam diri sambil memainkan kakinya, Ia melihat beberapa kelopak bunga sakura yang berguguran menyentuh air dihadapannya ini.

Tempat yang menenangkan nan indah ini benar benar membuat pemuda berambut biru ini terpukau tanpa berkomentar apapun.

Colon tersenyum kecil, ia mulai bersenandung kecil sambil menikmati pemandangan ini.

'Begini rasanya bebas tanpa diganggu siapapun' pikir Colon.

Tanpa bersuara, Satomi mendudukan bokongnya pada pinggiran sungai tempat Colon duduk.

Dia mengikuti arah pandang pemuda bersurai biru itu.

'Un un, aku mengerti kalau pemandangan disini memang indah.' Satomi mengangguk-anggukan kepalanya seakan dia tahu apa yang sedang dipikirkan pemuda disampingnya itu.

Colon menoleh kearah pemuda berambut sakura itu dan menatapnya sebentar. Ia sedikit kesal, waktu sendirinya tiba tiba hilang begitu saja.

Yah, jika keturunan Mikazuki ini tidak mengganggunya tidak masalah baginya.

Colon memainkan air dengan kakinya dengan pelan. Melihat pantulan dirinya yang hancur karena air yang tidak tenang itu.

Hanya ada keheningan diantara mereka berdua. Mereka sibuk dengan dunianya masing-masing.

Satomi masih sibuk menikmati pemamdangan yang ada di depannya. Sesekali kakinya memainkan air layaknya anak kecil.

"Yappa kirei.'' Gumam Satomi. Pandangan matanya masih tidak bisa lepas dari pemandangan pohon sakura yang tercermin di dasar air jernih itu.

"Un.." Colon benar benar setuju dengan pendapat Satomi. Pemandangan di hadapannya benar benar indah.

"Kenapa kau disini? Harusnya kan kau berada di pesta." ucap Colon.

Satomi sedikit terkejut dengan sikap Colon yang tiba-tiba saja mengajaknya berbicara.

Padahal Satomi sudah bersusah payah untuk tidak mengajaknya berbincang-bincang, karena aura yang seolah melarangnya untuk mengganggu waktu pemuda itu, terlihat sangat jelas terpancar dari sekitar Colon.

"Aku hanya tidak suka keramaian.'' Jawabnya.

Satomi masih asik memainkan kakinya dibawah air.

"Kau sendiri, kenapa bisa ada disini?'' Tanya Satomi tanpa melirik kearah pemuda bersurai biru disampingnya.

Colon terdiam. Ia juga tidak tahu kenapa berada disini, seolah ia ditarik oleh tempat ini dan menyuruhnya memanjakan matanya.

Padahal ada pesta yang meriah di dalam serta makanan yang lezat. Apalagi dikediaman orang lain, tempat dimana salah satu kakak dari pemuda yang sedang duduk di sampingnya ini.

Benar-benar tidak sopan untuk dirinya saat pergi dari pesta sebelum pesta berakhir.

"Ntahlah.. aku juga tidak tahu... Pemandangan ini seolah menarikku kemari." ucap Colon dengan jujur.

Satomi menoleh pada Colon, lalu terkekeh kecil.

"Entah kenapa aku jadi teringat dengan pertemuan pertama kita.'' Ucap Satomi tiba-tiba.

Colon terdiam sejenak dan tertawa kecil. "Kau masih ingat ternyata."

"Tentu saja aku ingat.'' Satomi tidak mungkin melupakan pertemuan pertama mereka yang terbilang sangat membekas diingatannya itu.

Satomi bahkan masih ingat tentang betapa menyebalkannya sikap Colon pada waktu awal mereka bertemu. Jika mengingat hal itu, membuat Satomi jadi semakin ingin membalasnya dengan menjahili Colon.

Colon melanjutkan memainkan kakinya di dalam air tanpa memperhatikan pemuda di sampingnya.

Satomi yang merasa diabaikan, menghela nafasnya pelan.

Manik matanya terfokus pada air jernih yang ada di depannya. Tiba-tiba saja ia tersenyum kecil.

Tangannya dengan cepat menyentuh air itu dan melemparkannya pada Colon.

Satomi terkekeh kecil melihat reaksi Colon.

"Oi!!!!" teriak Colon marah. "Fuzakenna omae!" lanjutnya dengan nada kesal.

Bagaimana bisa ia tidak kesal dengan pemuda pink itu?! Ia ingin menikmati ketenangan dan kedamaian tiba tiba pemuda itu menciparatkan air.

Tanpa ragu lagi Colon langsung mencipratkan air ke Satomi sebagai pembalasan.

Satomi dengan cepat mengeluarkan sihir teleportnya untuk menghalangi cipratan air dari Colon.

Satomi mengembalikan air itu kembali pada Colon. Lingkaran-lingkaran sihir kecil, mirip lubang black hole yang sempat ia gunakan saat menghadapi iblis wanita itu mulai bermunculan.

"Yakin masih mau membalasku?'' Satomi berdiri dengan senyuman penuh rasa percaya diri.

Dia menatap Colon, meremehkan.

Colon terkejut dan mulai merasa kedinginan. Ia tidak percaya airnya malah mengkhianatinya.

Colon langsung menatap wajah Satomi dengan kesal. Ingin sekali ia memukul wajah yang menyebalkan itu.

"Kau lupa?" Colon yang tidak mau kalah dengan aksi pemuda berambut pink itu mulai menggunakan sihir airnya. "Aku ini pengguna air!!" ucap Colon kesal.

Satomi memiringkan wajahnya, dia lalu memasang wajah seriusnya. "Uwa.. kowa!'' Ucapnya dengan nada datar.

Dengan begitu 'perang' air dilakukan oleh mereka berdua. Dan sepertinya mereka pun bersenang-senang hingga lupa waktu.

Tsukihime Yozora

Prince of Fantastic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang