Chapter 10

28 3 0
                                    

Bayangan hitam itu mengusap kedua air matanya yang mulai berjatuhan. Dirinya memang tidak bisa menahan tangisannya, tidak ada kisah yang lebih menyedihkan dari kisah seorang ibu yang rela mati hanya untuk melindungi anak-anaknya.

“Baiklah! Cukup! Aku tidak mau menangis lagi.” Sosok itu memukul keras kedua pipinya, bermaksud unuk menguatkan tekadnya. “Ittai...” gumamnya pelan.

Matanya kini kembali fokus pada buku yang ada di depannya itu. Tangannya kembali membalikkan lembaran baru. Ini adalah lembaran keempat. Kira-kira ingatan milik siapakah yang ada di lembaran buku miliknya?

Sosok itu membulatkan kedua matanya, sedikit terkejut. “Bukankah ini yang ke tiga kalinya, kristal itu memilih bangsa 'manusia setengah hewan' untuk menjadi pemiliknya dan lagi dia adalah anak dari seorang raja? Hahahahaaa... omoshiroi.” Dia lagi-lagi tertawa bahagia.

Tubuhnya reflek melayang-layang diudara, mengitari ruangan gelap itu, dirinya jadi sangat tidak sabar untuk bertemu dengan mereka semua.

____

Seorang anak laki-laki bertubuh mungil dengan surai merah itu hanya bisa melihat kembarannya yang sedang berlatih pedang dengan salah satu prajurit dengan lincah.

Disatu sisi, ia merasa kagum dengan kembarannya yang dapat mengimbangi prajurit itu walaupun perbedaan mereka nampak cukup jauh jika dilihat dari fisik.
Tapi nyatanya, gerakannya yang sangat gesit itu berhasil membuat sang prajurit kewalahan menghadapinya.

Tapi disisi lain, ia juga merasa rendah diri karena dirinya hanya bisa terdiam menonton dikarenakan fisiknya yang terbilang cukup lemah tak memungkinkannya untuk berlatih pedang atau latihan yang lainnya seperti kembarannya itu.

Merasakan ada sebuah tangan yang mengusap lembut surainya, Riinu yang saat itu masih berusia enam tahun pun menoleh pada wanita cantik bersurai putih panjang yang menjadi Ibunya itu.

“Kakakmu itu memang hebat. Di usianya yang baru enam tahun ini dia berhasil membuat seorang prajurit senior kewalahan.” tuturnya yang menatap lembut kearah anak yang sedang dibicarakannya.

Riinu kembali menatap lurus kearah kembarannya itu. Ia lalu tersenyum tipis, “Aku tahu. Rineko-kun memang hebat.”

Sebuah suara tawa yang terdengar begitu lembut itu terdengar membuat kedua iris berbeda warna itu menatap Ibunya dengan tatapan bingung.

Kaasan?” Panggilnya.

Wanita itu menghentikan tawanya.

“Maaf, Ibu kira kau akan mengatakan kalau suatu hari nanti kau pasti akan mengalahkan Rineko dengan semangat seperti biasa.”

“Tapi sepertinya aku tidak akan bisa... Maksudku, kemampuan dan kekuatanku masih jauh dibawah Rineko-kun. Jadi... Mana mungkin aku bisa mengalahkannya?” tuturnya yang memainkan jari-jari tangannya.

Wanita dengan surai seputih salju itu mengembangkan senyuman lembutnya. Dengan suaranya yang terdengar lembut dan tenang ia berkata,

“Benar. Kau tidak akan bisa mengalahkannya.”

Mendengar penuturan itu membuat Riinu semakin murung. Tapi hal itu tidak berlangsung lama karena sang wanita bersurai salju kembali bersuara,

“Tapi itu bukan berarti kau lemah.”

Kedua iris berbeda itu kembali menatap Ibunya dengan tatapan polosnya sambil memiringkan kepalanya membuatnya terlihat menggemaskan. Sang Ibu yang ditatap pun mengusap surai anaknya dengan penuh kasih sayang dan berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Riinu yang masih berusia enam tahun.

Prince of Fantastic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang