Chapter 38

23 5 1
                                    

Valhalla balas tersenyum, dia tidak ingin membuat Akane semakin cemas. Apalagi keadaan tubuhnya juga sedang dalam keadaan yang tidak terlalu baik.

Valhalla tidak ingin Akane mengabaikan kondisi tubuhnya dan terus mengkhawatirkan kondisi kembarannya. Walaupun Valhalla juga tidak menyangkal bahwa dia juga merasakan hal yang sama dengan Akane.

Valhalla juga sangat mengkhawatirkan keadaan Jel. Ditambah fakta bahwa salah satu pimpinan iblis sempat melakukan sesuatu pada tuannya itu. Dan Valhalla justru dengan mudahnya, menuruti perkataan Kradness untuk memberikan benda itu pada tuannya. Benda yang bisa saja dapat membahayakan nyawa tuannya.

▒▒▒

"Rineko-kun! Kau terlalu berlebihan! Kau tidak perlu kan menyerang sampai segitunya?!" omel Riinu yang kesal pada Rineko yang menggunakan kekuatan yang diberikannya untuk menyerang lawan secara brutal.

"Berisik, bodoh. Yang penting kita menang, kan?" balas Rineko acuh tak acuh.

Riinu hanya berdecak kesal. Ia tahu, mau bagaimanapun ia mengomeli kembarannya itu, tetap tidak akan mempan karena kembarannya hanya akan menurut pada ayah mereka--walaupun secara terpaksa.

"Wah, lihat siapa yang datang... Fufu~"

Kedua iris berbeda warnanya langsung beralih pada kakek-kakek yang entah sejak kapan berada tak jauh dari hadapannya.

"Siapa kau?" tanya Rineko dengan nada datarnya.

"Hmm~? Yang Mulia tidak mengenaliku? Ah, sayang sekali... Padahal aku ingin meminta imbalanku atas yang waktu itu..."

Rineko hanya menatap datar pria tua yang ada di hadapannya. Tentu saja ia mengenalinya. Hanya saja, rencananya dan 'Ayah'nya bisa kacau jika adiknya sampai curiga.

"Rineko-kun, kau... Mengenalnya?" tanya Riinu yang sudah mulai curiga.

"Tentu saja tidak. Jangan dengarkan dia." jawab Rineko tanpa menatap Riinu.

Entah kenapa sejak dulu ia masih tidak bisa menatap kedua manik berbeda warna milik adiknya saat ia sedang berbohong.

"Setelah membuatku sekarat kau malah pura-pura tidak mengenalku? Cepat berikan imbalanku!" ucap kakek itu dengan kulit keriputnya yang mulai melepuh dan berganti kulit.

"Imbalan?? Imbalan apa? Tunggu, lagipula yang membuatmu sekarat itu aku kan? Tapi kenapa malah meminta imbalan pada Rineko-kun??" tanya Riinu bertubi-tubi. Ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan kakek itu.

"Bukankah sudah jelas? Dia yang--"

BRUKK

Belum sempat kakek itu menyelesaikan kalimatnya, Rineko sudah menendangnya dengan kekuatan penuh hingga ia terpental dan menabrak beberapa pohon di belakangnya.

"Tch. Sudah ku bilang tidak perlu di dengarkan kan? Dia musuh kita. Ingat itu." ketus Rineko.

Kakek itu kembali dengan kulitnya yang sebagian telah berganti menjadi kulit ular. "Ah... Menyebalkan. Jadi kau tidak akan memberikan imbalannya ya?"

Rineko yang entah sudah sejak kapan berdiri di samping Riinu mengulurkan tangannya. "Cepat berikan."

_'Setidaknya gunakan kata-kata yang sedikit lebih baik dong...'_ keluh Riinu dalam hatinya.

Tanpa mengucapkan apapun, Riinu menggigit ibu jarinya hingga berdarah lalu menempelkan ibu jarinya yang sudah mengeluarkan darah pada tangan pemuda bersurai hitam yang menjadi kembarannya itu.

"Sudah sana menjauh! Kau hanya akan menjadi beban jika tetap berada disini." perintah Rineko dengan nada ketusnya.

Menyebalkan untuk diakui, tapi yang di katakan Rineko memang benar. Mau tak mau Riinu pun menuruti perintah Rineko untuk menjauh dan bersembunyi.

Prince of Fantastic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang