Chapter 26

35 3 0
                                    

Riinu berhasil membuat kakek misterius itu menjauh dari pasar dan kini ia tengah bersembunyi diantara pepohonan dengan burung merpati yang tadi mengantarnya.

Begitu ia turun, merpati yang tadi dinaikinya langsung berubah ke ukuran semula.

"Maafkan saya, Riinu-sama. Saya tidak bisa berada dalam bentuk itu lebih lama lagi." ucap sang merpati yang hanya bisa terdengar oleh Riinu.

"Daijoubu. Maaf jika aku membuatmu kelelahan. Sekarang kau boleh pergi." ucap Riinu yang juga hanya dapat terdengar oleh burung itu.

Ya, bisa dibilang saat ini mereka seperti tengah melakukan telepati.

"Tidak. Saya tahu Riinu-sama tidak bisa bertarung, jadi tolong izinkan saya untuk bertarung dengan meminjam kekuatan Riinu-sama."

Riinu terdiam beberapa saat. Ia lalu menyetujui untuk meminjamkan kekuatannya pada merpati itu.

Riinu menggigit ibu jarinya sampai berdarah dan langsung mengibaskan tangannya agar darahnya dapat mengenai sang merpati yang terbang tak jauh darinya.

"Dimana kau bocah tak sopan?! Beraninya mencuri permata itu dariku?! Keluar sekarang!" suara milik kakek itu yang serak dan nyaring terdengar oleh mereka.

"Riinu-sama, tetaplah disini. Biar aku yang menghadapinya."

Riinu hanya mengangguk. Ia juga tahu hal buruk apa yang mungkin akan terjadi jika ia nekat menyerang disaat dirinya sendiri tidak bisa bertarung.

Tapi itu bukan berarti dia hanya akan diam menonton. Walaupun merpati itu sudah bisa meminjam kekuatannya, tetap saja ia harus mengontrol sendiri kekuatan yang akan dipinjamkannya itu. Terlebih lagi kini yang meminjam kekuatannya adalah seekor hewan. Jadi ini akan semakin sulit baginya karena ia harus 'membentuk' sendiri kekuatannya dengan memperhitungkan 'batas' dari merpati itu agar serangannya bisa dilancarkan tanpa melukai merpati yang kini dijadikan 'perantara' serangannya.

Jika ia hanya menyalurkan energi seperti yang biasa dilakukannya pada Rineko saat pemuda itu sedang berlatih tanding, ia hanya perlu membiarkan energinya terhisap begitu saja setelah memastikan darahnya mengenai orang yang akan diberikan energi olehnya.

Tapi karena kini ia menjadikan merpati itu sebagai 'perantara' akan serangannya, maka dirinya sendirilah yang harus 'mengendalikan' merpati itu seolah mengendalikan sebuah boneka.

Benang-benang tipis yang hampir sepenuhnya transparan telah terlihat pada jari-jari tangannya. Kedua iris heterochrome miliknya tak henti memperhatikan gerakan 'bonekanya' dan juga lawannya.

"Heh... Mengapa hanya ada burung disini? Dimana bocah kurang ajar itu?" tanya sang kakek entah pada siapa sambil melihat kesekeliling.

Dibalik pepohonan tempatnya bersembunyi, Riinu tersenyum miring.

"Sepertinya monster tua itu terlalu meremehkan kita." ucap sang merpati dengan nada yang terdengar seperti menahan kesal.

"Sepertinya begitu. Nah, kau sudah siap?" tanya Riinu yang bersiap untuk menggerakkan jari-jarinya.

"Tentu."

Riinu mengangkat tangan kirinya dan menggerakkan jari telunjuknya seperti sedang membuat sesuatu berputar dengan jari telunjuk itu. Merpati yang sedang menjadi 'boneka' pun terbang naik keatas dan berputar-putar disekitar si kakek mengikuti gerakan jari telunjuk Riinu.

Debu-debu yang entah darimana asalnya berterbangan mengelilingi sang kakek yang akan terlihat seperti sebuah tornado jika dari kejauhan.

Setelah itu ia berlanjut mengetukkan jari telunjuk dan jari manis tangan kanannya seolah sedang menekan sebuah tombol tak terlihat. Seiringan dengan gerakan jari-jarinya, helaian bulu burung bertebaran dengan warna putih bersihnya dan meledak begitu berhasil menyentuh anggota tubuh sang kakek yang nampak lengah.

Prince of Fantastic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang